42. Pembuktian (2)

13.1K 1K 80
                                        

Updateeee !!!

Makasih buat yang setia baca cerita ini.

Makasih yang udah vote, comment, dan kasih masukan.

Itu semua sangat berarti buat Author.

Happy Reading !!!!

-------------------

Sia's POV

Aku memegang kedua pipiku yang memanas setelah menyadari bahwa iblis tua itu yang memberiku coklat.

"Tunggu dulu ! Berarti dia adalah lelaki jomblo pesimis itu? Hahaha" Tawaku pecah mengingat perkataannya di hari itu.

"Dasar tukang gengsi ! Udah gitu sok-sokan bilang kalau orang yang ngasih coklat itu alay lah, otaknya gesrek lah ! Ternyata dia mengatai dirinya sendiri !" Kataku pada bunga matahari dan kartu ucapan di depanku.

Aku tertawa lagi mengingat bagaimana ekspresinya hari itu.

Aku membayangkan bagaimana saat dia membeli coklat.

Bagaimana ekspresinya saat dia menulis kartu ucapan alias surat cinta itu ?

Apa dia menulis sambil tersenyum seperti orang gila?

Atau dia jijik membaca tulisannya sendiri?

Hahahahahahaha

Membayangkannya saja terasa menyenangkan bagiku.

Tapi ada yang masih mengganjal di hatiku.

Kenapa Bayu memberiku coklat setiap hari, seolah dia ingin aku menyadari bahwa dialah pengagum rahasiaku?

Kenapa?

Sebuah tepukan di pundakku membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh.

Ternyata Bayu yang menepuk pundakku.

Aku tersenyum dan berusaha bersikap biasa.

"Pagi Ya." Sapanya lembut.

Entah kenapa aku jadi malas mendengar sapaannya.

Padahal ini yang selalu aku impikan sejak dulu.

Berdua dengan Bayu, tanpa ada Pita di antara kami.

"Pagi juga Bay." Balasku sambil tersenyum.

"Coklatnya udah loe makan?" Tanya Bayu.

"Eh, coklat? Belum Bay, nanti aja." Jawabku.

"Ekhmm, Ya." Panggilnya dengan canggung.

"Kenapa Bay?" Tanyaku.

"Apa loe udah bisa ngasih jawaban pernyataan gue beberapa hari yang lalu?" Tanya Bayu kikuk.

Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.

"Sebelum gue jawab, gue mau tanya sesuatu ke loe." Kataku dengan serius.

"Tanya apa Ya?" Tanga Bayu.

"Kapan pertama kali loe ngasih gue coklat?" Tanyaku.

Aku menajamkan telingaku untuk mendengar jawaban darinya.

Aku ingin lihat apakah dia mau jujur.

Bayu tampak berpikir.

Aneh.

Bukannya itu pertanyaan yang mudah?

Kenapa dia terlihat bingung?

"Emmm, waktu lo nawarin gue coklat itu Ya. Iya pas itu gue ngasih coklat pertama kali buat lo." Jawab Bayu dengan ekspresi seolah yakin padahal aku sangat tahu bahwa dia ragu.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang