FL-5

2.1K 188 7
                                    


"Sore Abang."Ucap Aisya ketika memasuki mobil Dion yang menjemputnya.

"Sore Aisya-nya Abang."balas Dion sambil mengedipkan matanya.

Aisya sedikit kikuk, ia berdehem pelan untuk menormalkan detak jantung juga rasa panas diwajahnya, entah kenapa ketika mendengar Dion memanggilnya begitu manis rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu terbang diperutnya, deg-degan tapi sungguh menyenangkan. Padahal ia tahu, Dion tidak bermaksud lain selain menggoda dirinya saja, tapi tetap saja rasanya begitu, entahlah ia sendiri tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya sekarang.

"Ngelamun aja terus!"

Aisya tersentak, ia menoleh kearah Dion lalu mengalihkan pandangannya kejalanan, bahkan ia tidak sadar mobil Dion sudah meninggalkan area kampusnya, benar-benar memalukan.

"Siapa yang ngelamun coba?"Elak Aisya sambil membenarkan duduknya.

"Franky noh!"Tunjuk Dion kearah kaca Aisya membuat Aisya ikut memutar lehernya.

"Keren banget sampai monyet dikasih nama Franky gitu."celetuk Aisya sambil mendengus geli.

Bagaimana tidak Dion sengaja memelankan laju mobilnya ketika menunjuk sekor monyet yang diikat disalah satu toko dipinggir jalan yang mereka lewati dan lebih aneh lagi Dion menyebutkan nama monyet itu dengan nama salah satu orang kenalannya dikampus.

"Ya lah, emang manusia aja yang boleh pakai nama keren aja."balas Dion ia mulai menambah laju kecepatan mobilnya.

"Ya nggak Franky juga kali bang! Kalau teman kampus aku dengar pasti tersinggung banget."

"Kamu kenalan sama cowok?"Tanya Dion tiba-tiba, Aisya mengernyitkan dahinya, "Iya dong bang."sahut Aisya bingung.

Dion menghembuskan nafasnya, "Jangan terlalu dekat sama makhluk jenis itu, nggak baik."Suara berubah sedikit ketus.

Aisya semakin bingung membuat kernyitan didahinya semakin dalam, ia memang kenal beberapa teman pria tapi hanya sekedar berteman tidak lebih, lagian Franky yang menjadi teman dalam pembahasan mereka saat ini, bukan jenis pria gagah yang playboy atau penjahat kelamin lainnya. Oke, dari nama memang keren dengan sedikit adanya unsur bad boy dimana itu. Tapi Franky teman kampusnya bukan jenis pria seperti itu, Ayolah dengan tubuh gemuk nan gemulai sungguh sangat jauh jika dikaitkan dengan pria-pria bad boy nan tampan gagah diluar sana.

"Asik banget ngelamunnya, Abang turunin juga nih kamu dek!"Decak Dion semakin terdengar kesal.

Aisya sendiri semakin tidak mengerti dengan perubahan mood Dion, "Apaan sih bang tiba-tiba bete nggak jelas gitu."

"Kan Abang cuma nasehatin kamu jangan terlalu dekat dengan bangsa cowok."

"Abang kan juga cowok, berarti nggak boleh dekat dong?"goda Aisya sambil mencolek lengan Dion.

"Ya kan beda, Abang ya Abang jangan samakan Abang dengan cowok-cowok diluar sana, apalagi Franky itu."sahut Dion.

Aisya terkikik, "Ya ampun bang, kalau Abang sewot cuma gara-gara si Franky itu mending jangan deh bang."Aisya mengibas-ngibaskan tangannya sambil terkikik.

Dion menghentikan mobilnya saat mereka sampai persimpangan dengan lampu merah yang menyala, Dion mengalihkan pandangannya pada Aisya, "Kenapa? Takut abang kalah ganteng dari dia, heuh!"dengus Dion menatap sinis adiknya sebelum mengalihkan pandangan kedepan.

"Takut dia jatuh Cinta sama Abang."

Dion segera memalingkan wajahnya dengan tatapan horor, "Jatuh apa?"Tanya Dion tidak mempercayai pendengarannya tadi.

Aisya terkikik tangannya terulur mencolek lengan Dion, "Lo tipe idaman gue banget tau nggak sih? Kekar ,tampan dan yang penting eumm Lo wangi buat gue makin ingin ngelahap lo."Ujar Aisya ia menirukan gaya genit Franky yang menjadi bahan pembicaraan mereka sejak tadi tak lupa Aisya menjilat bibir dengan gaya sensual.

"Apaan sih! Jauh-jauh sana!" Dion bergidik ngeri membayang jika yang merayunya saat ini bukan Aisya tapi benar-benar si Franky teman adiknya itu.

Aisya terbahak puas saat melihat reaksi Abangnya, tanpa sadar Aisya memeluk erat lengan Dion menyembunyikan wajah dan tawanya disana, "Abang lucu sumpah!"ucap Aisya disela tawanya.

Dion mendengus namun sama sekali tidak terlihat keberatan dengan sikap Aisya bahkan ia menjalankan mobilnya tanpa menyuruh Aisya melepaskan lengannya, "Jadi Abang harus apa? Bantuin kamu ngakak juga?"sindir Dion.

"Enggak usah kelihatan banget maksanya."dumel Aisya, ia sudah tidak tertawa keras lagi tapi belum melepaskan lengan Dion.

Kali ini giliran Dion yang tertawa, ia melepas setirnya sebentar lalu mengacak rambut Aisya, "Mau makan dulu atau langsung pulang?"Tanya Dion pada Aisya, ia melirik sekilas Aisya yang merebahkan kepalanya dibahu lebar Dion.

Aisya sendiri bingung, ia ingin duduk kembali melepaskan lengan Dion tapi hatinya menahannya hingga ia merebahkan kepalanya di bahu Dion, hanya untuk kali ini saja.
"Kalau kita makan diluar nanti Umi ngambek lagi."sahut Aisya kali ini ia membiarkan hatinya yang menang.

"Enggak akan, Umi malam ini juga ada acara sama Abi terpaksa kita makan malam tanpa mereka padahal Abang tadi udah masak banyak."Dion sedikit kecewa, tapi mau bagaimana lagi toh semua tidak tahu akan seperti ini.

"Makan dirumah aja gimana? Lagian Abang udah masak juga kan?"Usul Aisya, ia bisa mendengar jelas kekecewaan Abangnya.
Dion berbinar,"Boleh, begini lebih baik."gumam Dion sambil kembali merekahkan senyumannya.

Aisya ikut tersenyum, ia memejamkan matanya sejenak ia ingin merasakan kehangatan tubuh Dion, wangi khas Dion yang sudah sangat dihafal olehnya, ia rindu semua yang ada pada Dion, sungguh.

"Bisa nggak sih waktu berhenti sebentar saja?"gumam Aisya dalam hati.

******

Vote komennya ya 😆😆

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang