FL-9

1.7K 184 4
                                    

"Sepertinya perjodohan Misha dan Dion akan berjalan lancar."

Aisya masih mematung, ia salah dengar bukan? Perjodohan? Dion? Misha?

Jadi maksud kedatangan mereka kerumahnya adalah untuk membicarakan perihal perjodohan Dion dan Misha.

Aisya merasakan kedua kakinya lemah bahkan ia harus berpegangan pada pinggiran tangga, Aisya mendudukkan tubuhnya diatas undakan tangga, kakinya mati rasa kedua tangannya bergetar begitu hebat pandangannya mulai buram dengan air mata sebelum isak tangisnya terdengar.

Aisya menahan sekuat tenaga isakannya, hatinya hancur selain kenyataan perjodohan Dion dan Misha sukses meremukkan hatinya, kenyataan lain pun semakin membuatnya hancur berkeping-keping.

Kenyataan bahwa selama ini 5 tahun perjuangannya melupakan cinta pertamanya, Dion semua sia-sia. Malam ini ia benar-benar menyadari akan hal itu, jika ia sudah benar-benar merelakan Dion tentu hatinya tidak akan sesakit ini ketika mendengar perjodohan ini bukan?

Ia akan turut berbahagia sebagai adik ketika saudaranya menemukan kebahagiaan, tapi disini ia berperan sebagai wanita yang baru saja kehilangan cintanya, prianya, dan ia benar-benar terluka dengan kenyataan itu.

Cintanya benar-benar berakhir sekarang, bahkan sebelum sempat berkembang. Miris sekali.

Setelah puas menangisi kehancuran hatinya Aisya menyeka air matanya, ia menghembuskan nafasnya berkali-kali dan berusaha menampilkan senyuman manis seperti biasanya, ia harus terlihat baik-baik saja sebelum bertemu mereka semua yang sedang tertawa bahagia ketika merencanakan perjodohan Dion dan Misha.

Aisya benar-benar berusaha menampilkan raut wajah ceria seperti biasanya meskipun cara itu sama sekali tidak membantu menghilangkan wajah pucat dan matanya yang sembab karena terlalu lama menangis.

Setelah merasa lebih baik akhirnya Aisya beranjak dari posisinya lalu melangkah menuju ruang makan, seketika tawa yang terdengar tadi terhenti ketika melihat kedatangannya, Aisya tersenyum seperti biasa seolah tidak ada apapun yang diketahui olehnya bahkan ia bisa melihat Dion sedang menatapnya bahkan sampai ia duduk dikursi Dion belum melepaskan tatapan darinya.

Namun Aisya memilih mengabaikan tatapan itu, ia duduk diam memegang piringnya lalu mengambil nasi dan lauk kemudian memakannya dalam diam, Aisya merasa asing dengan suasana makan malam keluarganya malam ini. Biasanya ketika berkumpul bersama seperti ini, Abi akan menjahilinya atau mengajaknya berdebat dan Umi akan membelanya tapi sekarang kedua orang tuanya malah diam saja bahkan tidak menegurnya sama sekali.

Sebenarnya apa yang terjadi disini? Kenapa sejak kedatangan Om Rama dan keluarganya suasana di dalam rumahnya benar-benar berubah? Aisya merasa asing di tengah keluarganya sendiri.

"Mas kok diam aja? Mau tambah lagi nasinya?"

Aisya mendongakkan kepalanya seketika ia menyesal, tepat didepannya, Misha sedang menyentuh lengan Dion begitu mesra yang dibalas gelengan dengan senyuman kecil khas Dion.

"Bang, Misha cocok banget sama Abang, calon istri idaman Abang banget kan?"

Aisya mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara Uminya, Prilly terlihat begitu senang saat melihat interaksi Dion dan Misha. Aisya menatap tak percaya kepada Uminya, Prilly sendiri terlihat acuh pada putrinya.

"Ekhem."Ali berdehem canggung, "Sudah ayok lanjut makannya nanti kita bicarakan lagi."lanjutnya lagi.

Aisya kembali memakan nasi didalam piringnya meskipun selera makannya sudah terhempas jauh, ia sungguh tidak mengerti dengan semua 'drama' dimeja makan ini. Sudahlah ia tidak mau terlalu memusingkan itu semua nanti ia juga bakal tahu sebenarnya apa yang sudah terjadi di keluarganya sekarang.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang