FL-26

1.9K 199 10
                                    


Dion memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, berkali-kali ia mengumpat ketika tidak berhasil menyalip mobil-mobil yang berada didepannya. Dion menekan klakson mobilnya berkali-kali ia tidak perduli kalau tindakannya ini termasuk kampungan dan akan menimbulkan umpatan dari pengguna jalan lain untuk dirinya.

Yang Dion perdulikan sekarang adalah kekasihnya, Aisya.

Dion tidak bisa berfikir lagi ketika menerima telfon dari Aisya yang menangis meraung sambil terus meracau tidak jelas diseberang telfon. Dion yang masih berada diruang rapat bersama Leo segera menyingkir tanpa memperdulikan tatapan heran dari Leo dan karyawannya sepanjang lobi yang baru pertama kali melihat Wakil Direktur mereka berlari-lari sambil mengumpat tidak jelas dengan telfon yang menempel ditelinga kirinya.

Ketika sampai di dalam mobil Dion kembali mengumpat ketika ponsel miliknya padam karena kehabisan daya, ia semakin khawatir dengan kondisi Aisya, apa yang sebenarnya terjadi sampai gadis itu menangis meraung seperti itu.

Dion semakin takut ketika berhasil menangkap beberapa kata yang diucapkan Aisya ketika menelfon tadi, 'Abi', 'Umi' hanya kata-kata itu yang diulang Aisya beberapa kali sebelum kembali meraung sambil mengatakan, 'Tidak mungkin' atau 'ini mimpi' dan sialnya ponselnya harus mati di saat genting seperti ini.

"Sialan!"maki Dion ketika melihat deretan panjang kendaraan didepannya.

"Sabar sayang, sebentar lagi Abang sampai."gumam Dion sambil mengusap wajahnya berkali-kali.

Tin!!!

Tin!!!

"Brengsek!!"

Pertama kali dalam hidupnya yang lurus penuh kelembutan Dion mengumpat dengan jelas menggunakan mulutnya. Biasanya ia hanya mengatakan hal-hal buruk didalam hati tapi kali ini ia tidak bisa menahan umpatan itu untuk tidak meluncur dari bibirnya.

"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?"Dion bergumam sendiri, ia sedikit lega ketika deretan mobil didepannya mulai berjalan dan berikutnya Dion kembali memacu mobilnya gila-gilaan.

Dan tak sampai setengah jam kemudian ia sudah memasuki gerbang rumahnya tanpa menghiraukan apapun lagi Dion memarkirkan mobilnya begitu saja lalu berlari menuju ke dalam rumahnya.

"Sayang!"

"Aisya!!"

"Sayang, kamu dimana?"

Dion berteriak memanggil Aisya sambil mengelilingi ruangan-ruangan yang ada didalam rumahnya, dan kali ini Dion benar-benar menyesali dengan luas rumah yang ia tempati hampir seumur hidupnya itu. Jika saja rumahnya tidak sebesar ini maka ia tidak akan kesulitan mencari Aisya.

"Sayang!!"

"Aisya, jawab dong sayang kamu dimana?"

Dion terus berteriak sambil berkeliling dan saat ini ia sudah sampai di dapur dan seketika matanya membulat saat mendapati Aisya sedang menangis tergugu disudut dapur, tubuh gadis itu bergetar hebat dengan kaki yang menekuk dan wajah yang disembunyikan diantara lututnya namun Dion bisa dengan jelas melihat gadisnya sedang menangis hebat disana.

Tanpa menunggu lama Dion segera mendekat dan segera membawa Aisya ke dalam pelukannya, ia bisa merasakan tubuh Aisya menegang sejenak sebelum kembali rileks dengan ke dua tangan gadis itu memeluk erat punggungnya, Dion terus memeluk gadisnya tanpa mengatakan apapun, Aisya masih menangis hebat bahkan gadis itu mulai kesulitan untuk bernafas.
Dion masih bingung sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Aisya-nya bisa menangis seperti ini? Namun ia tidak berani menyuarakan pertanyaannya, seketika rasa takut mulai menjalar ke dalam hatinya, berbagai prasangka buruk mulai memenuhi kepalanya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang