FL-59

1.8K 182 5
                                    

"Mas mau konsepnya yang gimana?"

"Gimana aja boleh sayang. Yang penting kamu bahagia."

"Mas mau prewed nya outdoor apa indoor?"

"Apa aja sayang. Asal bareng kamu."

Aisya hampir saja meneriaki pria dihadapannya ini, pria yang sudah menjadi calon suaminya itu sedari tadi hanya sibuk memeluk dan mengecupi pelipisnya. Dion terlihat begitu nyaman dengan posisi mereka sama-sama bergelung diatas karpet tebal diruang tamu.

Setelah Aisya menerima lamarannya beberapa waktu lalu saat ini mereka sudah disibukkan dengan berbagai macam persiapan pernikahan. Dion dan Aisya hanya bisa bertukar fikiran bersama karena tidak ada orang tua yang akan membantu mereka.

"Abi sama Umi pasti ngebantu kita dari sana sayang, bukan dengan tenaga tapi dengan doa."Ucap Dion ketika Aisya mulai bersedih saat mengingat kembali kedua orang tua mereka yang sudah tiada.

Mengenai pemberitaan media, Dion dan Aisya sudah melakukan konferensi pers, mereka menjelaskan semuanya dimulai dari Dion yang hanya anak angkat keluarga Wijaya hingga berita pernikahan keduanya. Dion dan Aisya tahu meskipun banyak yang mendukung pernikahan mereka namun tidak sedikit dari segelintir pihak-pihak tertentu yang menghujat mereka.

Aisya dan Dion hanya bisa mengacuhkan pemberitaan miring terhadap mereka toh ini hidup mereka.

"Mas kalau ditanya bisa dong jawabnya serius dikit."amuk Aisya sambil melepaskan diri dari dekapan Dion.

Pria tampan itu hanya tersenyum geli melihat Aisya cemberut, "Mas setuju saja apapun pilihan kamu sayang karena bagi Mas kebahagiaan kamu adalah segalanya."

Aisya tersipu namun menolak mentah-mentah rayuan Dion, "Gombal. Sekarang pilih konsep mana yang Mas mau terus kita diskusiin sama-sama."Perintah Aisya sambil meletakkan beberapa majalah yang ia dapatkan dari WO yang mereka sewa.

Dion masih terkekeh namun tetap meraih majalah itu membuka lalu meneliti berbagai macam konsep pernikahan termasuk gaun pengantin untuk perempuan dan jas untuk laki-laki. Dion terlihat begitu serius meneliti majalah tersebut hingga membuat Aisya terdiam menatap dalam wajah Dion.

Dion benar-benar luar biasa tampan, apalagi setelah pria ini mengganti model rambutnya berdasarkan permintaan Aisya,

"Yang, ayok dong!"rengek Aisya sambil menarik Dion masuk kedalam salon.

"Sayang. Please jangan begini dong! Mas masih nyaman dengan model rambut ini."Dion bergidik ngeri saat melihat beberapa karyawan salon yang setengah 'jadi' itu.

Aisya masih belum menyerah, "Tapi aku maunya pas nikahan kita nanti Mas tampil beda. Lagian aku juga mau ganti model rambut juga."

Dion menghela nafas dengan gemas ia mencubit pipi Aisya sebelum mengangguk pertanda ia akan menuruti permintaan gadis kesayangannya ini. Melihat itu, Aisya memekik lalu menubruk tubuh Dion memeluk erat pria itu.

"Makasih. Mas selalu nurutin apa yang Ais mau. Makasih banyak Mas. Ais sayang Mas."ucap Aisya mendaratkan kecupan ringan dipipi Dion.

Dion tersenyum, "Apapun untuk kamu sayang."Diusapnya kepala Aisya dengan lembut.

Lalu dengan penuh semangat Aisya menarik Dion menuju salon dan berkat tangan-tangan cantik manusia setengah 'jadi' menurut Dion, penampilan mereka benar-benar berubah dan Aisya sangat puas akan hal itu.

"Sayang."

Aisya tersentak mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum fokusnya kembali, ia tersenyum ketika mendapati Dion sedang berdiri di sampingnya dengan kedua tangan bertengger disaku. Dan sejak kapan Dion mengenakan kacamata itu. Fikir Aisya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang