FL - 3

2.8K 213 5
                                    

"Pagi Mi!!"sapa Aisya ceria.

Prilly yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya tersenyum melihat putrinya, "Pagi juga kesayanganny Umi."balasnya sambil melanjutkan menuangkan susu kegelas yang sudah ditata diatas meja.

Aisya tersenyum, ia menarik kursi didekat Prilly, "Tumben cepat bangunnya sayang?!"tanya Prilly sambil menatap putrinya.

Aisya hanya menyengir, ia memang sengaja bangun lebih pagi apalagi kalau bukan untuk menghindari Abangnya, ia sudah memikirkan semuanya semalam ia merasa tidak enak pada Abangnya, bukan salah Abangnya jika pria itu dekat bahkan berpacaran dengan wanita mana saja toh selamanya ia akan tetap menjadi adik pria itu. Tidak akan lebih.

Tapi ia masih belum siap bertemu langsung dengan Abangnya, perihal sikap kekanak-kanakannya semalam, ia akan meminta maaf ia janji tapi Kasih ia sedikit waktu untuk itu, dan pagi ini ia memilih berangkat lebih pagi ke kampusnya. Eh, dia belum cerita ya kalau saat ini ia bersekolah di Universitas terbaik di kotanya, tentu saja jurusan disigner ia benar-benar menggilai bagian fashion sejak kecil. Hingga tak heran penampilannya benar-benar fashionable.

Aisya terlihat manis ceria dan imut penampilan yang benar-benar mencerminkan usianya yang sudah menginjak 17 tahun. Muda? Memang benar, Aisya cukup pandai hingga di sekolah tingkat pertama dan menengah atas ia dua kali melompat kelas hingga ia lulus lebih cepat dari temannya. Kecerdasannya benar-benar diturunkan oleh Abinya.

"Eum, jadi mau ke kampus ini? Masih jam setengah tujuh loh dek?!"Prilly melirik jam dan menatap putrinya kembali.

Aisya tersenyum saja sambil melahap roti berselai coklat favoritnya, ia berharap dan berdoa dalam hati semoga Dion tidak turun dulu hingga ia selesai sarapan, jika ia tidak sarapan ia tidak mungkin di izinkan pergi oleh Uminya. Ia tidak pernah menolak permintaan Uminya termasuk pembatalan niatnya untuk melanjutkan study ke Paris, hingga memilih tetap melanjutkan study di Universitas disini karena Uminya tidak ingin kesepian jika tidak ada dirinya.

Benar juga, Uminya pasti kesepian Abangnya dulu bersekolah dan Abinya bekerja, otomatis Uminya lebih sering sendirian maka dari itu ia mengalah, meskipun tetap sibuk disiang hari toh sore ia masih bisa menemani Uminya, mengurus tanaman atau memasak bersama mencoba mempraktikkan resep-resep baru.

"Adek udah siap Ma!"

"Selamat Pagi!!!"

Aisya mematung ketika mendengar suara lembut khas Abangnya, Mati.. Padahal ia sudah benar-benar berusaha menghindari Abangnya itu. Tapi... Aarghhhh.. Kenapa ia harus terjebak seperti ini coba? Arrrgghhhh...

"Selamat pagi juga sayang."balas Prilly, ia menyambut bahagia kecupan dari Dion dipelipisnya.

Cup!!

Aisya semakin membeku saat Dion mengecup pipinya lalu mengambil tempat tepat disampingnya yang sudah berdiri karena buru-buru sebelum Dion datang tadi,
"Cepat banget kamu ke kampusnya dek!"ucap Dion sambil melirik jam lalu melihat adiknya.

"Aah.. Itu.. Apa.. Nanti ada ini kuis ya kuis jadi datang cepat biar disana bisa belajar juga."sahut Aisya beralasan seadanya. Ia merutuk dalam hati kenapa juga dirinya menjadi canggung seperti ini.

Dion mengangguk sambil tersenyum, "Ya udah, abang antar sekalian Abang juga mau tahu kamu kuliah dimana."Putus Dion yang langsung disetujui Ali yang sedang berjalan menuju meja.

"Boleh tuh bang, sekarang Abi lega ada abang jadi bisa ngawasin Adek kalau Abi sibuk!."ucap Ali setelah duduk dan meminum susu hangatnya.

Ia tersenyum lembut pada istrinya, "Pagi cintaku."ucapnya lembut sambil mengusap pipi istrinya. Prilly tersenyum dengan rona merah mulai menjalar diwajahnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang