Hari ini tepat hari pertama Dion bekerja dikantor Ali, ia terlihat tampan dengan balutan jas bewarna hitam, wajah tampan dengan mata sipit semakin menambah pesona Putra Ali itu.Dion kembali mematut diri didepan cermin dalam kamarnya, merapikan rambutnya yang sudah ditata sedemikian rupa, ia tidak mungkin datang kekantor dengan rambut berantakan seperti biasanya. Apa kata karyawan lain nanti, jika seorang wakil Direktur bekerja dengan tampilan khas bad boy. Tidak, ia tidak ingin memberikan kesan yang buruk pada semua karyawan disana.
Dion sempat menolak usulan Ali mengenai jabatannya, ia merasa masih kurang mampu untuk jabatan sepenting itu, ia belum berpengalaman meskipun ia cukup pandai dalam masalah belajar, hanya saja entahlah rasanya ia tidak pantas untuk posisi setinggi itu,
"Abang anak Abi dan Umi, Putra satu-satunya kebanggaan kami jadi wajar jika Abang menduduki posisi itu, toh nanti juga perusahaan itu akan menjadi hak Abang dan Ais, yang berarti wajib hukumnya untuk Abang kelola."Ucap Abi-nya kala itu yang diangguki oleh Uminya.
Ketika Dion ingin kembali mengeluarkan pendapatnya, ia terpaksa harus menelan kembali ketika melihat tatapan memohon dari Uminya, Dion hanya bisa menghela nafas sebelum mengangguk dan ia bisa mendengar jerit kebahagiaan Uminya dan pelukan hangat tiba-tiba menyergap tubuhnya,
Jika sudah begitu apa yang bisa Dion lakukan? Tidak ada. Sejak dulu ia tidak bisa menolak keinginan Umi-nya ini,
"Kamu memang kesayangan Umi bang."Dion tersenyum ia membalas begitu erat pelukan Uminya, "Umi juga kecintaan Abang."
"Enggak ada, enak aja cinta-cinta ini lagi satu depan suami masih saja merayu pria lain."Dengus Ali sambil memalingkan wajahnya. Ali merajuk.
Prilly mencibir sedangkan Dion tertawa lepas dalam pelukan Uminya, "Daun muda lebih menggiurkan kali bi."sahut Prilly dengan memperlihatkan tatapan memujanya pada Dion.
Lalu selanjutnya hanya pertengkaran manis kedua orang tuanya yang terdengar, Abinya yang merajuk dan Uminya yang semakin bersemangat menggoda suaminya.
Dion kembali memusatkan perhatiannya pada cermin, "Semangat Dion, buat semua orang yang kamu sayang bahagia."gumamnya pada diri sendiri sebelum ia melangkah keluar kamar.
Saat Dion membuka pintu kamarnya pintu diseberang kamarnya juga ikut terbuka, Aisya terlihat cantik dengan dress selututnya, dress berwarna merah maroon itu terlihat begitu pas ditubuh berisinya Aisya, Aisya memang tidak terlalu tinggi namun bentuk tubuhnya yang berisi tidak membuatnya terlihat begitu mungil namun entahlah Aisya terlihat begitu manis dan sexy.
"Abang!"
Dion tersentak, ya Tuhan apa ia baru saja melamun?
"Cantik kamu dek."Ucap Dion sambil mengedipkan matanya lalu memilih berjalan lebih dulu.
Aisya merasakan pipinya memanas, bukankah Dion baru saja memujinya? Ya Tuhan, dipuji seperti ini saja rasanya wajah Aisya seperti terbakar.
Sedangkan ditangga Dion sedang merutuki dirinya habis-habisan, ia benar-benar merasa bajingan ketika kembali mengingat bagaimana fikiran seperti itu tiba-tiba muncul didalam kepalanya, "Mungkin karena terlalu lama sendiri."dengus Dion geli, ia melanjutkan menuruni tangga tanpa memikirkan apapun lagi.
Ia hanya menyayangi Aisya sebagai Adik, hanya itu tentang pemikiran tadi toh namanya juga lelaki, hampir semua dari laki-laki didunia ini pasti pernah memikirkan tentang hal-hal seperti itu.
"Pagi Umi."sapa Dion sambil mengecup pipi kanan Prilly.
"Pagi sayang."balas Prilly sambil melanjutkan pekerjaannya yang sedang menata sarapan diatas meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Romance(CERITA INI PRIVATE FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, THANKS) Aisya anak tunggal Ali dan Prilly, gadis cantik nan ceria. Gadis yang dibesarkan dengan limpahan Kasih sayang kedua orangtuanya harus merasakan sakitnya jatuh cinta bahkan untuk pertama kali d...