FL-46

1.3K 158 15
                                    


Aisya membanting pintu kamarnya lalu tubuhnya merosot kelantai, dengan kuat ia membekap mulutnya agar tangisannya tidak sampai terdengar keluar, ia tidak akan mengizinkan mereka yang sudah menyakiti dirinya begitu dalam tertawa bahagia diatas penderitaannya.

Aisya menangis tergugu bayangan Dion memejamkan mata saat berciuman dengan Misha kembali terputar di otaknya,  bagaimana bisa Dion melakukan kesalahan sefatal itu? Dan bagaimana mungkin hubungan mereka harus berakhir tragis seperti ini.

Pengkhianatan?

Air mata Aisya mengalir deras ketika kalimat itu tercetus didalam otaknya seiring bayangan Dion dan Misha bercumbu.
"Sakit Mas, rasanya sangat sakit. "Lirih Aisya sambil memukul dadanya yang benar-benar terasa sesak.

Aisya menekuk kedua lututnya lalu membenamkan wajahnya disana, airmata Aisya tidak berhenti bahkan tangisannya semakin terdengar begitu menyayat hati. Aisya tidak perduli jika mereka mendengar tangisannya karena ia berjanji ini adalah airmata pertama dan terakhirnya untuk sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh Dion, pria yang paling dicintai olehnya setelah Abinya.

"Abi, Mas Dion jahat!"

"Umi tolong Ais, rasanya benar-benar sakit Mi."

Aisya terus meracau mengadu pada kedua orang tuanya yang sudah tiada, namun Aisya bisa merasakan kehadiran kedua orang yang paling berarti dihidup Aisya itu. Ia yakin saat ini Umi dan Abinya juga sedang meneteskan air mata melihat kesakitan dirinya.

"Kenapa harus Mas Dion, kenapa Mas Dion berubah menjadi pria brengsek seperti ini?"racau Aisya sebelum raungan tangisnya kembali terdengar, "Apa kurangnya Ais Mas? Apa kelebihan Misha sampai Mas berpaling dan memilih menyakiti Ais seperti ini?"

Aisya mengangkat kepalanya meskipun masih sambil menangis Aisya berusaha menjauhi pintu, kepalanya terasa berputar wajah sembam dengan mata bengkak semakin membuat kondisi Aisya begitu memprihatinkan. Gadis ceria penuh cinta hancur dalam sekejap karena sebuah pengkhianatan.

Benar-benar keji bukan?

Tapi Aisya berusaha sabar dan ia yakin Dion bukan pria bejat, Dionnya pria baik-baik dan sampai kapanpun Dion tidak akan menyakitinya.

'Cih! Kau lihat tadi bagaimana pria baik-baik itu memejamkan matanya menikmati setiap cumbuan dari wanita itu'

Aisya menggelengkan kepalanya ia merangkak menuju ranjangnya ketika kakinya benar-benar sudah tidak sanggup menahan bobot tubuhnya.

"Mas Dion bukan pria bejat."Bantah Aisya sambil menggelengkan kepalanya.

'Jangan munafik Aisya! Pria yang kau sebut baik-baik itu baru saja membiarkan anggota tubuhnya dijamah pria lain, jika saja kau tidak muncul mungkin saat ini ia sudah memadu kasih dengan wanita itu."

"Tidak!!! Mas Dion tidak mungkin seperti itu!!!"Jerit Aisya sambil menutup kedua telinganya.

Aisya membenamkan wajahnya pada ranjang sedangkan tubuhnya masih merosot diatas lantai, Aisya menangis tersedu-sedu disana menumpahkan segala kepahitan dan juga kesakitan yang dirasakan olehnya.

"Umii..."

"Abi.. Tolong Ais Bi, bagaimana ini? Ais harus bagaimana Bi?"

"Umi.. Peluk Ais! Ais benar-benar kesakitan sekarang tubuh dan hati Aisya benar-benar sakit Mi."

Aisya bergumam tanpa menjauhkan wajahnya dari ranjang, wajah cantik itu terbenam sempurna diatas kasur. Aisya berharap segera tertidur lalu akan bangun besok dengan semangat baru jika boleh meminta ia berharap yang ia lihat malam ini adalah mimpi.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang