FL-52

1.5K 164 10
                                    


Dion melangkahkan kakinya memasuki rumah yang sudah puluhan tahun di tempatinya. Langkahnya sedikit berat menunjukkan betapa beratnya beban yang sedang ditanggung oleh Dion saat ini. Setelah mendapat surat pemecatan dari Aisya selaku pemilik sah Wijaya Group tadi pagi hingga rapat dadakan pemegang saham diadakan siang hari selepas makan siang.

Entah harus bersyukur atau mendesah kecewa ketika yang harusnya memimpin rapat itu Aisya, selaku pemilik dan pemimpin Wijaya Group yang baru tidak kunjung hadir hingga rapat terpaksa ditunda setelah menunggu kedatangan Aisya hampir 3 jam lebih.

Dion ingin marah karena Aisya terlalu berani bermain-main dengan perusahaan guna untuk membalas dirinya. Dion hanya tidak ingin ada penyesalan nantinya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Wijaya Group sudah berkembang sepesat itu karena tangan ahli almarhum Abi mereka harus hancur hanya karena dendam belaka.

Konyol.

Dan sayangnya yang menyebabkan kekonyolan ini adalah wanita yang sangat dicintai olehnya.

Dion kembali menghela nafas, ia sudah tidak berharap akan kembali menempati jabatan Direktur toh dari awal ia memang sudah menolaknya pada saat Abinya masih hidup namun berkat paksaan dari sang Ayah hingga akhirnya Dion menyerah dan akan menyerahkan semua hak atas Wijaya Group ketika Aisya genap berumur 25 tahun nanti.

Namun siapa sangka semua berubah kacau seperti ini.

Dion melempar tasnya begitu saja ketika sampai diruang tamu, ia merebahkan dirinya sejenak sambil memejamkan matanya. Ia lelah, hari ini benar-benar berat untuknya.

"Sayang."

Dion menggertakkan giginya hingga terdengar bunyi gemeletuk, ia sedang ingin sendiri kenapa ada saja yang menganggunya terlebih itu adalah Misha biang dari semua masalah ini.

"Pergilah Misha! Hari ini moodku benar-benar sedang tidak dalam keadaan baik."Peringat Dion yang diacuhkan oleh Misha.

Tanpa malu Misha ikut merebahkan diri didekat Dion, memeluk lengan Dion manja yang segera disentak oleh Dion.
"Jangan ngelunjak Misha! Aku tidak mengusirmu dari sini hanya karena kasihan tidak lebih."

Misha mendengus, "Nggak apa-apa. Aku yakin dari rasa kasihan lama-lama juga tumbuh Cinta."

Dion membuka matanya menatap remeh pada Misha, "Oh ya! Tapi sayang sekali cerita seperti itu hanya ada di dalam novel karena bagiku Aisya Cinta mati. Bahkan sampai mati hingga dihidupkan kembali hanya Aisya yang akan kembali aku pilih."Tegas Dion sebelum kembali merebahkan kepalanya pada sandaran sofa.

Misha mengepalkan kedua tangannya, "Apa yang sebenarnya kau lihat dari gadis manja seperti itu!"

"Hatinya."

"Hati?"Misha tersenyum mengejek, "Bahkan aku tidak yakin hati gadis itu masih untukmu."

Dion kembali membuka matanya menatap Misha dalam, "Bahkan jika hati itu sudah bukan milikku lagi namun hatiku akan tetap menjadi miliknya."

"Ooww puitis sekali."ejek Misha yang dibalas kedikan bahu oleh Dion.

"Jangan lupa kalau kita sudah dijodohkan oleh almarhum orang tua kita."Sentak Misha ketika Dion mulai beranjak meninggalkan dirinya.

Dion menghentikan langkahnya tanpa berbalik, "Dan sayang sekali yang menjodohkan kita sudah kembali ke sisi Tuhan."

Dion melanjutkan kembali langkahnya sebelum menaiki tangga ia kembali berhenti dan kali ini ia menoleh menatap Misha yang sedang menatap kearahnya dengan kobaran amarah,
"Satu lagi, aku sekarang hanya OB bukan Direktur seperti harapanmu."

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang