FL-40

1.5K 149 1
                                    


"Mas benar kan? Semua baik-baik saja."

Aisya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, "Iya mas, syukurlah tidak hal menakutkan yang terjadi di dalam sana."

Dion tersenyum gemas tanpa bisa menahan diri tangannya terangkat mengacak rambut Aisya, "Tentu. Jadi mulai sekarang Ais harus kuat hadapi semua ini dengan senyuman dan cobalah untuk belajar ikhlas dan menerima."Dion menghentikan langkahnya ketika mereka sudah sampai diparkiran tepatnya disamping mobil Dion."Menerima kenyataan bahwa Umi dan Abi sudah berada di tempat yang jauh lebih indah dan nanti kita juga akan menyusul mereka dan kembali berbahagia disana."ujar Dion penuh kelembutan.

Aisya bisa merasakan matanya berkaca-kaca bayangan Umi dan Abinya terlintas begitu saja, bagaimana tawa khas Abinya ketika berhasil mengerjainya atau rengekan manja Uminya ketika mereka semua kompak menjahili wanita cantik itu. Dan sekarang semua tinggal kenangan tidak akan ada lagi terdengar deraian tawa Abinya dan juga rengekan manja sang Umi.

Sakit.

Hati Aisya benar-benar sakit.

Bahkan tanpa disadari air mata Aisya sudah menetes melihat itu Dion segera membawa Aisya ke dalam pelukannya, seperti kata dokter tadi Aisya hanya perlu mengontrol dirinya dan tentu saja Aisya sangat memerlukan dukungan darinya. Sebagai saudara dan juga sebagai kekasih.

Aisya menangis pilu dalam pelukan Dion, mereka mengabaikan pandangan orang-orang yang melihat mereka, bagaimana tidak mereka berada diparkiran dan Dion sedikit menyesal kenapa ia tidak langsung mengajak Aisya masuk ke dalam mobil tadi.

Setelah beberapa menit berlalu tangis Aisya sudah tidak terdengar lagi hanya sedu sedannya saja yang masih terdengar, "Sudah lebih baik sayang?"tanya Dion sambil mengusap punggung dan kepala Aisya.

Aisya mengangguk pelan sebelum melepas pelukan Dion gadis itu menghirup dalam aroma maskulin yang menguar dari tubuh Dion, aroma yang selalu membuatnya damai dan tenang.

"Ais lapar"rengek gadis itu seperti biasa setelah melepaskan pelukannya menatap Dion dengan binar manja seperti biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada gadis itu.

Satu kemajuan.

Melihat itu mau tidak mau Dion menarik sudut bibirnya membentuk senyuman lembut khas dirinya, "Mau makan apa tuan putri?"

Aisya tersipu, "Bagaimana kalau kita ke restoran Jepang saja?"Usul Aisya yang segera di angguki oleh Dion.

Apapun akan Dion lakukan untuk wanita yang sangat dicintai olehnya ini.

Dion membuka pintu mobilnya sambil mempersilahkan Aisya masuk, "Silahkan tuan putri, hamba siap mengantarkan tuan putri kemanapun tuan putri inginkan."

Aisya memukul pelan lengan Dion diikuti derai tawanya, "Apaan sih mas."kekeh Aisya geli sebelum masuk ke dalam mobil.

Dion tidak bisa menghilangkan senyuman diwajahnya, ia yakin selanjutnya hari-hari mereka akan lebih indah. Semoga saja.

*******

Aisya dan Dion memilih duduk dimeja paling sudut cafe nuansa klasik sesuai permintaan Aisya. Ditengah jalan tadi gadis itu  berubah pikiran dari niatnya makan siang dengan makanan Jepang beralih menjadi nasi goreng dan disinilah mereka berakhir.

Dion sih iya-iya saja toh yang penting untuknya adalah kebahagiaan Aisya.

"Mas mau pesan apa?"Tanya Aisya setelah seorang pelayan wanita menghampiri meja mereka.

Dion menarik kursi kesamping Aisya agar bisa melihat daftar menu ditangan Aisya, "Kamu pesan apa sayang?"Tanyanya ketika melihat Aisya membolak-balik buku tanpa berniat memesan.

Aisya menggigit kukunya pertanda ia gugup dan Dion sedikit heran, "Kamu mau makan lain? Tidak mau menu disini? Bilang saja biar Mas carikan untuk kamu."

Aisya menggelengkan kepalanya membuat Dion mengernyitkan dahinya, Aisya mencondongkan tubuhnya pada Dion lalu berbisik ditelinga pria itu, Dion mengernyit sebelum tawa terdengar dari pria itu. Aisya sontak menutup mulut Dion dengan kesal.

Sikap keduanya justru mengundang senyum dan iri dihati pelayan yang masih berdiri disamping meja mereka. Bagaimana tidak Dion terlihat begitu tampan ketika tertawa seperti tadi begitu pula Aisya yang merajuk yang justru mendapat perlakuan manis dari Dion.

Benar-benar pasangan sempurna. Bathin pelayan itu.

Dion mengusap kepala Aisya tanpa meronta ketika Aisya masih membekap mulutnya. "Mbak saya pesan ini sama ini ya."Aisya menjauhkan tangannya dari mulut Dion lalu beralih pada pelayan sambil menunjuk pesanannya.

Pelayan itu tersenyum lalu mencatat pesanan Aisya, Dion masih mengusap kepala Aisya sebelum ikut mengatakan pesanannya, "Mbak saya pesan soto terus iga bakarnya sama ikan bakar juga terus--"

"Mas yakin sanggup menghabiskan itu semua?"tanya Aisya tak percaya lebih tepatnya ia tak percaya bahwa beberapa detik lalu ia menginginkan semua makanan yang disebutkan oleh Dion.

Dion tersenyum, "Tentu sayang."jawabnya sekilas sebelum kembali memfokuskan dirinya pada pelayan, "Nah mbak saya mau yang ini sama ini juga terus minumnya saya lemon tea dan pacar saya jus alpukat saja. "

Pelayan mencatat semua pesanan Dion sebelum meninggalkan meja pelayan itu kembali menyebutkan apa saja pesanan Dion dan Aisya.

Setelah pelayan undur diri, fokus Dion kembali pada Aisya sepenuhnya, "Tumben mau makan banyak biasanya kamu takut gendut? Aku suruh makan kamu malah nolak alasan diet lah."cibir Dion membuat Aisya terkikik geli.

Aisya menopang dagu sambil menatap Dion, "Mau balas dendam aja kayaknya kemaren-kemaren Ais kalaupun kayaknya nggak nimbun lemak toh Aisya makan nasi sambil makan hati juga."candanya yang dibalas derai tawa Dion.

Dion tertawa tangannya terulur kembali untuk mengusap kepala Aisya, "Makanya jangan banyak pikiran percaya saja semua yang sudah digariskan oleh Tuhan maka itulah yang terbaik untuk kita."

Aisya mengangguk setuju, kemarin semua yang dilakukan Aisya hanya untuk menutup kesakitannya saja, ia makan dan beraktivitas seperti biasa namun jiwanya terguncang tidak pernah semenitpun ia benar-benar merasa damai seperti sekarang ini. Ia gelisah sendiri yang berakhir dengan tangisannya disetiap malam, padahal ia hanya perlu sedikit berusaha untuk ikhlas toh walaupun ia menangis sampai air matanya keringpun orang tuanya tidak mungkin kembali lagi.

Abi umi. Kalian lihat Ais sekarang kan? Mulai sekarang Ais ikhlas atas semua yang terjadi, Ais ikhlas dengan kepergian kalian berbahagialah disana Bi, Mi. Dan tunggu Aisya dan Bang Dion ya, suatu saat kita akan bersatu kembali.

Aisya tersenyum lepas tanpa beban detik ini ia sudah benar-benar iklas atas semua yang telah menimpanya. Ia akan melanjutkan hidup bersama pria didepannya ini.

Aisya menatap Dion yang sedang sibuk dengan ponselnya, setiap detik Aisya bersyukur dengan kehadiran pria ini, ia tidak perduli bagaimana masa lalu Dion, toh ia tidak berada disana lagipula kedua orang tuanya sangat menyayangi Dion semasa hidupnya. Dan Dion benar-benar pria baik dengan hati lembut yang mampu membuat Aisya jatuh cinta berkali-kali.

"I love you."bisik Aisya tanpa mengalihkan pandangannya dari Dion.

Dion menolehkan kepalanya menatap Aisya, senyuman kembali terbit dibibir pria itu. "I love you too sayangku."balasnya lembut.

Dion menyimpan ponselnya kedalam saku celananya lalu meraih tangan Aisya dan menggengamnya, mereka saling tatap berlomba menunjukkan cinta dari pancaran mata masing-masing.

Sampai akhirnya keributan disamping meja mengalihkan pandangan mereka, semua terjadi begitu cepat ketika segelas air meluncur membasahi wajah Aisya.

"Dasar jalang."umpatan terdengar begitu keras.

******

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang