(CERITA INI PRIVATE FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, THANKS)
Aisya anak tunggal Ali dan Prilly, gadis cantik nan ceria. Gadis yang dibesarkan dengan limpahan Kasih sayang kedua orangtuanya harus merasakan sakitnya jatuh cinta bahkan untuk pertama kali d...
Dion terdiam, "istirahat sayang. Udah malam ini."ucap Dion mengabaikan perkataan Aisya.
Aisya kembali merengut kali ini kentara dengan raut kecewanya, mata Aisya sudah tidak bisa menutupi kekecewaannya. Dengan perlahan Aisya merebahkan tubuhnya. Ia tahu langkahnya tidak mudah namun kali ini ia akan menggunakan hatinya bukan keegoisannya lagi.
Semangat Aisya! Bukankah dulu pria ini juga pernah menolakmu? Kau hanya perlu berusaha sedikit lebih keras lagi dan pernikahan impianmu akan segera terjadi. Jangan menyerah!
Aisya menyemangati dirinya sendiri, perlahan bibirnya kembali mengukir senyum kekecewaan di matanya mengikis dengan sendirinya, Aisya kembali menatap Dion setelah merebahkan diri sepenuhnya diatas ranjang milik Dion.
"Selamat malam Mas."Ucap Aisya dengan senyuman manisnya.
Dion tersenyum kepalanya menunduk mendaratkan kecupan hangat di dahi Aisya hingga mata Aisya terpejam, "Selamat malam juga sayang."balas Dion sebelum menegakkan tubuhnya ia menyempatkan diri mengusap ringan pipi Aisya.
Dion menjauh dari sisi ranjang setelah melihat Aisya sudah memejamkan matanya, Dion beralih menuju sofa didalam kamarnya. Setelah bangun dari pingsannya tadi Aisya ingin menempati kamarnya bahkan gadis itu menolak ketika Dion ingin menggendongnya ke kamarnya sendiri.
Dion yang memang selalu lemah kalau menghadapi Aisya hingga akhirnya membiarkan Aisya menempati ranjangnya dan ia memilih sofa sebagai tempat tidurnya malam ini. Aisya tidak mungkin membiarkannya tidur di kamar lain dan ia tidak mungkin membiarkan dirinya sendiri tidur diranjang yang sama dengan Aisya.
Demi Tuhan, Dion pria normal dan pria normal mana yang bisa menolak pesona gadis secantik Aisya. Terlebih ia yang memang sudah tergila-gila pada pesona gadis itu.
Dion mengerang pelan ketika merebahkan kepalanya pada bantalan kecil diatas sofa miliknya,dengan postur tubuhnya yang tinggi Dion benar-benar kesulitan untuk mencari kenyamanan diatas sofa. Di tambah dengan kondisi tubuhnya yang belum fit.
Dion menghela nafas sebelah tangannya ia letakkan diatas kepala menutupi perban yang melilit kepalanya, ia ingin menolak diperban seperti ini toh hanya bagian belakang kepalanya saja yang terluka namun ketika sadar perban itu sudah melilit kepalanya seperti ini.
Dion menoleh kearah ranjang menatap Aisya yang sudah terlelap sepertinya nafas gadis itu terlihat teratur, Dion menarik sudut bibirnya wajah Aisya benar-benar polos ketika tertidur seperti saat ini namun kecantikan gadis itu masih saja terpancar. Ingin rasanya Dion bangkit dari posisinya menghampiri Aisya merebahkan diri diatas ranjang yang sama lalu menarik Aisya ke dalam dekapannya.
Jika saja Dion bisa mempercayai dirinya sendiri mungkin saat ini ia sedang berada diatas ranjang sambil memeluk Aisya, namun sayang Dion sama sekali tidak mempercayai instingnya sebagai laki-laki normal itu.
Setelah puas Dion kembali merebahkan kepalanya menekuni posisinya seperti semula, mata menatap nyalang kearah langit-langit kamarnya. Ia tidak bisa memejamkan matanya meskipun sangat ingin. Dion seketika teringat apa yang harus ia lakukan setelah ini? Dion tidak bisa menutup mata dengan berbagai masalah yang menimpa dirinya dan Aisya seperti masalah Misha. Dion menghela nafas, besok mungkin ia akan mendatangi rumah sakit jiwa dimana tempat Misha dirawat, sebagai sesama umat manusia ia tidak bisa mengabaikan Misha, ia akan menolong Misha murni karena rasa kemanusiaannya gadis itu yatim piatu dan sebatang kara, meskipun sudah berlaku jahat tapi saat ini Misha benar-benar tidak berdaya dan Dion akan menolong Misha semampunya dan tentu saja sepengetahuan Aisya, cintanya.
Dion tidak ingin lagi sikap diamnya membuat Aisya salah faham kembali dan berujung dengan dirinya akan kehilangan Aisya, lagi. Tidak Dion tidak ingin kejadian kemarin menimpa dirinya lagi, cukup sekali ia bertindak bodoh dan cukup sekali juga ia membuat Aisya marah hingga berbuntut panjang dengan di pecatnya ia sebagai Direktur.
Aisya tidak main-main dengan rasa sakitnya bahkan gadis itu mengabaikan segala kemungkinan dan kehancuran Wijaya Group akibat tindakannya. Dan Dion bersumpah tidak akan membuat gadis itu marah lagi. Dion tidak bisa membiarkan apa yang sudah susah payah dibangun oleh Abinya harus hancur karena kecerobohan mereka semata.
Dion menghela nafasnya kembali, entah apa yang membuatnya terlihat begitu tertekan saat ini. Dion memejamkan matanya secara perlahan, bibirnya mengukir senyum tanpa sadar ketika bayangan Aisya melamar dirinya kembali terulang didalam otaknya.
"Mas pasti nikahin kamu sayang tapi tolong bersabar beri Mas sedikit waktu lagi."Dion bergumam sebelum alam mimpi benar-benar merenggut kesadarannya.
*******
Aisya mengerjapkan matanya ketika sinar matahari mengusik mimpi indahnya, gadis itu mengerang pelan sebelum bergerak-gerak tidak jelas diatas ranjangnya. Setelah merasa kesadarannya mulai terisi penuh Aisya membuka matanya perlahan-lahan sebelum beranjak dari ranjang Aisya kembali menggerakan tubuhnya namun kali ini perenggangan otot yang di lakukan olehnya terlihat lebih manusiawi.
Aisya mengangkat kedua tangannya keatas kepala sambil ikut menggerakkan kepalanya dengan gerakan memutar secara perlahan, Aisya kembali mengerang setelah beberapa menit Aisya menghempaskan kedua lengannya dengan hembusan nafas yang terdengar kasar.
Sebelum benar-benar beranjak dari kasur, Aisya menelisik ke penjuru kamar Dion. Sepi.
Sepertinya Dion sudah meninggalkan kamarnya sejak tadi buktinya sofa yang ditempati Dion semalam sudah rapi dengan bantalan kecil diatas sofa sudah tersusun rapi. Sepertinya Dion ke kantor.
Aisya seketika teringat dengan rencananya, hari ini ia berencana ke kantor untuk meluruskan semua masalah yang sudah ia timbulkan lalu mengembalikan semua pada tempatnya termasuk jabatan Dion. Aisya meringis pelan ketika mengingat bagaimana kejamnya dirinya ketika menurunkan jabatan Dion bahkan menempatkan pria itu sebagai OB.
Aisya meringis malu, semua kebodohan dan kekonyolan itu terjadi akibat rasa sakit hatinya. Benar-benar bahaya penyakit sejenis sakit hati itu, bathin nya meringis.
Aisya menurunkan kedua kakinya ke tepi ranjang namun sebelum beranjak mata Aisya kembali menyisir sudut kamar Dion kali ini sasaran Aisya adalah karet rambut, siapa tahu dikamar Dion ada karet rambutnya. Aisya terlalu malas kalau harus ke kamarnya hanya untuk sebuah karet rambut.
Dengan mata menelisik tangan Aisya bergerak mengumpulkan rambutnya yang ingin ia ikat, namun seketika tangan Aisya berhenti bergerak dengan mata bulatnya berkedip-kedip lucu ketika menyadari ada sesuatu diatas meja dekat lampu kecil disudut ruangan. Disana ada kursi panjang yang biasanya digunakan Dion ketika pria itu membaca buku-buku koleksinya.
Aisya bergerak melepaskan tangannya dari rambut yang ia biarkan tergerai begitu saja, Aisya melangkah mendekati meja kecil itu. Senyuman manisnya benar-benar tidak bisa disembunyikan. Dion benar-benar sukses membuat paginya begitu indah.
Sebuah kotak berbentuk hati diisi dengan bunga mawar bewarna soft pink sebuah boneka minnie mouse dengan warna yang sama dan juga sebuah balon berbentuk hati dibelakangnya masih dengan warna sama. Pagi Aisya benar-benar indah hari ini. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aisya semakin mengembangkan senyumnya ketika melihat boneka itu memangku sebuah kotak berpita yang ia yakini berisi coklat kesukaannya.
Aisya hampir memekik karena rasa bahagianya tepat ketika ia menyadari ada sebuah notes kecil yang terselip dibawah kotak tersebut, tangan Aisya terulur mengambil notes tersebut dengan hati berdebar Aisya membuka kertas kecil itu seketika senyuman semakin mengembang di wajahnya.
Selamat pagi cintaku. Semoga harimu menyenangkan dan kebahagiaan selalu menyertaimu Sayangku.