FL-55

1.6K 174 5
                                    


Dion menatap prihatin pada Misha yang terus berteriak menyumpahi Aisya lalu kemudian tertawa, kondisi kejiwaan Misha benar-benar mengkhawatirkan.

"Lalu tindakan apa yang sebaiknya kita ambil untuk menangani Misha dok?"

Dion menatap seorang dokter yang bekerja dirumah sakit jiwa tempat Misha dirawat yang juga ikut menemani Dion mengunjungi Misha.

"Entahlah, kondisi jiwanya benar-benar tidak bisa dikatakan baik saat ini."Dokter Adrian menjelaskan pada Dion. Dokter yang menangani Misha itu terlihat begitu tampan meskipun usianya hampir berkepala 4.

Dion menghela nafas, terlepas dari semua sikap Misha sebenarnya ia menyayangi Misha sebagai adik, terlebih ketika mengetahui gadis itu yatim piatu seperti dirinya. Ia sungguh-sungguh menyayangi Misha.

"Lakukan yang terbaik untuk adik saya Dokter."pinta Dion dengan tatapan masih tertuju pada Misha.

Misha terlihat sedang tertawa sebelum berteriak histeris sampai dua orang perawat yang menanganinya terlihat kewalahan dengan Misha yang terus bergerak kesana kemari. Hingga akhirnya salah seorang perawat menyuntik sesuatu kelengan Misha hingga beberapa saat kemudian tubuh gadis itu melemah dengan mata terpejam.

Dion kembali menatap dokter disampingnya, dokter Adrian tersenyum sambil menepuk bahu Dion, "Saya akan lakukan yang terbaik untuk adik Anda."

Dion mengangguk sambil mengulas senyum tipis, "Terima kasih dok."

Dokter Adrian mengangguk sebelum berpamitan pada Dion karena ada pasien lain yang harus diurus olehnya. Dion menatap punggung dokter Adrian yang mulai menjauh darinya, meskipun berusia lebih tua darinya, entah kenapa Dion yakin dokter Adrian akan benar-benar menjaga Misha nantinya.

Entahlah, hatinya meyakini hal itu begitu saja.

Dion hanya berharap suatu saat nanti ketika sudah kembali mendapati kesembuhannya Misha bisa berubah dan menemukan pria yang benar-benar mencintai gadis itu kemudian hidup berbahagia seperti dirinya dan Aisya.

Seketika raut wajah Dion berganti bahagia, ia sangat penasaran bagaimana reaksi kekasihnya itu ketika melihat kejutan darinya. Ah, rasanya ia sudah tidak sabar untuk menemui gadis itu tapi keinginan itu harus ditahan olehnya karena setelah ini ia harus ke kantor.

Karena pada akhirnya semua kekacauan yang diperbuat oleh Aisya harus diselesaikan olehnya. Gadis itu benar-benar.

Ditempat lain, Aisya terlihat begitu riang sambil memilih pakaian yang akan dikenakan olehnya. Aisya ingin menemui Dion di kantor setelah menelfon pengacara keluarganya semalam untuk memberitahu bahwa ia batal mengambil alih perusahaan dan semua tanggung jawab perusahaan akan kembali menjadi hak Dion sebagai Direktur Wijaya Group.

Aisya terus bersenandung suasana hatinya pagi ini benar-benar baik, setelah mendapat kejutan dari Dion hatinya terus saja berbunga-bunga, future husband. Ingin rasanya Aisya menjerit untuk melampiaskan kegembiraannya.

"Ck. Coba aja dari dulu Mas Dion romantis gitu nggak bakal ada tuh drama-drama balas dendam ala Aisya."ucapnya sambil terkikik geli.

Sekarang jika membayangkan bagaimana konsep balas dendam yang pernah diatur dan sudah dijalankan olehnya meskipun tidak sepenuhnya ingin rasanya Aisya tertawa. Benar, rasanya yang selama ini berprilaku seperti itu seperti bukan dirinya.

"Makanya jangan buat cewek sakit hati, hal-hal mustahil pun bakal tetap diemban asal dendam terbalaskan."Aisya kembali berbicara sendiri.

Aisya kembali bersenandung menggoyangkan tubuhnya kesana kemari mengikuti nyanyiannya, Aisya benar-benar terlihat bahagia. Pancaran dimatanya tidak bisa menutupi apa yang tengah dirasakan olehnya saat ini.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang