FL-44

1.3K 142 3
                                    


Aisya terkekeh geli ketika mendapati Diana sahabatnya masih tersungut-sungut ketika menghampirinya di parkiran mall.
"Sialan sekali pria itu."

Aisya hanya terkikik menanggapi gerutuan Diana, Leo. Ia ingat pria itu adalah pria yang sama dengan pria yang dijumpainya di dalam lift tempo hari. Leo sipewaris GL Group.

'Tapi dia tampan."Aisya menyuarakan pemikirannya tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan yang mulai macet.

Diana mendengus, "percuma ganteng kalau otak kosong nggak ada isinya."

Aisya terbahak, meskipun tampan namun Leo sedikit bagaimana ya menyebalkan mungkin. Aisya masih mengingat bagaimana Leo sok kenal padanya dulu, bahkan ketika itu adalah pertemuan pertama mereka dan tanpa canggung Leo berbicara padanya.

"Sial sekali bolos kuliah cuma buat ketemu pria sok kecakepan sok kaya itu."

"Pria itu memang cakep dan kaya pastinya."

Diana mendelik pada Aisya, "Lo kenal tuh si songong?"

Aisya mengedikkan bahunya, "Cuma pernah ketemu sekali, dulu."ujarnya biasa saja.

Diana kembali memanyunkan bibirnya, ia masih saja kesal pada pria itu. Entah kenapa bahkan ketika pria itu sudah meminta maaf dia masih juga kesal apalagi ketika pria itu berbicara tanpa saringan seperti tadi.

Oke, dia juga salah sih kan tadi itu kecelakaan kenapa dia harus begitu lebay menanggapinya.

Ck. Tapi dimana-mana yang namanya wanita selalu benar titik nggak pakek tawar menawar lagi.

"Udahlah. Jangan terlalu bawa hati kalau ujung-ujungnya nyantol dihati."Aisya semakin gencar menggoda Diana.

Diana mendelik sambil mengetuk-ngetuk kepala lalu dashboard mobil sambil berkata, "Amit-amit jabang bayi. Jauh-jauh deh."

Aisya terbahak, "Kalau udah jodoh mah lo nggak bisa apa-apa selain terima dengan ikhlas."

"Kayak lo maksudnya?"

Aisya terdiam, "Lo kan gitu, mau gimanapun Mas Dion nyakitin hati lo meskipun sebenarnya lo juga terlalu mendalami sih cuma ya kalau udah nyantol dihati tetap aja ujung-ujungnya lo maafin kan?"

Aisya mendengus memilih diam mengabaikan serangan balik dari Diana.

Diana memiringkan tubuhnya menghadap Aisya yang masih fokus dengan setirnya, "Dengerin gue, seberat apapun cobaan kedepannya lo harus ingat, ada gue. Gue bakal selalu ada buat lo bahkan ketika lo tumbang gue akan selalu bersedia menopang lo tanpa lo minta asal."Diana menghentikan pembicaraan ketika melihat Aisya menoleh. "Asal lo mau berbagi sama gue. Apapun lo bisa cerita ke gue Ais, jangan pendam sendiri lo nggak bakal sanggup nanggung semuanya sendirian, ngerti!"

Aisya mengangguk, ia tersenyum haru dalam hati ia bersyukur memilik sahabat seperti Diana, meskipun ada Dion yang selalu disisinya namun kehadiran Diana benar-benar menambah semangat hidupnya. Dan mulai saat ini Aisya berjanji ia akan bertahan apapun yang terjadi nanti.

*******

Dion menghempaskan map berisi laporan keuangan perusahaannya seharian ini ia benar-benar tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan pekerjaannya. Aisya kekasihnya itu begitu merajai akal sehat Dion seharian ini.

Antara rasa bersalah dan juga kerinduan yang begitu tega menggerogoti hati Dion. Ia benar-benar menyesal atas kejadian semalam tidak seharusnya ia membentak kekasihnya. Dan ia harus siap menerima sikap acuh Aisya padanya.

Dion kembali melirik ponselnya hari ini tidak ada satu pesan atau panggilan dari Aisya, biasanya meskipun hanya untuk sekedar menyapa atau memperingatkan dirinya makan siang Aisya selalu menghubunginya atau mengirim pesan singkat untuknya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang