FL-45

1.4K 158 23
                                    


Aisya memarkirkan mobilnya di dalam garasi, hari ini lumayan melelahkan tapi juga menyenangkan setidaknya ia bisa melupakan sejenak kekesalannya setelah puas menghabiskan waktu seharian dengan sahabatnya. Diana.

Aisya menghela nafas saat melihat mobil Dion yang terparkir didalam garasi, tumben sekali pria itu pulang cepat biasanya Dion akan sampai rumah lewat jam makan malam apalagi menjelang akhir-akhir bulan seperti saat ini, Dion jelas akan disibukkan dengan berbagai laporan.

Aisya melirik arloji di tangan kirinya masih pukul 5 sore dan Dion sudah berada dirumah? Luar biasa.

Seketika Aisya mendengus sinis, apa ini berhubungan dengan Misha? Jelas sekali, setelah membela wanita itu di hadapannya sekarang Dion juga lebih memilih menghabiskan waktu bersama setan kecil itu. Hebat sekali.

Rasanya Aisya harus segera mempersiapkan hatinya jika tiba-tiba Dion menginginkan hubungan mereka berakhir. Denyutan rasa sakit menjalar disekujur tubuh Aisya, baru membayangkan saja Dion memilih wanita lain dan mengakhiri hubungan mereka saja rasanya sudah sangat sakit apa lagi jika hal itu benar-benar terjadi. Aisya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya.

Aisya membuka pintu mobilnya sebelum itu ia sudah mengambil semua belanjaan miliknya, Aisya terlihat sedikit karepotan ketika menutup pintu mobilnya. Setelah itu Aisya melangkah menuju pintu penghubung garasi dengan ruang tengah rumahnya ia terlalu malas jika harus memutar kembali ke pintu depan. Jika ada yang lebih mudah kenapa harus cari yang ribet begitu pemikiran Aisya.

Aisya melangkah masuk tanpa memperhatikan sekeliling ia terlalu malas berbasa-basi hingga dengan langkah cepat ia berjalan menuju tangga yang ia inginkan saat ini adalah bertemu ranjangnya. Bukan hal lain termasuk Dion. Namun sepertinya keinginan Aisya tidak terkabul karena Dion tiba-tiba memanggilnya.
"Sayang kamu pulang?"

Aisya berhenti tanpa menoleh menjawab pertanyaan Dion hanya dengan gumaman,"Humm."

"Kamu mau makan? Mas masak makanan kesukaan kamu."Dion masih mencari cara untuk menarik perhatian Aisya yang masih mengabaikan dirinya.

"Aku tidak lapar."sahut Aisya sambil melangkahkan kakinya menuju tangga.

Sebelum berhasil menapaki tangga Aisya merasakan lengannya ditahan oleh Dion, Aisya masih belum bisa bertemu Dion disaat pikiranya masih belum jernih bahkan mendengar suara Dion saja emosinya seketika naik, bayangan Dion membentaknya kembali terputar didalam otaknya.

"Mas minta maaf sayang. Mas sama sekali tidak bermaksud membentak apalagi sampai nyakitin kamu sayang?"Suara Dion terdengar begitu lembut.

Aisya bisa merasakan ketulusan dan kejujuran dari perkataan Dion tapi ia benar-benar belum bisa menghadapi Dion saat ini, ia sudah memaafkan Dion hanya saja hatinya masih belum bisa terima dengan apa yang sudah Dion perbuat, mungkin bagi yang melihat keadaan ini jelas akan menyalahkan Aisya tapi coba lihat dari posisi Aisya.

Dia menampar Misha karena wanita itu sudah keterlaluan disaat dia sudah ingin berdamai dengan semuanya malah wanita itu dengan lancang berujar seolah-olah kematian orang tuanya bukan hal yang patut dipertanggungjawabkan olehnya. Memang benar orang tuanya meninggal karena takdir tapi coba telaah kembali karena apa dan sebab apa orang tuanya berada di pesawat naas itu? Misha. Kalau bukan karena orang tua wanita itu kecelakaan orang tuanya tidak perlu kesana dan kalau bukan karena wanita itu kekeuh bertahan disini demi Dion orang tuanya tidak perlu mengantar wanita itu. Dan orang tuanya mungkin masih disini bersamanya.

Tak terasa air mata Aisya kembali menetes seiring dengan tetesan air mata itu kebencian pada Misha semakin menjadi-jadi bahkan rasanya ia benar-benar muak berada disatu atap dengan wanita sialan itu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang