FL-28

2K 198 6
                                    

"Tentu saja bukan anakku!!"sahut Dion setengah berteriak.

Aisya tersentak kaget namun secepatnya ia menguasai diri,"Lalu kenapa wanita gila itu bisa kemari terus ngaku itu anak kami?"

"Mana aku tahu!"sahut Dion pasrah sambil memijit pelipisnya. Sebenarnya ia sedang takut dengan reaksi Aisya ketika mengetahui ia anak pungut sedangkan masalah Angelica yang hamil itu sama sekali bukan urusan dia toh dia tidak pernah menyentuh wanita gila itu.

Aisya mengerutkan dahinya curiga, "Jujur aja deh bang, ngaku! Kalaupun anak itu anak Abang Ais mau kok jadi ibu sambungnya."

Dion terbelalak kaget menatap Aisya tak percaya, Aisya hanya menampilkan raut wajah biasa saja seolah apa yang baru diucapkan olehnya bukan hal besar, "Jangan gila Aisya!"

"Ck, mana ada perempuan gila bisa duduk santai disini."

Dion kembali memijit pelipisnya, "Kamu tidak ingin tahu tentang asal usulku?"

"Tentu saja ingin, tapi untuk saat ini tentang Abang bukan hal penting karena masih ada yang lebih penting."sahut Aisya yakin sambil menarik nafas dalam ia kembali berkata, "Untuk Ais dengan status kita tanpa hubungan darah justru membuat kita lebih mudah untuk mendapat restu Abi dan Umi nanti."

Dion mendongakkan kepalanya menatap Aisya dengan tatapan lembut sebelah tangan Aisya beralih mengenggam hangat tangan Dion yang terasa dingin, Aisya tersenyum dia mengerti kekalutan Dion saat ini, semua terlalu rumit untuk mereka.

"Dengar bang, semua masa lalu Abang asal usul Abang semuanya Aisya masih bisa bertanya langsung sama Abi dan Umi tentu mereka lebih tahu segalanya dari pada wanita itu." Aisya menarik kursinya mendekat kearah Dion.

Tangannya terangkat mengusap lembut pipi Dion yang seketika membuat mata Dion terpejam menikmati kelembutan tangan Aisya, "Tapi peri hal kehamilan itu Aisya tidak mungkin bertanya pada Abi dan Umi bukan?"

"Aku bersumpah demi Tuhan demi kamu demi cinta kita aku tidak pernah menyentuh wanita mana pun baik dulu apalagi sekarang setelah aku memiliki kamu di hidupku."ucap Dion tegas tanpa membuka matanya.

Aisya tersenyum, seketika beban di dalam hatinya terangkat ia memang sudah yakin kalau Dion tidak mungkin sebrengsek itu. Dionnya sungguh pria baik-baik dan tidak mungkin pria baik-baik menabur benihnya ke sembarang lahan bukan?

"Terus Angelica itu siapa? Dan untuk apa wanita itu kemari?"

Dion membuka matanya menatap Aisya seperti biasanya tidak ada lagi raut wajah dingin tidak ada lagi tatapan tajam penuh ketegangan seperti beberapa saat lalu, kini hanya ada Dion yang manis dengan tatapan hangatnya.

"Entahlah, aku dan dia bersahabat karena kebetulan kami satu universitas dan kami juga  berasal dari Negara yang sama, hanya itu pada awalnya hingga berjalannya waktu kami semakin dekat tentu saja dekat masih dalam arti yang sama sahabat."Dion sengaja menekankan kata sahabat ketika melihat raut wajah Aisya mulai berubah.

Dion berdehem sebelum kembali bersuara, "Tidak ada sesuatu yang istimewa di antara kami meskipun kami bersahabat kami yang pasti Abang masih menjunjung tinggi budaya kita, tidak ada kontak fisik apapun diantara kami apalagi sampai free sex."Dion kembali terdiam kali ini ia mengambil kedua tangan Aisya lalu digunakan untuk menangkup wajahnya.

Aisya tersenyum geli melihat tingkah manja Dion sedangkan Dion mengedikkan bahunya tak acuh, ia sudah lelah jadi ia butuh Aisya untuk mengisi kembali energinya, "Semua berlanjut sampai kami berpisah karena pendidikan Abang selesai dan Abang memutuskan kembali ke sini hidup bersama keluarga Abang dan dia menetap disana hingga ia tiba-tiba datang dengan tidak tahu malu membawa kabar kehamilannya."tutup Dion sambil kembali memejamkan matanya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang