FL-17

1.8K 193 7
                                    


Aisya menatap kaku punggung Dion yang menghilang dibalik pintu kamarnya, Aisya masih berdiri seperti orang bodoh didepan pintu kamarnya, ia masih berusaha mencerna apa maksud Dion tadi, lelah seharian karena mencarinya? Bukankah tadi pagi pria itu pergi bersama setan kecil? Lalu kenapa pria itu harus repot-repot mencarinya?

Aneh!

Aisya membuka pintu kamarnya melempar tasnya begitu saja lalu membuka semua pakaian yang melekat ditubuhnya ia butuh mandi untuk menyegarkan pikiran dan tubuhnya yang terasa lengket.

Aisya melangkah ke meja riasnya mengambil karet rambut untuk mencepol rambutnya agar tidak basah, Aisya tidak merasa risih bergerak kesana kemari dalam keadaan telanjang toh tidak akan ada yang melihatnya, Aisya mulai melangkah kembali kedalam kamar mandi dan mulai mengisi air kedalam bathtub untuknya berendam.

Sambil menunggu air penuh Aisya duduk melamun dipinggir bathtub, ia memikirkan apa yang sebenarnya sedang dimainkan oleh Dion, pria itu yang menolaknya mati-matian lalu kenapa hari ini pria itu repot-repot mencarinya toh biasanya Dion akan mengabaikan dirinya jika ia berkeliaran disekitar pria itu. Bukankah itu aneh?

Atau mungkin Dion sudah mulai mencintainya? Benarkah? Aisya seketika berbinar mengingat kemungkinan Dion sudah mulai mencintainya, semangatnya untuk mengejar Cinta Dion kembali berkobar padahal baru tadi ia mengeluh pada Diana bahwa ia ingin menyerah untuk memperjuangkan cintanya. Tapi setelah mendengar perkataan Dion tadi semangatnya kembali bangkit dan ia akan kembali menyusun rencana untuk menggoyahkan pendirian Dion.

Semangat Aisya!

Aisya mencelupkan tubuhnya kedalam bathtub setelah air terisi penuh tentu saja ia sudah menuangkan sabun cair berbusa dengan wangi mawar favoritnya, Aisya memejamkan matanya dengan nyaman, berendam seperti ini menjadi salah satu cara ampuh untuk menyegarkan tubuhnya selain itu juga ia bisa sedikit mengistirahatkan fikirannya.

Otaknya benar-benar diperas habis-habisan sejak ia memutuskan untuk memperjuangkan Dion, pria menyebalkan yang masih saja menolaknya jauh-jauh, pria itu dengan kejam dan super tega mengabaikan semua perhatian yang diberikan oleh Aisya padanya.

Tidak apa-apa itu cuma batu sandungan atau kerikil kecil yang menemani langkah Aisya, semakin Dion mengabaikannya maka semakin gencar Aisya akan mengejar pria itu. Buktinya, malam ini Dion dengan sendirinya mengatakan bahwa pria itu mencarinya dan itu merupakan salah satu bukti bahwa sebenarnya Aisya memang sudah ada dihati Dion hanya saja mungkin pria itu belum menyadarinya.

Tapi Dion adalah saudaramu, Aisya!

Aisya membuka matanya ketika kembali mendapati kenyataan bahwa Dion adalah saudaranya, seketika tubuh Aisya kembali merosot sedih, kenapa ia selalu melupakan kenyataan itu? Bagaimana mereka bisa bersatu jika aliran darah didalam tubuh mereka sama?

Ya Tuhan, kenapa takdirnya begitu menyedihkan?

******

Dion membolak-balikkan tubuhnya beberapa kali tapi ia masih belum mendapati posisi nyaman diatas tempat tidurnya, ia masih gelisah entah apa yang membuatnya gelisah seperti ini. Dengan kasar Dion beranjak dari tempat tidurnya mendekati jendela besar kamarnya, dengan perlahan Dion menyibak tirai tipis lalu membuka pelan jendela itu.

Dion memejamkan matanya ketika angin malam yang begitu dingin menerpa kulitnya, ia masih merasakan bagaimana takutnya ia ketika tidak mendapati Aisya di kampusnya, benar Dion memang sengaja menjemput Aisya, ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Aisya, ia sangat merindukan adiknya itu. Namun ia harus menelan kekecewaan ketika tidak mendapati adiknya di kampus, bahkan hampir 2 jam ia menunggu namun Aisya juga tak kunjung terlihat.

Hingga akhirnya ia menelfon rumah namun jawaban yang ia dapat dari pekerja rumahnya semakin membuatnya panik, Aisya tidak ada dirumah sedangkan ia sangat tahu bahwa hari ini jadwal kuliah Aisya hanya sampai siang, maka dari itu Dion rela membatalkan semua meetingnya demi bertemu Aisya.

Lalu kemana Aisya sekarang?

Dion semakin panik ketika teringat Aisya membawa mobil sendiri dengan cepat Dion membuka pintu mobilnya lalu dengan tergesa Dion mulai mengitari area parkiran kampus khusus mahasiswa, berkali-kali Dion mengumpat ketika tidak menemukan mobil Aisya sedangkan ia hampir mengitari semua area parkir yang lumayan luas itu.

Sebenarnya kemana Aisya pergi?

Ya Tuhan lindungi gadis itu, doa Dion dalam hati.

Setelah tidak menemukan Aisya disekitar kampus, Dion kembali memacu mobilnya masih sambil menyetir ia masih berusaha mencari Aisya disekitar kampus, kepalanya menoleh ke kiri kanan berharap ia melihat Aisya namun tetap saja Aisya tidak ditemukan.

Dion mendesah lelah penampilannya terlihat begitu berantakan jasnya beserta dasinya sudah ia lepas sejak tadi, kemejanya pun tidak terlihat rapi beberapa kancing atasnya sudah ia buka dengan lengan yang ia gulung sampai ke siku rambutnya juga terlihat acak-acakan. Keseluruhan penampilannya benar-benar memprihatinkan namun sama sekali tidak mengurangi pesona pria itu. Dion tetap terlihat tampan dan begitu menggoda.

Dion menangkupkan kepalanya diatas setir mobilnya, ia sudah lelah bahkan hari sudah beranjak malam ia masih belum menemukan Aisya, ia benar-benar khawatir pada gadis itu. Dengan lesu Dion menyalakan mobilnya dengan cepat ia menginjak pedal gas beranjak meninggalkan taman tempat yang ia fikir akan menemukan Aisya disana.

Dion menghela nafas ketika sampai dirumah ia melihat keadaan rumah sunyi mungkin orang tuanya sudah tidur begitu juga dengan Misha, Dion kembali menghela nafas ketika mengingat kelakuan Misha akhir-akhir ini. Gadis itu tampaknya semakin gencar menabuh genderang peperangan dengan Aisya-nya.

Dion melangkah kedalam kamarnya, ia berniat membersihkan diri sebelum kembali memulai mencari adiknya, ia membuka kemejanya melemparnya asal kemudian merogoh saku celananya mengeluarkan dompet dan iPhone-nya. Ia mendesah lega ketika melihat benda persegi itu dalam keadaan mati karena kehabisan daya setidaknya itu menolongnya dari telfon orang tuanya.

Dion bukan jahat hanya saja ia tidak tega membohongi Umi-nya, dan lagi-lagi keadaan memihak ketika sampai dirumah orang tuanya sudah tidur, biarlah besok ia mencari alasan ketika menghadapi kedua orang tuanya, malam ini ia hanya ingin fokus pada Aisya. Setelah membersihkan diri dan kembali bersiap untuk memulai pencarian Aisya.

Dion menuruni tangga dengan langkah cepat, ia terlihat tampan dengan pakaian casual yang dikenakan olehnya, kaos lengan pendek berwarna dongker dipadu dengan celana jeans pudar selutut. Wajahnya tampak lebih segar meskipun gurat lelah terpantri jelas diwajah tampan itu. Dion melangkahkan kakinya menuju dapur ia membuka kulkas lalu mengambil sebotol air mineral meneguknya hingga setengah.

Dion menghentikan aktivitasnya ketika mendengar suara pintu terbuka dalam hati ia berdoa semoga itu Aisya, dengan cepat Dion meletakkan botol air mineralnya lalu melangkah menuju ruang tamu dan benar Aisya-nya berada disana hendak menaiki tangga dengan cepat melangkah menahan pergelangan tangan Aisya namun siapa sangka kelegaan yang Dion rasakan harus terhempas jauh karena pertengkarannya dengan Aisya.

Dion menghela nafas entah berapa lama ia sudah berdiri di jendela kamarnya, bahkan kulitnya sudah terasa kaku karena hembusan dinginnya angin malam, dengan cepat Dion menutup kembali jendelanya, ia masih bingung dengan semua yang terjadi, jika boleh jujur hatinya mulai bertingkah jauh dari apa yang diharapkan olehnya.

Entah sejak kapan kehadiran Aisya didekatnya seperti candu untuknya, dan entah sejak kapan jantungnya mulai berdebar-debar diluar kendali ketika ia memikirkan gadis cantik itu.

Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya? Pada hatinya?

*******

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang