Aisya masih merengutkan wajahnya ketika Dion datang menjemputnya, Aisya duduk diam di dalam mobil dan itu menarik perhatian Dion karena tidak biasanya Aisya seperti ini.
"Kenapa?"Tanya Dion, tangannya suruh tergerak untuk menyentuh tangan Aisya lalu menggenggamnya.Aisya menoleh pada Dion memaksakan sedikit senyumannya, "Tidak ada hanya masalah kecil."
Dion tersenyum lembut perhatiannya masih tertuju pada jalan didepan mereka namun tangannya yang menggenggam tangan Aisya sudah terangkat membawa tangan Aisya kedepan wajahnya lalu mengecup lembut punggung tangan wanita itu.
"Kalau mau berbagi itu lebih baik walaupun mungkin Abang tidak bisa membantu banyak paling tidak bebanmu sedikit berkurang, sayang."
Aisya menghela nafas sebelum mengubah posisinya kini menyamping menghadap Dion sepenuhnya, "Ais hanya khawatir pada Diana, ia tinggal sendirian diapartemen miliknya tadi Ais sudah mencoba meminta Diana tinggal bersama kita tapi ditolak."cerita Aisya dengan suara mulai bergetar.
Dion diam namun perlahan mobil yang dikendarainya berhenti tepat didepan sebuah Taman bermain, Dion mematikan mesin mobilnya lalu tubuhnya ikut bergeser menghadap Aisya hingga kini mereka duduk berhadapan,
"Sayang, mungkin Diana tidak ingin merepotkan kita."ucap Dion sepelan mungkin, ia tidak ingin Aisya salah paham padanya.Aisya terdiam, "Abang bukannya ingin membela atau membenarkan sikap Diana bukan juga Abang menolak kehadiran Diana dirumah kita hanya saja tidak semua keinginan kita harus tercapai sayang."ucap Dion dengan lembut dan bijak.
"Adakalanya sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik juga untuk orang lain, jadi kalau menurut Abang kita biarkan saja Diana menjalani hidupnya namun ketika gadis itu tertimpa musibah atau masalah kita lah yang akan menjadi orang pertama untuk menolongnya, bagaimana?"
Aisya masih diam berusaha mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Dion, matanya kini beralih menatap Dion begitu dalam menyelami mata hitam yang memancarkan kelembutan itu. Dion benar ia memang tidak seharusnya memaksa Diana menyetujui usulannya, Diana punya kehidupan dan gadis itu berhak menjalani kehidupannya seperti apa yang gadis itu inginkan, tugasnya sebagai sahabatnya hanyalah mendukung semua keputusan gadis itu.
"Terima Kasih untuk tawaran lo Aisya dan juga terima kasih juga telah menjadi sahabat dan saudara terbaik untuk gue tapi maaf sepertinya gue nggak bisa terima tawaran lo deh."jawab Diana sambil tersenyum lembut, Aisya sudah ingin protes namun kembali bungkam ketika Diana kembali bersuara.
"Aisya dengar, gue baik-baik aja dengan hidup gue dengan adanya lo itu lebih dari cukup untuk gue, tapi untuk tinggal bersama gue bukan nggak mau hanya saja gue masih mampu dan nyaman dengan kehidupan gue yang sekarang jadi please jangan salah paham karena gue nolak kebaikan lo."
Aisya kembali teringat percakapannya denga Diana tadi meskipun ia kecewa dan mungkin sedikit kesal pada sahabatnya itu hingga berimbas pada moodnya hingga ia berakhir disini bersama Dion.
"Sudah melamunnya sayang?"
Aisya tersentak ketika merasakan sentuhan Dion di kepalanya, "Kamu cantik."
Aisya merona, pria ini benar-benar tahu cara untuk membuatnya memanas seperti sekarang, "Ayolah bang, kita nggak lagi dalam waktu yang pas untuk bercanda."kilah Aisya berusaha menyembunyikan rona merah diwajahnya.
Dion terkekeh, "Abang tidak bercanda toh pacar Abang ini memang cantik."
"Serius?"
"Ya dong!"
"Nggak percaya Ais mah."
"Nggak ada yang suruh kamu percaya."
Aisya merengut sambil memanyunkan bibirnya, "Karena cukup Abang saja yang percaya dan membuktikannya."sahut Dion denga cepat sebelum mood Aisya kembali memburuk.
"Alah paling itu mah gombalan Abang doang."Aisya masih belum percaya.
"Gombal itu sejenis makanan ringan ya?"celetuk Dion membuat Aisya semakin kesal.
Tanpa bisa dicegah Aisya segera melepaskan tangannya dari genggaman lalu melayangkan pukulannya pada Dion, pria itu merunduk berusaha menutup wajah dan kepalanya dari serangan Aisya meskipun tidak banyak membantu karena beberapa kali pria itu mengaduh kesakitan karena pukulan Aisya.
"Ampun dek, ampun."
"Nggak ada ampunan bagimu."
Disela ringisannya Dion masih sempat tertawa karena perkataan Aisya, "Iya percaya kan yang ada buat Abang hanya cintanya dedek Aisya."ucap Dion masih menutupi kepalanya.
Aisya kembali berteriak namun kali ini teriakan gemas sebelum pukulannya berubah menjadi pelukan, Aisya melemparkan tubuhnya pada Dion yang untung saja dengan sigap Dion menangkapnya.
"Cinta kamu."ucap Aisya lalu mengecup pipi Dion.
Dion tersenyum ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Aisya tidak perduli dimana mereka berada sekarang dengan cepat Dion melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Aisya dengan kedua tangannya disusul dengan bibirnya yang melahap bibir Aisya.
*****
"Makan malam siap."teriak Dion sambil membawa mangkuk berisi sup panas yang disambut jeritan heboh dari Aisya.
"Selamat makan."teriak keduanya berbarengan lalu terbahak bersama.
Aisya melahap nasi putih dengan sup daging yang dimasak oleh Dion tadi, Dion tersenyum geli saat melihat Aisya begitu bersemangat melahap nasi didalam piringnya,
"Enak?"Aisya mendongakkan kepalanya mengangguk yakin sambil mengangkat kedua jempolnya untuk Dion, "Masakan Abang the best lah pokoknya."ucapnya sambil mengedipkan mata.
Dion terkekeh sudah hampir 1 minggu mereka tinggal berdua dan selama itu hubungan mereka baik-baik saja tidak ada keributan atau apapun semuanya berjalan lancar. Dan hati Dion selalu merasa penuh ketika Aisya bergelung nyaman di pelukannya seperti sekarang.
Setelah menyelesaikan makan malam mereka Aisya dan Dion memilih menonton TV dengan Aisya yang tidak mau lepas dari rengkuhan Dion dengan mata keduanya fokus pada sinetron yang mereka tonton.
"Ck. Nyebelin banget sih manusia begitu."decak Aisya sambil menunjuk kesal salah satu artis yang begitu lihai memainkan perannya di sinetron tersebut.
"Akting itu mah."sahut Dion.
Aisya tetap tidak terima, "Ya tapi kan pasti ada manusia kayak gitu di dunia nyata."Aisya masih belum bisa menerima.
Dion mengusap lembut kepala Aisya,"Kamu mah kalau mau nonton ya nonton aja jangan baper."
Aisya merengut ketika Dion mengatakan dirinya baper toh memang benar yang ia katakan, cerita sinetron memang fiktif belaka namun tidak sedikit diluar sana yang hidupnya tidak jauh beda dari alur cerita sinetron tersebut.
"Ya wajar sih kamu nggak terima kan kamu laki juga."
"Apaan deh, udah ah diam nonton lagi kalau nggak matiin aja biar kita ke kamar."
Aisya segera terduduk menjauhkan diri dari Dion, "Maksudnya kita ke kamar itu gimana?"tanyanya bingung.
Dion menyipitkan matanya membaca raut wajah Aisya yang benar-benar tegang sekarang, "Ya ke kamar terus bobok deh."sahut Dion santai namun ketika mengatakan kata 'bobok' Dion sengaja membuat tanda kutip dengan kedua jari telunjuknya.
Mata Aisya seketika membulat pipi bulat miliknya seketika memerah, "Jangan macam-macam deh bang."kilah Aisya sambil mengerjapkan matanya, ia merona malu dan ketakutan. Dalam bayangannya ketika Dion mengatakan ke kamar mereka akan berbuat hal yang iya-iya.
Dion menggerakkan tubuhnya mendekati Aisya sontak membuat Aisya menahan nafasnya, wajah Dion semakin dekat dan wajah Aisya semakin memerah, Demi Tuhan ia memang sangat suka jika ia berdekatan dengan Dion namun ia belum siap dengan perlakuan 'intim' begini. Aisya ketakutan bahkan tangannya yang berada dipangkuan terlihat bergetar.
"A--bang mau apa?"tanya Aisya gagap sambil memejamkan matanya.
Dion menyeringai dalam hati ia bersorak gembira ketika ia berhasil menggoda Aisya, mati-matian Dion menahan tawanya ketika Aisya sudah memejamkan matanya tepat didepan wajah Aisya dengan bibir mereka hanya berjarak beberapa centi Dion bersuara,
"Aku tidak akan menodai Cinta kita hanya karena nafsu sayang."
******

KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Romansa(CERITA INI PRIVATE FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, THANKS) Aisya anak tunggal Ali dan Prilly, gadis cantik nan ceria. Gadis yang dibesarkan dengan limpahan Kasih sayang kedua orangtuanya harus merasakan sakitnya jatuh cinta bahkan untuk pertama kali d...