FL-14

1.8K 203 12
                                    


"Ais bilang ia ingin dijodohkan dengan pemilik GL Group."

"Abi!!!"jerit Aisya sambil memeluk leher Abinya dengan erat.

Seketika tawa Ali pecah, "Ya kan benar loh dek, Abi kayaknya juga setuju-setuju kalau adek sama Direktur GL, tampan loh dia."Goda Ali semakin menjadi-jadi.

Aisya merengut namun masih bertahan dalam pangkuan Abinya, "Tau ah Abi nggak seru."

Ali hanya terkekeh geli sedangkan Prilly hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan suami dan putrinya itu, "Kalian serius mau langsung pulang besok?"tanya Prilly pada Rama dan Mona.

Rama dan Mona kembali menatap Prilly setelah mendapat hiburan dari Ali dan Aisya tadi, "Iya neng, Aku turut berbahagia dan berbangga atas keberhasilanmu Li."Ucap Rama tulus.

Ali tersenyum sambil, "Terima Kasih Ram."

"Misha, bereskan semua pakaianmu malam ini nak! besok kita akan berangkat dengan penerbangan pagi."suruh Mona pada putrinya.

"Misha akan tinggal disini."

Semua menoleh pada Misha termasuk Aisya yang masih berada dipangkuan Abinya, "Ngapain kamu tinggal disini?"Ketus Aisya.

"Aisya!"

"Ya kan Ais benar loh Mi, Papa sama Mamanya mau pulang terus ngapain dia disini?"Sahut Aisya tidak terima, ia sudah tidak ingin melihat setan itu dirumahnya.

Prilly menatap marah putrinya membuat Aisya merengut kesal namun juga sakit hati disaat bersamaan karena Uminya lebih memilih membela setan kecil itu dengan cepat ia berbalik lalu membenamkan kepalanya dipundak Abinya menyeruakkan wajahnya ke leher Ali.

Ali menatap Prilly sejenak dengan pandangan sulit diartikan sebelum mengalihkan pandangannya pada Aisya lalu mengusap lembut kepala Aisya, ia hanya memperdulikan perasaan putrinya.

"Kita harus kembali Misha, Papa tidak bisa meninggalkan perusahaan Papa terlalu lama."Rama memberi pengertian pada putrinya.

Mona tersenyum canggung pada Prilly terlebih lagi pada Ali yang terlihat tidak lagi bersahabat dengan rahangnya mulai mengeras apalagi ketika Aisya terisak kecil dipelukannya, "Bereskan pakaianmu Misha kita kembali besok!"putusnya menatap tajam Misha.

Misha menatap memelas pada Prilly, memohon bantuan untuk mengizinkannya tetap tinggal disini, Prilly tersenyum meskipun senyuman itu tidak sampai ke matanya, ia menoleh pada Aisya sebelum membuka suara, ia menyesal telah menegur putrinya sekeras itu bahkan ia tidak pernah sekalipun membentak Aisya demikian keras namun malam ini rasanya Aisya mulai sedikit keterlaluan dengan penolakannya secara terang-terangan pada Misha.

"Semua keputusan ada ditangan kedua orang tuamu Misha, kalau mereka menginginkan kamu kembali maka kembalilah tapi jika mereka mengizinkan kamu tinggal maka kami akan menerima kamu dengan sepenuh hati."Jawab Prilly bijak, ia tidak bisa mengabulkan keinginan Misha apalagi ketika melihat Ali.

Prilly sangat tahu suaminya sedang marah saat ini, ia menggigit bibirnya sendiri kenapa tadi ia harus kelepasan membentak Aisya sedangkan ia sendiri tahu kalau Misha juga tidak bersikap terlalu baik pada putrinya. Dia tidak buta, ia bisa melihat bagaimana tatapan yang Misha berikan setiap kali melihat Aisya, hanya saja ia berfikir wajar kalau Misha merasa sedikit cemburu pada Aisya.

Tapi tetap saja ia merasa menyesal karena bentakan itu. Hah, kenapa penyesalan selalu datang belakangan?

"Kami kekamar duluan, selamat malam semuanya."Pamit Ali tiba-tiba bahkan ia tidak mau repot-repot menatap semua orang disana termasuk Prilly.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang