FL-7

2.1K 195 5
                                    


Aisya mematut kembali dirinya didepan cermin, hari ini ia terlihat cantik dengan kemeja berwarna merah maroon dipadu dengan celana jeans biru pudar, rambut panjangnya digerai bebas semakin menambah kecantikan Aisya.

Aisya merapikan poninya sebelum tersenyum lebar kearah cermin,"Sempurna."kekehnya geli.

Aisya mengambil tas yang berisi buku untuk keperluan perkuliahannya, "Apalagi ya?"Aisya bergumam sendiri melihat kumpulan bermacam-macam buku bergambar model baju diatas meja belajarnya.

"Kayaknya udah semua deh."

Setelah yakin tidak meninggalkan sesuatu Aisya melangkah menuju pintu lalu menuruni tangga menuju ruang makan didekat dapur rumahnya, disana sudah ada Abi, Umi dan abangnya. Dion.

"Pagi semua."Pekiknya riang sambil berlari menghampiri Umi lalu mengecup kuat pipi chubby Uminya.

"Kebiasaan."dengus Prilly setelah Aisya melepaskan kecupannya.

Aisya hanya nyengir sebelum beralih mengecup Abinya dan juga Dion, tubuhnya mendadak kaku setelah mendaratkan kecupan ringan dipipi Dion, namun Aisya memilih mengabaikannya saja. Toh ia hanya mencium Abangnya, saudara laki-lakinya.

"Makan yang banyak dek."

Aisya menangguk sambil tersenyum pada Abinya, pagi ini suasana ruang makan begitu hening hanya percakapan Dion dan Ali yang terdengar, kedua pria itu sibuk mendiskusikan proyek baru mereka yang Aisya dan Prilly sama sekali tidak mengerti.

Aisya segera menyelesaikan sarapannya setelah itu ia meneguk susu coklat kesukaannya, "Ais sudah selesai, kalau begitu Ais jalan duluan ya."

Aisya beranjak dari kursi menghampiri Prilly mengecup kedua pipi Uminya, berpindah pada Ali melakukan hal yang sama dan terakhir pada Dion, ia sebenarnya risih lebih tepatnya ia risih dengan detak jantungnya sendiri yang selalu menggila jika berada didekat Dion namun apa boleh buat dari dulu kecupan ringan seperti ini sudah menjadi kebiasaan mereka.

"Hati-hati dek!"peringat Ali yang diangguki oleh Aisya.

"Sama Abang aja dek, sekalian kekantor Abang juga sudah selesai makannya."

Aisya mendengus pelan, bagaimana bisa ia melupakan perasaannya jika semakin hari pertemuan mereka semakin intens saja, bayangkan pagi mereka bertemu dimeja makan, lalu berangkat bersama bahkan kadang Dion menyempatkan diri menjemputnya dan malam mereka kembali berjumpa dan bercanda bersama dimeja makan atau diruang keluarga, coba jelaskan bagian mana yang mendukung keinginan Aisya untuk melupakan rasa cintanya pada Dion?

"Dek!"

Aisya tersentak ketika merasakan tepukan ringan dibahunya, "Ah ya, Ayok bang!"

Aisya segera berjalan menuju garasi mobil sebelum mendapatkan berbagai pertanyaan dari Abi dan Uminya, Dion dan kedua orang tuanya hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah Aisya,
"Abang pamit Mi."Dion mengecup lembut dahi Uminya.

"Bi."Dion beralih pada Ali melakukan hal yang sama namun ia mendaratkan kecupan dipipi Abinya bukan didahi seperti uminya.

"Hati-hati dijalan nak!"

Dion mengangguk sebelum melangkah menyusul adiknya, Dion terlihat begitu tampan dengan balutan jas mahalnya Aisya bahkan sampai menahan nafas saat melihat Dion melangkah mendekatinya, apa ia sanggup merelakan Dion bersama wanita lain? Aisya tidak memungkiri meskipun tekadnya sudah bulat untuk melepaskan cintanya pada Dion namun didalam hati kecilnya ia sering ketakutan jika membayangkan bagaimana kalau sampai ada wanita lain yang mampu masuk kedalam hati Dion? Apa ia sanggup?

Dengan segala kelebihan yang di miliki oleh Dion tentu mampu membuat wanita manapun bertekuk lutut dihadapan pria itu, bahkan sejak dulu Dion memang sudah menjadi idola wanita apalagi sekarang dengan ketampanannya yang semakin memukau seiring bertambahnya usia Dion, kedewasaan pria itu terlihat jelas dari sikap dan tingkahnya sehari-hari dan jangan lupakan posisi yang menjanjikan diperusahaan besar milik Ayah mereka sudah berada didalam genggaman Abangnya itu.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang