FL-16

2K 208 9
                                    


"Aww!!"Jeritan Aisya memenuhi ruangan ketika dengan gemasnya Diana memukul kepala Aisya menggunakan spatula yang dibawanya dari dapur.

"Oww!! Lo gila ya? Kepala gue nih lo main tabol aja."Maki Aisya sambil mengusap kepalanya yang masih berdenyut.

Diana tidak menggubris makian Aisya malah berdiri dengan garang persis seperti ibu tiri yang sedang memarahi anak tirinya, "Lo yang gila, lo kira semua akan selesai ketika lo milih nyerah?"damprat Diana membuat Aisya terdiam.

"Lo kira hidup lo bakal baik-baik aja setelah lo nyerah? Terus lo bakal sanggup lihat si setan itu semakin menginjak-injak harga diri lo dengan miliki si kupret Dion hah?"

"Abang gue itu."protes Aisya tak terima ketika Diana memaki Dion.

"Bodo amat sama gue mau Abang lo kek bahkan kakek Lo sekalian gue nggak bakal perduli karena dimata gue selamanya si Dion itu tetap si kupret. Apa mau marah lo? Mau ngerasain gue kasih pukulan cinta gue lagi"Diana mengacungkan spatulanya lagi saat melihat Aisya akan kembali membantahnya.

Aisya memanyunkan bibirnya sambil menggelengkan kepalanya mana berani dia membantah kalau Diana-nya sudah menjelma menjadi Ibu tiri cinderella begini. Diana menghembuskan nafas nya berkali-kali ia selalu emosi ketika mengingat pria bernama Dion itu. Sialan. Bagaimana bisa Dion menyakiti Aisya-nya seperti ini jika ia tidak mencintai Aisya bukan begini caranya, Aisya hanya gadis manis yang ingin memperjuangkan apa yang menurutnya patut diperjuangkan tapi kenapa si kutu kupret itu menyiksa sahabatnya seperti ini. Jika bukan memikirkan tentang perasaan Aisya-nya , ia sudah sangat ingin melabrak dua manusia itu, si kupret dan anak setan.

Hah, lama-lama ia bisa mati muda jika terus marah-marah seperti ini. Bathin Diana.

Aisya memberanikan diri menatap Diana, "Na! Lo kenapa? Jangan diam aja dong buat gue takut aja, tadi lo marah-marah sekarang diam kayak gini jangan bilang lo kesambet atau kena serangan jantung, aduh Na jangan mati dulu dong!"

Pletak!!

"Awww!!"Aisya kembali meringis sakit ketika spatula di tangan Diana kembali mendarat dikepalanya.

Diana gemas sendiri dengan kelakuan sahabatnya ini, "Ya ampun Ais, dosa apa gue punya sahabat yang masalahnya serumit elo."desah Diana dramatis sambil memijit pelipisnya.

Aisya mencebikkan bibirnya namun kembali manyun ketika hatinya membenarkan pernyataan Diana, kenapa ia harus punya masalah serumit ini?

"Ya itu karena anak setan itu."Aisya semakin kesal ketika mengingat Misha.

"Nah itu lo tau."sahut Diana cepat, "Lo mikir pernah mikir nggak sih?"

"Ya pernah lah kan gue juga punya otak."sembur Aisya namun seketika bungkam ketika Diana mulai mengangkat spatulanya lagi.

"Lo emang mikir tapi otak lo nggak sampa mikir kesana, lo bisa bayangin sendiri bagaimana setan kecil itu akan semakin berulah ketika lo milih nyerah dan dia miliki si kupret itu, percuma kalau lo punya otak cuma dijadiin pajangan bukan buat mikir." Ungkap Diana dengan semangat menggebu-gebu ia ingin sekali membenturkan spatulanya lagi ke kepala Aisya, ia gemas sendiri dengan sahabatnya itu.

Aisya merenungkan perkataan Diana, benar jika ia menyerah maka Misha akan semakin mudah ngedekatin atau bahkan sampai miliki Dion-nya. Tidak. Itu tidak boleh terjadi Dion miliknya akan selamanya menjadi miliknya. Bathin Aisya berontak.

"Jalan juga otak lo kan?"sindir Diana sambil beranjak kembali kedapur sebelum melangkah ia kembali berhenti lalu menatap Aisya.

"Gue gini bukan karena ngedukung lo sama si kupret tapi gue gini supaya lo nggak semakin terinjak-injak karena cinta tidak tahu diri lo itu, heran gue perasaan cowok didunia ini bukan si kupret aja apa sih lebihnya dia sampe lo gila begini."tutup Diana membuat Aisya menjerit kesal meneriakinya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang