FL-21

2.5K 218 11
                                    


"Adaww!!!"

Aisya memekik kesakitan sambil memeluk sebelah lututnya yang terhantam lantai ketika ia berhasil mendarat dengan selamat diatas balkonnya Dion, Aisya bisa merasakan kesakitan dilututnya tidak lebih buruk dari tubuhnya yang bergetar. Aisya ketakutan hatinya berdebar-debar tak karuan, bagaimana bisa ia melompat seperti tarzan begitu? Dari mana datangnya semua keberanian Aisya tadi?

Ya Tuhan Aisya!

Aisya melepas dekapan pada lututnya ia bisa melihat goresan luka disana meskipun tersamarkan dengan rona merah pada kulitnya karena hantaman tadi. Aisya yakin besok rona merah itu akan berubah menjadi keunguan.

"Tak apa Aisya, anggap saja kau sudah mentato lututmu."ucap Aisya sendiri sambil meniup lututnya. Aisya tersenyum setelah merasa tubuhnya mulai kembali normal meskipun masih sedikit bergetar Aisya memegang pagar balkon Dion untuk menopang tubuhnya agar bisa bangun.

Aisya menghembuskan nafasnya, "Setidaknya kau masih bisa bernafas saat ini Aisya bersyukurlah."gumamnya lagi.

Aisya melangkahkan kakinya menuju jendela besar penghubung balkon dan kamar Dion, dan Aisya berdoa didalam hati semoga jendela ini tidak terkunci. Jika jendela ini terkunci maka Aisya memilih tinggal balkon Dion sampai pagi dari pada harus kembali melompat kebalkonnya. Ia sudah tidak sanggup, bahkan jika diberikan hadiah besar-besaran pun Aisya dengan tegas akan menolaknya kecuali jika hadiahnya adalah hati Dion, maka akan langsung menyanggupi tanpa memikirkan ketakutannya lagi.

Aisya mendorong jendela besar itu namun jendela itu sama sekali tidak bergerak, jangan sampai jendela ini juga dikunci, doa Aisya didalam hati. Beberapa kali Aisya mencoba namun tetap nihil jendela itu tidak bergerak sedikit pun. Tidak ada cara lain Aisya harus memecahkan kaca jendela ini.

Aisya melirik kiri kanan mencari sesuatu benda keras untuk di hantamkan pada kaca jendela ini, Aisya menoleh kesana kemari namun tidak ditemukan apa-apa hanya ada kursi dan meja santai   disudut balkon. Aisya fikir ia bisa menemukan benda kecil seperti pot bunga atau lainnya agar lebih mudah untuk di lemparkan ke kaca jendela.

Namun jika yang ada hanya kursi maka apa boleh buat Aisya tidak memiliki pilihan lain bukan?

Aisya segera berjalan mendekati kursi karena masih sedikit shock karena melompat tadi Aisya merasa tubuhnya benar-benar lemah bahkan menarik kursi saja ia harus mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa bahkan Aisya masih bisa merasakan rasa geli ditelapak kakinya jika kembali membayangkan adegan melompat tadi.

Seketika tubuh Aisya bergetar terlebih lutut dan kakinya antara geli dan juga takut, Aisya menopang sebentar tubuhnya memejamkan matanya berusaha menghalau semua fikiran tentang melompat tadi, itu sudah berlalu dan yang lalu biarlah berlalu. Semoga kejadian lalu itu tidak kembali terjadi dimasa depan.

Setelah merasa kembali tenang Aisya mulai menyeret kursi disudut balkon sambil mendumel tidak jelas, "Ini kursi kenapa lagi berat banget? Ck."

"Kenapa juga harus ditaruh disudut buat susah aja."dumelnya lagi.

Aisya mendesah lega ketika kursi itu sampai didepan jendela kaca, entah bagaimana kejadian ketika Aisya ingin mengangkat kursi untuk dihantamkan ke kaca tubuhnya sedikit oleng dan mengenai jendela lalu,

Srett!!

Aisya melongo bahkan kursi di tangannya jatuh tanpa bisa di cegah ketika jendela besar itu sedikit terbuka, Aisya bahkan mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum umpatan meluncur dengan mulus dari bibirnya,

"Sialan!!"

"Ternyata jendela ini harus di geser bukan di dorong."Ucap Aisya dengan wajah bodohnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang