Dion menggendong kekasihnya menuju kamarnya, setelah hampir seharian ini mereka habiskan waktu di bandara tetap saja belum ada kabar baik yang mereka terima. Semua masih abu-abu.Dion sudah berusaha menelfon bahkan melacak keberadaan ponsel milik Abi dan Uminya namun belum ada kabar baik yang ia terima. Setelah tangis Aisya tadi di bandara gadis itu terlihat lebih pendiam dari biasanya bahkan tidak sekali dua kali Dion mendapati gadis ini sedang melamun.
"Makanlah sayang, kita tidak boleh sakit disaat seperti ini."ucap Dion sambil menyerahkan sekotak nasi pada Aisya tadi siang.
Aisya mengambil nasi kotak tersebut namun tidak berniat untuk memakannya. Gadis itu hanya mengambil lalu kembali melamun, melihat kelakuan Aisya membuat Dion lagi-lagi harus menghela nafas. Jika terus seperti ini tidak menutup kemungkinan ia akan lepas kendali dengan berakhir membentak Aisya. Demi Tuhan kenapa gadis itu sangat menguji kesabarannya di saat seperti ini?
"Aisya makanlah!"Dion sedikit mengeraskan suaranya hingga membuat Aisya tersentak.
Aisya menatap Dion dengan mata berkaca-kaca dengan cepat ia membuka kotak nasi tanpa memperdulikan apapun Aisya mengambil sendok kecil yang memang sudah tersedia di dalam kotak lalu mulai menyuapi nasi ke dalam mulutnya di iringi dengan air mata, Aisya terus menyuapi nasi hingga mulutnya penuh bahkan ia sudah kesulitan mengunyah. Aisya terus memakan nasi dalam kotaknya sambil menangis pilu.
Melihat Aisya yang menangis di depannya membuat dada Dion di hantam rasa bersalah, seharusnya ia bisa sedikit bersabar pada Aisya-nya yang memang sedang kacau saat ini. Kenapa ia harus membentak Aisya seperti tadi?
Dion segera mengambil tempat di samping Aisya, tangannya bergerak mengambil kotak nasi yang tinggal separuh ditangan Aisya lalu meletakkan disampingnya tanpa memperdulikan tangisan Aisya, Dion segera membawa Aisya ke dalam pelukannya dan di sana tangis Aisya semakin pecah. Aisya menangis hebat dengan mulut penuh nasi yang belum habis di kunyah olehnya.
Keadaan Aisya benar-benar memprihatinkan.
Dion masih setia memeluk sambil mengusap lembut punggung Aisya hingga tangisan Aisya mereda Dion baru melepaskan pelukannya. Dion menatap bersalah pada Aisya, gadisnya itu tampak berantakan tanpa rasa jijik Dion menghapus air mata juga hidung Aisya yang berair karena terlalu lama menangis dengan tangannya.
"Maafkan Abang."pintanya dengan suara lembut.
Aisya menatap Dion lalu mengangguk, pria-nya ini tidak salah dirinya lah yang bersalah. Seharusnya ia sadar disini bukan dirinya saja yang khawatir dan ketakutan tapi Dion juga bahkan disaat seperti ini pria itu masih sempat mengurus dirinya.
Aisya kembali merapatkan tubuhnya pada Dion, memeluk erat kekasihnya itu, ia sangat bersyukur ada Dion yang disisinya, jika tidak entahlah Aisya tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
"Sekarang makanlah, biar Abang suapi. Ssstt.. jangan membantah sayang!"Peringat Dion ketika melihat Aisya hendak membuka mulutnya hingga mau tidak mau Aisya mengangguk dan selanjutnya menerima suapan dari Dion.
"Abang."
Dion tersenyum, rupanya Aisya terganggu dengan belaian tangannya, "Eum..tidurlah! Abang hanya ingin menjagamu."
Aisya melihat ke sekelilingnya, ah rupanya ia sudah berada dirumah lebih tepatnya di kamar. "Abang yang menggendongku ke kamar?"Tanya Aisya sambil merapatkan tubuhnya pada Dion yang berbaring disampingnya.
Dion terkekeh saat mendengar pertanyaan Aisya, "Bukan kau berjalan sendiri dengan mata tertutup."
Aisya mendengus jengkel hingga membuat Dion semakin terkekeh geli, "Berhenti menertawaiku!"protes Aisya tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Romance(CERITA INI PRIVATE FOLLOW DULU KALAU MAU BACA, THANKS) Aisya anak tunggal Ali dan Prilly, gadis cantik nan ceria. Gadis yang dibesarkan dengan limpahan Kasih sayang kedua orangtuanya harus merasakan sakitnya jatuh cinta bahkan untuk pertama kali d...