FL-43

1.3K 146 4
                                    


Untuk pertama kalinya setelah kepergian orang tuanya Aisya kembali melanjutkan pendidikannya. Aisya terlihat begitu cantik dengan jeans ketat berwarna biru pudar membalut kaki jenjangnya di padu dengan kemeja berwarna soft pink dengan rambut panjangnya dibiarkan tergerai semakin menambah kecantikan Aisya.

Aisya menyambar tasnya ketika merasa penampilannya sudah cukup rapi. Aisya membuka pintu kamarnya keheningan menyambutnya setelah pertengkaran hebat dirinya kemarin dengan Dion lebih tepatnya Aisya tidak terima Dion meneriakinya karena membela Misha. Sisetan kecil.

Aisya menuruni tangga dengan santai seolah tidak ada masalah apapun yang dihadapinya, wajah ceria khas Aisya berubah menjadi wajah datar dengan tatapan dingin. Aisya benar-benar berubah dalam waktu semalam. Aisya tidak ingin seperti ini, bahkan seharian kemarin ia mengurung diri di dalam kamar mencoba berdamai dengan hatinya atas semua yang sudah terjadi. Tapi ketika mendengar Misha dengan berani mengatakan dirinya pertahanan diri Aisya benar-benar hilang dan beginilah sekarang.

Aisya dengan acuhnya melangkah menuju dapur melewati Dion yang sudah duduk nyaman bersama Misha. Aisya mendengus sinis tanpa memperdulikan Dion yang sudah bangkit dari kursinya ingin menghampiri Aisya namun diacuhkan oleh Aisya.

Dion menelan kembali ucapan selamat pagi yang hampir terlontar dari bibirnya. Ia hanya bisa menatap punggung Aisya yang sedang membuka lemari pendingin meraih sesuatu yang diyakini Dion susu coklat cair kesukaan Aisya.

Dion melirik sarapan dan segelas susu coklat yang sudah di siapkan olehnya untuk Aisya. Ia berfikir kalau pagi ini Aisya akan bersikap seperti biasa walaupun kemarin Aisya terlihat mengerikan dengan amarahnya. Namun, Dion menghela nafas ia benar-benar menyesal telah membentak Aisya.

Demi Tuhan. Dion benar-benar tidak bermaksud apa-apa apalagi untuk menyakiti kekasihnya itu.

"Mas ayok makan."Suara perempuan asal dari semua masalah ini terdengar didekat Dion.

Dion tidak menggubrisnya pandangannya masih tertuju pada Aisya yang baru selesai membilas gelas bekas dipakai olehnya setelah itu Aisya bergegas meninggalkan dapur tanpa menoleh sedikitpun kearahnya. Dion menghembuskan nafasnya, dulu Aisya selalu menyempatkan diri mencium pipinya sebelum berangkat kuliah bahkan ketika ia masih menolak mentah-mentah Cinta gadis itu.

Dion kembali menghela nafas melihat kemarahan Aisya ia sedikit khawatir dengan hubungan mereka. Apa Aisya akan memilih mengakhiri hubungan cinta mereka? Tidak. Tidak. Sampai matipun Dion tidak akan terima kalau Aisya memutuskan hubungan kasih mereka.

"Makanlah Misha aku harus ke kantor." Dion segera bangkit mengambil tasnya lalu berlari menyusul Aisya ke garasi mobil.

Dion yakin Aisya masih disana, tepat ketika Dion sampai di garasi Aisya berlalu dengan mobil jazz putih kesayangannya bahkan Aisya sama sekali tidak melirik kearahnya. Dion mematung menatap mobil Aisya yang sudah keluar dari halaman rumah mereka.

Dion menghela nafas, ia sadar bahwa kini ia sedang dalam masalah besar.

*******

"Pagi cewek cantik."

Diana dan Aisya mendengus ketika mendapati Aziz, pria tampan namun sedikit lebay yang tiba-tiba datang menghampiri meja mereka.

"Ngapain sih lo? Jauh-jauh sana bisa sakit mata gue pagi-pagi ngelihat lo."damprat Diana kejam yang dibalas kekehan geli Aisya.

Aziz mencibir, "Lo kejam amat sama gue, salah gue apa sih sama lo Na?"

Diana mendengus, "Banyak."sahutnya datar sambil melahap kembali lontong di piringnya.

"Lo jangan gitu nanti jatuh Cinta lagi sama Kang Aziz."goda Aisya yang dibalas ketukan meja dan kepala oleh Diana berkali-kali, "Amit-amit jabang bayi punya Imam model begini."

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang