Diam dan kepolosan, dua cara untuk menenangkan segala kegelisahan yang ada.
~ A Thousand Hearts for Veny
...
Veny menerawang. Cewek yang tengah duduk di bangku koridor itu tengah sibuk beradu pikiran dengan suasana hatinya.
Papa. Veny sama sekali tidak mengharapkan pria itu berubah. Veny ingin Papa menjadi orang yang ia kenal, bagaimana situasinya, bagaimana pun kondisi Papa, ia akan tetap berada di sisi Papa, menjaga pria yang senantiasa melindunginya sejak dulu.
Perlahan Veny menelan ludah, mengulum kedua bibirnya tersenyum samar. Bahkan ia ingat dulu ketika berada di bangku sekolah, pria itulah yang selalu merangkulnya, pria itu selalu mengucapkan kata-kata yang menenangkan bila ada orang yang merendahkannya sesuka hati.
Dan jangan lupa pula Papa selalu dengan senang hati membagikan waktu untuk keluarga kecilnya meskipun Veny tahu kegiatan pria itu pasti tengah sibuk sekali.
Keluarga adalah hal yang paling berharga bagi Papa. Pria itu tidak pernah membentak sekali pun pernah terjadi perbedaan pendapat dengan Mama.
Tapi sekarang?
Veny memejamkan mata sejenak, menbenarkan posisi duduknya. Berharap semoga setiap kali ia mendengar suara tinggi Papa itu hanya sekedar halusinasinya semata.
Ceklek!!
Refleks, Veny mencondongkan tubuh, menoleh ke arah pintu putih ruangan Papa yang tampak terbuka, dan kini anak laki-laki yang sebaya dengannya tengah keluar dari sana, menutup pintu dengan teramat pelan.
"Ven..."
Kedua alis Veny terangkat, memerhatikan Alvin. Cowok itu tersenyum seperti biasa lalu mendaratkan tubuhnya, duduk di samping Veny. "Are you okay?" tanya Alvin.
Veny menggeleng tegas. Menunduk sejenak lalu memerhatikan cowok itu, berharap semoga Alvin dapat menjawab pertanyaannya dengan jujur. "Nat, jujur sama aku, Papa sakit apa?"
"Hmh?" Tubuh Alvin seakan kaku seketika, kedua alis cowok itu terangkat, seolah bingung sekaligus terkejut. Bingung hendak menjawab apa dan terkejut karena Veny melontarkan pertanyaan itu kepadanya dengan waktu yang cepat.
"Jujur sama aku Nat, gimana juga aku anaknya, aku harus tahu gimana kondisi orangtua aku."
Alvin terdiam, kedua mata bundar itu memerhatikan Veny sejenak. Benar, bagaimana pun juga Veny adalah anak, tak adil rasanya bila semua orang tahu sementara anak sendiri tidak tahu apa yang terjadi kepada orangtuanya, bagaimanapun juga ini demi kebaikan Veny dan keluarga Pramaditya itu.
"Lo yakin mau tahu?" tanya Alvin, ragu.
Veny mengangguk tegas.
Alvin mengembus napas berat, membongkar isi ransel, lalu menyodorkan selembar berkas ke arah Veny. Bukan berkas kerja maupun kuliah, ini berkas kesehatan pria itu, dan rencananya akan Alvin berikan kepada Mama Veny di ruang administrasi nanti.
Veny memgambil berkas dari tangan Alvin, dengan cepat cewek itu membuka setiap lembarannya.
Leukaemia.
![](https://img.wattpad.com/cover/118491836-288-k852339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Hearts for Veny [COMPLETE]
General Fiction[SEQUEL A Thousand Stars for Nathan] "Hati memang satu, tapi ruangnya ada 1000. Dan aku harap, kamu bisa nempati 1000 ruang itu." -Veny- ___ Ini tentang Nathan dan Veny, ini tentang dua orang saling terikat dalam hubungan yang berbeda. Bukan pacaran...