42 : : Broke Him Heart

1.4K 171 87
                                        

Adakalanya cinta memberi kita ujian, bagaimana cara menahan perih. 

~A Thousand Hearts for Veny

...

Entah untuk berapa ratus kali rasanya Alvin menahan napas dalam waktu beberapa minggu ini. Herannya, sudah tahu ketika melihat Veny dan Rengga bersamaan dapat membuatnya sakit, sakit yang tak dijelaskan seperti apa bentuknya, serasa ada yang menusuknya di bagian dalam. Namun tetap saja mata bundarnya tak hentinya melihat kedua orang itu dengan rasa penasaran. 

Alvin menghentikan langkah, berhenti di depan teras rumah sakit, mendadak saja giginya menggertak geram, seraya mengepal kedua tangannya dengan erat. Langit malam sudah membentangi kota Oxford, kerlap-kerlip di sana tampak begitu bercahaya, namun tidak dengan binar matanya.

Veny benar-benar sudah melepaskannya. Siapa pun yang melihat Veny sekarang, pasti sudah bisa menebak hati gadis itu memilih siapa.

Rengga? Sebelah sudut bibir Alvin terangkat, tertawa datar, dalam hati mengutuki diri. Cewek itu kenapa selalu tampak bahagia bersama Rengga? Kenapa Rengga bisa membuat cewek itu tertawa tanpa beban sedangkan dirinya tidak? Kenap...

Alvin memejamkan mata sejenak, menenangkan pikirannya. 

Tak jauh dari Alvin, tampak Veny turun dari sepedanya, cewek itu baru saja usai berboncengan dengan Rengga. Seperti biasa, sekarang cewek itu ke kampus bersama, berjalan bersama, pulang bersama. 

Selalu-bersama-kapan-dan-dimana-saja. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Alvin sekarang. 

Veny pacaran dengan Rengga, dan sekarang Alvin tidak tahu bagaimana cara ia menjelaskan hubungannya dengan gadis itu kepada orangtua Veny. Rumit? Pasti. Mengingat dirinya sudah terlalu dekat, apalagi baik dari pihak keluarganya maupun keluarga Veny seperti sama-sama mendukung. Hanya tinggal menunggu waktu. 

Kedua sudut bibir Veny terangkat, kini cewek itu berjalan mendekati teras rumah sakit, secepat mungkin Alvin menghadang langkah gadis itu. 

Veny mendongak, tanpa suara cewek itu melangkah ke arah kiri, Alvin mengikutinya. Begitu juga ke arah kanan. Benar-benar menyebalkan. Veny berdecak. "Kamu kenapa sih Nat?" tanya Veny risih. 

Tanpa menjawab pertanyaan dari Veny, Alvin menatap gadis itu dengan datar. "Lo darimana aja malam-malam gini?"

"Bukan urusan kamu," jawab Veny, berusaha melangkahkan kakinya kembali, namun nihil, lagi-lagi dihalang oleh Alvin. Veny memerhatikan Alvin dengan tidak senang, tak lama cewek itu memejamkan mata, membenarkan poninya yang terjatuh dengan frustasi. "Kamu mau apalagi Nat? Aku sekarang udah sendiri, aku bahagia, oke? Jangan ganggu aku lagi." 

"Lo berubah, bahagia lo yang sekarang cuma pura-pura. Gue bisa merasakannya," jawab Alvin datar, memerhatikan bola mata cokelat itu dengan tatapan menekankan.

"Berawal dari pura-pura aku bisa bahagia merasakan bahagia yang sesungguhnya kan?" Veny tersenyum sinis. "Kalian yang suruh aku berubah. Aku nyaman dengan kalian, aku sayang sama kalian, kalian yang paling utama dihidupku. Hanya bersama kalian aku benar-benar merasa terlindungi, aku nyaman bicara apapun, tapi..." 

Perlahan pelupuk mata gadis itu tampak berair, secepat mungkin Veny mengerjap, mengusir bulir air yang seenaknya menggenang di sana. Alvin membungkam. "Tapi, di saat aku nyaman, di saat aku benar-benar mempercayai kalian, kalian hancurkan semuanya. Kalian menyuruhku untuk berubah, Papa mengatakanku lemah, dan Mama setiap aku bicara, setiap aku cerita, selalu tanpa reaksi. Mama seolah-olah memandangku tidak peduli. Dan terakhir kamu Nat..." 

A Thousand Hearts for Veny [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang