"Apa boleh gue mengejar gadis itu lagi?" -Alvin-
~A Thousand Hearts for Veny
...
Berat, masih terasa berat.
Kedua mata bundar itu terbuka. Menampakkan bola mata cokelatnya. Alvin meringis, cowok itu mengangkat sebelah tangan lalu memijat pelipisnya dengan kuat.
Dengan setengah sadar ia memerhatikan sekelilingnya. Ya, ia masih di dalam kamar. Dan herannya sudah tampak begitu terang dan rapi, mangkuk bubur yg ada di samping mejanya semalam pun seperti sudah diganti dengan yang baru.
Kedua mata Alvin beralih memerhatikan jam dinding di hadapannya. Sudah menunjukkan pukul 11.00.
Alvin memejamkan mata, setengah hati ia duduk di tepian ranjang lalu bangkit berusaha untuk membersihkan tubuh di kamar mandi.
Baru saja melangkahkan kakinya, sontak dahi Alvin mengernyit. Secarik kertas cokelat jatuh melayang tepat di kakinya. Dan Alvin benar-benar yakin kertas itu milik Veny.
Alvin menunduk. Meraih kertas lalu membaca tulisan yang tertera di sana.
Maaf, mungkin kamu kaget baca ini. Aku mau istirahat sebentar Nat, aku mau berubah jadi diriku yang dulu, aku mau menemukan tujuan ku kembali. Honestly, It' s hurt when i'm live but i feel i'm die.
Jangan lupa dimakan buburnya. Oh ya, makasih karena masih simpan bintang kertasnya, aku mau buat pengakuan soal pertanyaan kamu semalam, hubungan aku sama Rengga tidak seperti yang kamu kira, kita bukan pacar, dan kita juga bukan teman, hubungan kita berada di antara keduanya.
Nat, aku pulang ke Indonesia sebentar. Makasih. ^^
Alvin menahan napas, secepat mungkin cowok itu meraih handphone di atas meja lalu menghubungi Veny. Nihil, sama sekali tidak tersambung, untuk mengirim pesan pun rasanya percuma pasti tidak akan dibalas.
Sekali lagi, Alvin mendaratkan tubuhnya, duduk di atas tepian tempat tidur, bibirnya mengulum seraya memutar handphone di tangannya, mencoba berpikir. Papa dan Mama Veny? Ada kemungkinan kedua orangtua itu mengetahui kabar anaknya, mengingat sifat Veny yang terlalu patuh, pasti cewek itu akan mengirim pesan dahulu untuk mengetahui keberadaannya.
Dan benar dugaan Alvin...
Panggilannya yang terhubung dengan Mama Veny. Secepat mungkin Alvin berbicara."Halo, tante, Veny ada kirim pesan ke tante?" tanya Alvin langsung, berusaha mungkin ia menenangkan pikirannya sejenak. Mengingat Veny yang pergi secara tiba-tiba tanpa adanya rencana benar-benar membuat dirinya cemas terhadap gadis itu.
Lupakan, sekarang Alvin tak peduli komitmennya telah dipatahkan oleh Veny, meskipun dirinya juga penasaran apa hubungan antar Rengga dengan Veny, yang pasti Alvin hanya ingin kabar dari gadis itu. Dirinya memang bukan pacar Veny, dirinya bukan satu hal yang spesial bagi gadis itu lagi, tapi bagi Alvin, Veny adalah semuanya, cewek itu seolah-olah berperan sebagai kakak, adik, sahabat, dan banyak lagi bagi hidupnya.
"Pulang ke Indonesia?" tanya perempuan itu balik, entah kenapa suara perempuan itu seakan-akan terdengar tenang, tak ada rasa cemas sedikitpun di dalam sana.
"Iya tante," jawab Alvin.
Suara hembusan napas panjang terdengar dari seberang. "Nathan, dengar tante, kamu tak perlu panik, Veny bukan anak kecil, biar dia yang menentukan pilihannya sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Hearts for Veny [COMPLETE]
Ficção Geral[SEQUEL A Thousand Stars for Nathan] "Hati memang satu, tapi ruangnya ada 1000. Dan aku harap, kamu bisa nempati 1000 ruang itu." -Veny- ___ Ini tentang Nathan dan Veny, ini tentang dua orang saling terikat dalam hubungan yang berbeda. Bukan pacaran...