40 : : When I See You

1.3K 168 49
                                    

Ketika aku melihatmu, kamu telah bersama yang lain.

~A Thousand Hearts for Veny

...

Veny tak pernah tahu, apakah keputusannya sekarang benar-benar tepat ataukah tidak.

Membuka hati, menerima kembali Rengga yang mencoba masuk ke dalam ruang hati itu. Meskipun setengah hati ia menerimanya dan masih ada ketakutan-ketakutan kecil yang ia rasakan.

Bolehkah dirinya percaya pada seseorang sekarang? Bolehkah ia berharap bahwa di antara milyaran manusia di bumi, terdapat satu orang yang dapat ia percayai, yang mempedulikannya, dan berhenti menatapnya seolah-olah dirinya manusia yang paling tidak normal sedunia.

Ya, sifat kekanak-kanakkan dan kesakitannya yang membuatnya berubah. Bukan menjadi semakin baik, yang ada malah semakin buruk.

"Selamat siang."

Sontak Veny menghentikan langkah, mendongak, seseorang bertubuh tunjang tengah berdiri di hadapannya, menghalanginya berjalan. Jika Veny benar mungkin orang itu Rengga.

Dan benar.

"Udah pulang kampus?" tanya Rengga, ujung topi hitam yang tadi menutup setengah pandanganya, ia putarkan menghadap ke belakang.

Veny tertawa datar. "Pakai tanya lagi kamu."

"Enggak apa," Rengga tersenyum menyeringai. Masalahnya hari ini cowok itu memiliki jadwal kelas yang berbeda dari Veny. Dan sudah dipastikan pula masuk ke dalam ruangan yang berbeda.

"Gue bakal nanya lo terus. Biar lo enggak ngerasa sendirian, biar rame. Meskipun emang enggak enak rasanya, lo merasa risih, tapi gue bakal berusaha sampai lo terbiasa hadapin semuanya."

Tak ada jawaban dari Veny, gadis itu membungkam kembali, menunduk menerawang jauh.

Kedua sudut bibir Rengga terangkat, membuka topinya lalu mendaratkannya ke puncak kepala Veny. "Sesuai yang gue bilang, gue bakal nerima sikap lo apa adanya. Lo enggak perlu pura-pura jadi siapapun, gue enggak bakal mikir lo terlalu kekanak-kanakan atau apapun itu."

"Yakin?" tanya Veny ulang, lalu tersenyum meremehkan.

Rengga mengangguk yakin, lalu mengulurkan jari kelingkingnya. "Gue janji."

Veny mengerjap, memerhatikan kelingking itu sejenak menimbang-nimbang pemikirannya. Dengan ragu ia membalaskan uluran jari itu, lalu mengaitkannya dengan erat.

"Aku pegang janji kamu."

Rengga tersenyum puas. "Lo mau jalan-jalan?"

Perlahan kedua sudut bibir Veny mengembang. Lalu mengangguk cepat.

💗💗💗

Alvin tak tahu lagi apa yang harus ia ubah sekarang? Hidupnya? Sudahlah tampaknya Alvin hanya ingin seperti ini saja kuliah, kerja, lalu membantu Papa Veny.

Setelah itu? Entahlah, Alvin sama sekali tidak tahu, untuk saat ini ia serahkan kepada waktu.

Memang terasa datar. Semenjak Veny mematahkan komitmennya sungguh hidupnya terasa datar, semacam ada rasa kehilangan, ia kehilangan penyemangatnya.

A Thousand Hearts for Veny [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang