34 : : Reason

1.6K 193 20
                                    

If you want to fall in love, you must know, you can get it hurt.

~A Thousand Hearts for Veny

...

Dua minggu!

Alvin menurunkan penahan sepedanya lalu berjalan menuju bangunan berwarna merah bata itu. Bukan cafe, melainkan sebuah resto daging dan-anggap aja-milik Rengga, meskipun sepenuhnya Alvin yakin bukan cowok itu yang membangunnya.

Alvin mendorong pintu kaca berhasil mendentingkan gantungan besi yang tertera di ambang pintu.

Sudah dua minggu Rengga tidak kuliah, dan sudah dua minggu pula dirinya dijauhi oleh Veny. Percayalah jika beberapa minggu lagi semuanya seperti ini, maka ingin rasanya Alvin menjadi gila sekarang.

"Eh!" Langkah Alvin terhenti, kepalanya yang tadi menoleh ke arah kanan kiri memerhatikan suasana resto kini menghadap depan, memerhatikan wanita paruh baya yang baru saja turun tangga dengan sepiring bekas nasi dan semangkuk bekas daging, yang telah habis tentunya.

Alvin menelan ludah. Sungguh perutnya terasa lapar sekarang.

Secepat mungkin Alvin mengangkat kedua sudut bibirnya. "Resto udah sepi bun?"

Perempuan itu mengangguk, ke dapur sejenak lalu melayani salah satu tamunya, padahal resto sudah jelas-jelas tertulis closed, tapi tetap saja Alvin bertanya.

Mungkin efek samping dari keseringan bermain gadget, mata kurang fokus, dan pandangan sedikit buram.

Alvin mendekat, menyalami perempuan paruh baya itu sejenak. "Bun, ada Rengga? Soalnya udah dua minggu enggak ada kabar."

"Rengga ya..." Perempuan itu terdiam sejenak, menerawang. Mengingat keadaan Rengga yang masih belum stabil kemarin berhasil membuat wanita itu was-was, bahkan hingga sekarang anak itu masih terlihat diam, hanya ingin bermain dalam pikirannya dan kesendiriannya.

Disuruh untuk berbicara pun rasanya percuma. Mungkin dengan kehadiran Alvin disini, dapat membuat anaknya itu sedikit tenang.

Ya, wanita itu berharap.

"Rengga ada di atas, nanti Alvin ke sana aja. Tapi sebelum ke atas, Ibun boleh minta tolong sebentar?"

Alvin mengangguk. Mendengar ucapan perempuan itu, berhasil membuat otaknya dipenuhi pertanyaan sekarang.

💗💗💗

"Alvin, nanti kalau di kamar Rengga, jangan tanya dia sakit apa."

Alvin mengernyit. "Rengga kenapa, Bun?"

Perempuan itu menggeleng, tubuh yang sudah tampak menua itu terlihat sedikit bergetar, secepat mungkin perempuan itu tersenyum. "Ibun, enggak kuat mau bilang ke kamu. Nanti di sana kamu tahu sendiri."

Alvin menaiki tangga. Diketuknya pintu berwarna cokelat tua itu lalu membukanya begitu terdengar suara balasan di dalam sana.

Rengga. Cowok itu tengah berbaring menghadap jendela. Kedua mata bulatnya tak henti memerhatikan gumpalan awan yang beriringan di atas sana.

A Thousand Hearts for Veny [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang