Chapter 9

2.3K 211 9
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

“Yang kena bola ini, harus kedepan dan dihukum.”

Setelah melakukan senam pagi, semua karyawan dimintai untuk berjajar melingkari para staff. Matahari sedikit meninggi saat ini, sehingga pencahayaan cukup terang. Jajaran staff termasuk Manajer dan wakilnya berkumpul ditengah lingkaran yang dibuat oleh seluruh karyawan.

Semua karyawan merentangkan tangan untuk memberi jarak. Hinata sedikit terhimpit karena berada diantara orang-orang berbadan besar, gadis itu berusaha mengambil tempatnya namun tetap saja gagal. Decihan hampir lolos sebelum Ino menariknya menjauh dari mereka.

“Aduh, Hin, lo ini dari tadi kenapa, sih?” protes Ino, “Udah ketiduran, eh, sekarang malah dapet apes kayak begitu.” lanjutnya.

Hinata menatap rekan kerjanya dengan malas, “Hari ini mungkin nasib buruk buat gue, No. Lo tau ‘kan, gue capek kerja tiga minggu gak dapet libur. Dan sekarang mesti ngikutin acara beginian lagi? Gue lelah, No, lelah…”

“Oh iya, gue lupa soal Si Sai. Hehe…” gadis berambut blonde itu tertawa, “Clemmons itu ramenya pakai banget, sih, jadi gue gak pernah merhatiin counter lo.”

“Idih, bangga!” Hinata menyilangkan kedua tangannya, “Tapi…, kalau lo lagi kerja emang gak bisa ditanya. Gue sampe capek teriak-teriak ke lo. Padahal tenant kita itu tetanggaan.” Mereka pun merentangkan kedua tangannya untuk bergabung membuat lingkaran.

Permainan untuk pemanasan akan segera dimulai. Hinata mengedarkan pandangannya untuk mencari Kakashi, Sai dan Yamato. Mereka bertiga ada di seberang sana, bahkan Sai mengejek gadis itu. Untung saja, perhatian Hinata teralih. Dia melihat Naruto yang ternyata tepat di depannya, walaupun kenyataannya Naruto membelakangi dirinya.

“Silakan, Pak, ini bolanya.”

Yang pertama memegangi bola adalah Manajer Harajuku Plaza Square. Menurut instruksi, beliau harus melemparkan bola tersebut sembarang ke arah para pegawai dan pegawai yang terkena bola akan kembali meleparkannya secara acak ke arah para staff. Dan untuk hukuman yang diberlakukan adalah setiap orang yang terkena bola tersebut harus menari ditengah-tengah lingkaran dan diikuti oleh semua.

“Musik!” pekik Manajer dengan lantang dan penuh semangat.

Alunan musik mulai terdengar. Semua karyawan kembali dibuat melongo karena irama yang diputar adalah aliran musik dangdut pop. Manajer mulai berjoget ria yang diikuti oleh semua staff kecuali para pegawai.

“Anjay...,” salah satu pegawai menepuk jidatnya, setelah mengetahui judul lagu dari musik tersebut.

“Ayo semua, ikuti gerakan Pak Hashirama!” perintah Sizune dengan gembira, kepala bagian informasi lantai dasar sekaligus bertugas menjadi MC dalam acara ini.

Mendengar itu, beberapa dari mereka mulai patuh dan mengikuti. Hinata dan Ino yang baru pertama kali mengikuti acara semacam ini masih belum percaya atas apa yang mereka lihat. Sikap penuh wibawa, tegas, bahkan sosok pemimpin yang begitu diagungkan seluruh karyawan, dengan lincah dan tanpa malunya mereka berjoget. Mereka yang menjadi mentor untuk membimbing tanggung jawabnya menampakkan sisi idiotnya. Tidak ada lagi sosok staff yang Hinata kenal hari ini. Semuanya begitu konyol, tak terkecuali Naruto sendiri.

“Ino, tolong katakan sama gue kalau ini semua cuma mimpi.” ujar Hinata. Iris amethystnya tak terputus ke arah Naruto yang tengah asyik menggoyangkan pinggulnya.

Inikah Pak Naru yang sebenarnya, Tuhan?

Sosok sedingin, setenang, semisterius dan seangkuh Uzumaki Naruto mau melakukan tarian gila semacam itu? Sepertinya gadis itu akan mendapat serangan jantung mendadak.

“Gue juga baru tau. Apalagi ngeliat supervisor itu,” dagu Ino menunjuk pada Naruto.

Hinata masih tidak bisa menyelami semua pemikiran. Entah apapun alasannya, gadis bernetra amethyst itu tidak mau mempercayai sisi lain dari pria yang ia kagumi. Seakan pada saat ini, sosok yang Hinata tau mengenai Naruto hilang begitu saja. Pria itu sedikitpun tidak membangun dinding penghalang untuk membatasinya seperti biasa. Yang Hinata lihat, hanya keceriaan yang terekspos jelas. Bahkan segi keterbukaan Naruto begitu transparan.

Tetapi entah bagaimana awalnya, tubuh Hinata pun malah tergerak sendiri untuk mengikuti alunan musik konyol tersebut.

Manajer mulai melemparkan bolanya, lalu mengenai salah satu seorang scurity yang terkenal paling kalem. Tetapi, tetap saja bagaimanapun karakternya pada akhirnya mereka akan berubah konyol juga setelah dikenakan sanksi.

Lagu demi lagu sudah banyak terputar. Banyak pegawai dan staff mendapat hukuman karena terkena bola. Bahkan Hinata hampir terlempar kalau saja dia tak menghindar. Gadis itu sangat bernafas lega sampai penghujung permainan, dan ia juga bersyukur karena Naruto tidak pernah mendapatkan hukuman itu. Kalau itu terjadi, sangat tidak akan bagus untuk jantungnya.

Akhirnya permainan pertama berakhir dengan ceria. Hinata menarik Ino untuk mengambil minuman dan beberapa makanan, “Gue haus. Gue juga belum sarapan.” serunya.

“Lo harus diet, Hin, pipi lo gak kekontrol.”

“Sialan, lo, No. Tega…,”

Permainan masih akan dilanjutkan. Akan ada beberapa games yang harus dilalui oleh semua karyawan. Games kali ini memperebutkan hadiah bagi mereka yang paling banyak menghasilkan point.

A/n : maaf kemarin aku gak up, ada kesibukan di duta. Dan mungkin ke depannya juga akan banyak banget kesibukanku di duta. Untuk janji up tiap hari kayaknya gak bisa aku tepatin. Tapi aku akan berusaha buat nyempetin waktu up secepatnya. Thx

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang