Chapter 56

711 118 10
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Lama sudah ku menanti
Banyak cinta datang dan pergi
Tapi tak pernah aku senyaman ini
Mungkin dirimulah cinta sejati

Admesh - Nyaman

* * *

Naruto memperhatikan Hinata yang masih sibuk bermondar-mandir kesana-kemari untuk mengantarkan beberapa pesanan ke meja customer. Dia belum sempat berbincang dengan gadis itu lagi setelah hari kemarin, dan hari ini sepertinya Hinata belum memiliki waktu luang.

Dari sejak kemarin pun keingintahuan terus saja membelenggu. Naruto tidak tahu pasti apa yang sudah terjadi diantara ibunya dan gadis itu. Kushina tidak pernah menceritakan apapun, hanya terus mendorong agar Naruto berusaha untuk lebih dekat dengan Hinata. Dan tentu saja, Kushina mengatakan maksud terselubungnya berulang-ulang, selalu menganggap Hinata adalah calon menantunya.

Menantu.

Satu kata keramat yang entah mengapa begitu terasa mendebarkan. Bahkan iris biru safir Naruto masih belum berpaling memandangi sang pujaan. Semakin dilihat, aura Hinata malah membuatnya terpesona. Angan dan bayangan mengganggu akal sehat, menciptakan sandiwara yang terasa menyenangkan.

Jika Hinata sudah dianggap calon menantu, artinya gadis itu adalah calon istri Naruto.

Brrrr!

Tiba-tiba saja tubuh lelaki itu serasa merinding. Agaknya, mengucapkan kata calon istri pun seolah menciptakan sensasi yang memiliki efek menyimpang bagi Naruto. Bahkan untuk sekian lama Naruto tidak pernah berpikir seliar itu. Ketika menjalin hubungan dengan Saara pun tidak pernah sedikitpun terlintas sesuatu hal yang berbau mesum padanya.

Hinata memang selalu menciptakan suasana baru dalam hidup Naruto, termasuk mungkin pengalaman baru dimasa depan.

“Pak, ada telpon masuk buat Bapak di Kasir foodcordt,” Kiba datang, berdiri tepat dihadapan Naruto. Lelaki berambut coklat itu memutus pemandangan indahnya sekaligus menyadarkannya dari lamunan idiot itu. Naruto mendesis pelan.

“Oke,”

Lelaki itu tidak segera beranjak. Dia menyobek secarik kertas dan menulis sesuatu disana. Kemudian melipatnya dengan rapi.

“Bentar, Kiba,” Naruto menghentikan langkah Kiba, lalu memberikan lipatan kertas itu kepadanya, “Saya boleh minta tolong buat kasih ini ke seseorang?”

“Meja nomer tujuh, smoking area.”

Sai memberitahukan salah satu pesanan kepada Hinata, sementara lelaki itu menghandle pesanan dibagian minuman. Hari ini keadaan konter lumayan ramai, mengingat ada beberapa acara di lantai bawah. Para pengunjung mulai memenuhi area foodcordt, mencari jajanan atau mungkin menu makanan berat untuk makan siang.

Perempuan itu hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Rasa penat dan pegal menyerang hampir diseluruh tubuh. Tidak ada waktu untuk mengeluh, karena rekan-rekannya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Hinata tetap memasang senyum ramah dengan sikap profesional yang diusahakan untuk tetap konsisten. Dia berjalan ke area bebas merokok, dengan sebuah nampan yang berisi dua gelas moca dingin dan satu porsi nasi goreng seafood.

Menilik nomor meja, Hinata mengembangkan senyuman. Kakinya melangkah menuju meja tersebut dan menyodorkan pesanan.

“Selamat menikmati,” ungkapnya ramah, kemudian berlalu setelah meminta bill dan mengambil nomor meja.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang