Naruto © Masashi Kishimoto
…
Gila.
Entah kata apa yang pantas untuk dideskripsikan, tetapi, kata itu seolah mewakili semua yang ada dalam pikirannya.
Hinata nyaris kehilangan kewarasaan karena terkejut akan sesuatu hal yang bahkan tidak ia pedulikan sebelumnya. Namun sesaat setelah itu, dia pun tertawa remeh.
“Pakai jaketmu. Dingin.”
Hinata menyeringai. Meskipun terdengar datar, Naruto menyisipkan perhatiannya dibalik serangkaian ucapannya. Tidak ada senyum yang mematri wajah pria itu, namun, irisnya memandang cukup dalam.
“Gak apa-apa. Lagian malam ini gak terlalu dingin.”
Dengan cepat, Naruto meraih jaket merah muda gadis itu kemudian menarik resletingnya agar menutupi tubuh. Gadis itu memandang dengan takjub.
“Makasih.”
“Sama-sama.”
Amethyst Hinata menyipit dengan perasaan geli. Pasalnya, Naruto sudah menjadi bahan perbincangan hampir seluruh karyawan. Semua mengatakan hal yang sama, bahkan tidak ada gosip miring yang menjatuhkan pria itu lagi. Dan itu membuat Hinata merasa bosan mendengarnya.
Namun siapa sangka, isu dan gosip tersebut mampu menyebar dengan luas hanya dalam hitungan hari. Rasanya Hinata baru saja mengetahui siapa sosok gadis yang disukai oleh Naruto, dan hari ini dengan sangat mengejutkan ia bisa bertatap muka dengan mereka berdua sekaligus.
Menggelikan.
Suguhan drama romansa sederhana berhasil menggelitik perasaan gadis itu. Perasaan geli yang bercampur dengan sesuatu hal yang entah bagaimana menjelaskannya. Hinata beberapa kali menyeringai karena tingkah Naruto dan wanitanya.
Mereka berdua saling memandang satu sama lain. Tak terputus dan tidak menyadari ada siapa disekitar mereka. Seakan dunia hanya dikuasai oleh cinta, membutakan segalanya. Hinata sekali lagi hanya menonton dan tersenyum remeh.
Terpaan angin malam sedikit menusuk sampai tulang. Rasa dingin menyelimuti tubuh Hinata walau sudah terbungkus jaket tebal. Awalnya Hinata tidak ingin mengganggu, tetapi, gadis itu harus segera pulang.
“Okay, udah cukup mesra-mesraannya. Gue buru-buru.” Hinata menerobos diantara mereka berdua.
“Hei!” terdengar nada kesal yang diteriakan oleh gadis itu.
“Maaf,” ucap Hinata dengan cepat, “Lagian ini 'kan di parkiran, bukan tempat buat pacaran. Dan, oh, satu lagi, kalian ngehalangin jalan.” tandasnya.
Mata ungu milik gadis itu menatap dengan tajam, sementara Naruto tidak memperdulikan tingkah Hinata. Pria itu hanya fokus pada gadisnya.
“Biarkan saja.”
“Tapi dia———”
“Sudah.”
Bibir Hinata melengkung, mematri sebuah senyuman. Gadis itu benar-benar emosional, padahal Hinata menyangka dia adalah wanita yang anggun dan menjunjung tinggi tata krama. Penampilannya begitu dewasa dan elegan, berbalut make up yang terkesan natural. Berambut merah yang disanggul, dengan mata ungu yang teduh.
Namun siapa sangka bahwa semua itu hanya sekedar penampilan luar. Pesonanya seolah hancur dalam hitungan detik.
“Yang!”
“Sara———”
“Oh, jadi Kakak ini namanya Sara, ya? CSO lantai tiga.” potong Hinata, “Pak Naru, selamat, ya, moga langgeng sampe maut memisahkan!”
Sara berdecak dengan kesal, “Yang, bukannya dia bawahanmu? Kenapa kamu diam aja?!”
Hinata menampilkan raut wajah angkuh. Rasa geli di dalam dadanya kian menggebu saat melihat wajah wanita bernama Sara itu mendongkol. Irisnya menatap Naruto begitu tajam, namun Naruto hanya terdiam.
“Haha…” tawa Hinata pecah, “Kayaknya gue ganggu banget, ya…” segaris senyum palsu mengukir di wajah Hinata, “Kalo gitu, gue cabut.”
“Pergi lo! Dasar sinting———”
“Sara! Bicara apa kamu?”
Hinata melajukan kendaraan roda duanya, meninggalkan pertikaian yang mulai memanas antara Naruto dan gadisnya. Perasaan bersalah mungkin terbesit, namun entah mengapa Hinata merasa terhibur dengan aksi kurang ajarnya. Tawaan yang tak mau berhenti terus menerus mengocok perut Hinata sepanjang perjalanan.
…
…Hinata sudah memprediksi dan mempertimbangkan banyak hal yang akan terjadi hari ini. Ada beberapa kemungkinan yang akan dia dapat, namun gadis itu tetap bersikap normal.
Mengingat peristiwa semalam, mungkin siapa saja tidak akan pernah melupakan bahkan memaafkan perilakunya. Setidaknya akan ada beberapa peringatan yang mau tidak mau harus Hinata hadapi, atau bahkan yang lebih merepotkan adalah jika Sara menyimpan dendam.
Hinata memang mengakui kesalahannya. Tetapi, entah mengapa gadis itu tidak merasakan sesuatu yang membuatnya menyesal. Hinata juga tidak merasa senang atau bangga dengan apa yang sudah ia lakukan.
Hanya saja, ada hal lain yang membuatnya lucu dan ingin perasaan lucu itu sedikit menghiburnya. Dan setiap kali Hinata mengingatnya, dia hanya akan tertawa.
Gadis itu mulai menaiki tangga, menuju lantai tiga tempat dia bekerja. Namun siapa sangka, dalam perjalanannya, Hinata secara kebetulan bertemu dengan pacar Naruto.
“Tunggu,” sahut Sara.
Hinata yang belum menyadari keberadaan gadis itu menghentikan langkah. Raut bingung menepi dalam pikiran, namun sesaat sirna setelah melihat wajah gadis itu.
Ada reaksi terkejut yang terselip, tetapi Hinata kembali berekspresi normal. Situasi seperti ini memang sudah ia pastikan akan terjadi.
“Lo——” Sara berdecak seiring dengan telunjuknya yang mengarah pada Hinata.
“Gue?” balas Hinata bingung.
Sebenarnya, gadis bersurai gelap itu bukannya bingung atau bahkan bodoh. Melihat situasinya, tiba-tiba saja Hinata diserang oleh perasaan yang membuatnya ingin kabur saja. Tetapi, bagaimanapun Hinata sudah menjadi akar dimana permasalahan ini terjadi.
Namun, prediksi yang sudah dia terawang ternyata sangat jelas dan terbaca. Hanya saja, pertikaian ini akan sangat merepotkan, terbukti dari raut wajah Sara yang naik pitam.
“Iya! Elo, Si cewek rese tadi malem!”
…
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect SPV [ TAMAT ]
FanfictionSweet Cover by @Arite_Chisiki Naruto © Masashi Kishimoto [ AU/Mature/Romance/Comedy ] [ NaruHina Fanfic Story ] Revisi : 1-4 ( Cerita ini mengandung unsur Dewasa ) ... Hinata adalah seorang gadis yang bekerja di Harajuku Plaza Square sebagai Sales...