Chapter 19

1.7K 180 8
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Malam ini, Naruto sedang menikmati waktu bersantainya. Setumpuk pekerjaan sudah mengharuskan otot dan otaknya beraksi seharian, menyisakan penat yang sebelumnya membebani dalam diri Naruto.

Pria itu sudah memupus hampir seluruh letihnya dengan memanjakan diri di dalam bathup berisikan air hangat. Aroma sabun dan shampo yang khas menyelimuti hampir seluruh lekuk tubuh Naruto yang terbentuk sempurna. Sisa-sisa air berjatuhan disetiap helaian rambut pirangnya. Dada bidangnya terekspos, menampilkan lipatan-lipatan layaknya roti sobek. Pria itu segera mengeringkan diri dan membungkus tubuh sempurnanya dengan kaos hitam polos dan celana santai.

Semilir angin yang dingin menyapa kulit eksotis Naruto dari celah-celah jendela, membangunkan hasrat untuk segera membuat segelas kafein panas. Kopi hitam selalu menjadi pilihan Naruto untuk dinikmati dalam beberapa waktunya.

Ia segera melangkah menuju dapur, mengambil cangkir dan satu sachet kopi hitam siap seduh. Menaburkannya ke dalam cangkir, kemudian dilanjutkan dengan menuangkan air panas. Aroma khas mendominasi penciumannya dengan segera. Memberikan sensasi menyenangkan ketika uap panas itu mengepul di depan mata.

Bibir tipis Naruto tersungging samar. Waktu santainya nyaris sempurna ketika ia selesai mengaduk kopinya. Lidah Naruto sudah tidak bisa menahan untuk mencecap rasa manis dan pahit yang sudah menyatu disana. Kilat jenaka hampir tersirat kala pria itu mendapatkan satu seruputan pertamanya.

Well, lumayan.” Rasa kopi itu bahkan jauh lebih baik.

Pikiran Naruto mengembara, mengingat sesuatu yang berkaitan dengan segelas kopi. Kopi hitam tanpa gula yang jelas masih Naruto pahami bagaimana rasanya. Segelas kopi hitam tanpa gula yang ia minum tadi siang.

Dentaman keras menyelubungi perasaan Naruto dengan segera. Lagi-lagi, gadis itu membayangi Naruto. Entah sejak kapan pikirannya begitu ‘candu’ terhadap Hinata. Bahkan, diwaktu setenang ini, Hinata muncul dalam pikiran Naruto. Rahangnya mengeras. Otak cerdas miliknya bahkan tidak bisa mengenyahkan wajah menyebalkan gadis itu.

Naruto kembali meletakkan cangkir kopinya. Ia menghela napas, mencoba meloloskan diri dari sosok gadis yang akhir-akhir ini kerap menjeratnya. Beberapa hal kembali terbayang, tetapi kali ini Naruto mulai menelusurinya.

Mengesampingkan perasaan dongkolnya, Naruto menilai hal yang lain. Hinata memang seperti perempuan pada umumnya, namun, sedikit pun Naruto tidak tertarik. Hanya saja, gadis itu selalu mengawasinya.

Entah karena dasar apa, gadis itu sangat berambisi untuk terus memperhatikan Naruto. Wajah polos Hinata selalu berseri-seri dengan tatapan kagum yang tidak ia sembunyikan. Alih-alih merasa terganggu, Naruto justru menjadi terbiasa. Tidak heran baginya jika banyak karyawan yang mengaguminya dalam sekali tatap.

Sedari awal, Naruto tidak pernah mau berurusan dengan para pengagum atau golongan pembencinya sekalipun. Namun, Hinata sedikit berbeda. Gadis itu tidak pernah ragu untuk sekedar menegur atau melemparkan senyum ramah. Dan, Naruto selalu mengabaikannya.

Pria itu mengambil lagi cangkir kopinya yang masih mengepul. Tidak ada niat untuk kembali meneguknya, Naruto malah menikmati kopi itu melalui irisnya. Naruto memandangi warna hitam di dalam cangkir itu cukup intens, dengan hadirnya remah-remah kecoklatan yang mengambang.

Tidak sedikitpun otaknya memutus askes untuk memikirkan seorang gadis bersurai gelap tersebut. Naruto bahkan semakin mengingat-ingat beberapa moment yang menjeratnya untuk terikat hubungan dengan Hinata. Terlalu banyak kejadian yang mengikat mereka, bahkan untuk sesaat Naruto menyadari kepedulian yang tidak pernah ia lakukan kepada orang lain.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang