Naruto © Masashi Kishimoto
…
Suasana yang hening membunuh waktu perlahan-lahan. Masing-masing orang tengah memanjatkan doa, meminta hal-hal baik kepada Tuhan sebagai tanda berakhirnya apel malam hari ini.
Hinata berdiri dibarisan paling belakang berdampingan dengan Kakashi. Hari ini perempuan itu terlalu mewaspadai Naruto yang tentu saja berkesempatan memimpin apel malam tersebut. Hinata tanpa berkedip memperhatikan lelaki itu diam-diam, perasaannya pun sudah tidak tenang semenjak tadi.
Kekhawatiran dan kegugupan menyelubungi perasaan. Hinata tidak mengerti mengapa hal sememalukan itu tiba-tiba menyerang. Padahal seharusnya dia memberanikan diri untuk malam ini, rencana besar sudah disusunnya sedemikian rapi.
Ditengah keheningan yang mengganggu, suara jantungnya tanpa henti terus berdetak hebat. Perempuan itu bisa mendengarnya dengan jelas, bahkan sangat takut orang-orang juga mampu mendengar debaran mengerikan itu. Hinata terus berharap kesunyian ini segera berakhir. Beberapa detik saja serasa bertahun-tahun lamanya.
“Selesai.”
Naruto mengamando dari depan. Suaranya yang berat dan dalam benar-benar semakin menggetarkan perasaan Hinata. Bahkan dia baru setengah menyadari kalau semua orang sudah mulai berjalan memasuki jalur khusus karyawan.
Hinata melirik sekilas, Naruto tampak sibuk mengobrol dengan seorang satpam di sebelah pintu karyawan yang masih terbuka lebar. Naruto sama sekali tidak terlihat peduli dengan sekitar, barangkali obrolan mereka lebih menarik perhatian. Tanpa menunda lagi kesempatan, perempuan itu mulai berjalan dengan rileks, berusaha menghapus keberadaan lelaki berambut pirang itu.
Atmosfer bahkan berubah saat tubuh Hinata melewati lelaki itu. Dan semakin terkejut ketika tiba-tiba saja sebelah tangan Naruto menggenggam pergelangan tangan Hinata, menahan perempuan itu untuk melanjutkan langkahnya.
Hinata meringis pelan, “Pak——”
Naruto masih asyik mengobrol dengan satpam tadi, bahkan genggamannya mengerat seperti memberi isyarat. Perlahan-lahan tangan Naruto menarik Hinata untuk merapat pada punggungnya.
“Kalo gitu saya pergi dulu, Pak, mau kontrol ke bawah.” sambil tergelak, satpam itu pamit kepada Naruto. Naruto membalas dengan anggukan singkat. Dia menatap kepergian satpam itu yang berjalan menuju eskalator.
Kini, mereka benar-benar hanya berdua saja disana.
Hinata hampir saja lupa cara bernapas. Kegugupan membuat dia melakukan hal-hal aneh sekaligus gila. Naruto mengalihkan ggenggamannya ketelapak tangan gadis itu, dan berbalik ke arahnya.
“Kita punya janji.” ujar Naruto. Entah mengapa lelaki itu menjadi sedikit berani terhadap Hinata. Yang Hinata tahu, Naruto adalah laki-laki yang kaku.
“U-uhm, jadi… mau ngomongin apa?” dan kali ini, perempuan itu yang malah berubah kaku.
Naruto tersenyum simpul, “Gak disini…” kemudian menarik Hinata untuk berjalan memasuki lorong khusus karyawan.
“Ta-tapi——”
“Ikut aja. Saya janji gak bakal macem-macem.”
Demi Tuhan, Hinata bisa gila melihat wajah Naruto yang terus tersenyum. Ketampanan lelaki itu semakin jelas, kharimanya pun meningkat pesat. Sudah berapa kali jantung Hinata melompat-lompat kegirangan akibat perilaku Naruto. Hinata hanya berharap, semoga jantungnya baik-baik saja.
Perempuan itu masih mengekori Naruto. Naruto bahkan tak berniat sedikitpun untuk melepas pegangan tangannya dari Hinata. Cengkramannya pun malah semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect SPV [ TAMAT ]
FanfictionSweet Cover by @Arite_Chisiki Naruto © Masashi Kishimoto [ AU/Mature/Romance/Comedy ] [ NaruHina Fanfic Story ] Revisi : 1-4 ( Cerita ini mengandung unsur Dewasa ) ... Hinata adalah seorang gadis yang bekerja di Harajuku Plaza Square sebagai Sales...