Extra Story 2 : "Restu Bang Neji"

1.4K 155 35
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

...

Akhir-akhir ini, Naruto mulai menuruti keinginannya. Hinata meminta Naruto untuk bisa bersikap lebih profesional ketika ditempat kerja dan tentu saja, jangan terlalu mesra didepan orang-orang padanya. Hinata hanya tidak mau orang-orang menilai kurang baik, terlebih Naruto adalah seorang supervisor. Perannya sangat berpengaruh disana.

Hinata meletakan secangkir kopi hitam panas diatas meja kerja Naruto. Senyumnya merekah tipis, walaupun tak terpungkiri jantungnya berdebar cukup cepat akibat tak sengaja memperhatikan wajah Naruto yang begitu serius menatap layar komputer.

Hinata tidak tahu, kapan kali terakhir dirinya melihat wajah tegas dan kaku itu setelah hubungan mereka benar-benar terjalin. Kadang-kadang, Hinata rindu dengan sikap dingin dan menyebalkan Naruto yang begitu mengganggu. Pemandangan mendebarkan itu selalu berhasil membuat Hinata jatuh cinta berjuta kali lipat, terutama iris biru laut cerahnya sangat tajam dan dibingkai sebuah kacamata yang menambah daya tarik tersendiri.

Setelah menikmati wajah tampan Naruto, mata Hinata terfokus pada bibir penuh milik lelaki itu. Dia meneguk ludah, kapan terakhir kali ia menyicipi bibir menggoda itu?

Cukup lama Hinata termenung, sampai kedua wajahnya merah padam.

Hinata menggeleng-gelengkan wajahnya, mengambil nampan diatas meja kemudian beranjak.

"Ngeliatin apa?"

Suara Naruto mengejutkan Hinata, sekaligus membuatnya mengurungkan niat untuk pergi.

"Kok, diem? Kamu liatin apa?"

Hinata menelan ludah. Jantungnya memompa semakin cepat dan membuatnya semakin gugup, "Nggak papa."

"Wajah kamu merah..." Naruto menyunggingkan sebuah senyum.

"Apa sih. A-aku harus balik dulu..." perempuan itu masih membelakangi Naruto. Dia sungguh malu. Bisa-bisanya Hinata berani berpikir kotor semacam itu pada kekasihnya diwaktu yang tidak tepat dan tak tahu tempat.

Akhirnya, Hinata pergi namun dengan segera kekasihnya memegangi lengan perempuan itu supaya dia tidak kabur begitu saja.

"Dek...?"

Suara itu teramat lembut dan pelan. Hinata menegang ditempat.

"Liat Mas." titahnya.

Agak ragu, Hinata berbalik.

"Kamu sakit?" lelaki itu menuntun Hinata untuk duduk. Tangan besarnya terulur, menempel pada dahi gadis itu yang tertutupi oleh poni datarnya. Sorot kekhawatiran terpancar jelas diwajah Naruto.

"Gak panas, tapi wajah kamu merah banget loh..."

Seandainya Naruto tahu, saat ini Hinata benar-benar gugup. Perhatian lelaki itu selalu membuat Hinata nyaris gila. Apalagi, wajah Naruto berjarak tidak terlalu jauh darinya, menciptakan sensasi liar yang semakin akut. Bibir Naruto benar-benar sudah membuat Hinata berbelok dari jalan lurusnya.

"A-aku gak papa," Hinata berdiri dengan segera. Situasi semakin tidak baik untuknya.

"Tunggu, Mas harus mastiin kalo kamu gapapa..."

"Aku gapapa!" pekik Hinata, kemudian membungkuk pamit pada Naruto dan benar-benar pergi dari sana.

Naruto termenung. Dalam beberapa detik, wajahnya juga ikut memerah.

"Kalo kamu merhatiin sampe gitu, mana bisa Mas nahan diri lagi..."

...

Hinata dan Naruto baru saja keluar dari jalur khusus karyawan. Interaksi keduanya terasa lebih canggung dari sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang