Chapter 37

734 134 6
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

...

"Hai, my princess."

Sedikit terkesiap, Hinata menengadah. Baru saja beberapa menit berlalu, pekerjaannya harus terhenti lantaran seseorang. Sasuke berada di depannya, lebih tepatnya di depan counter. Pria itu terlihat semringah.

Hinata menatapnya agak jengah. Apalagi dengan panggilan baru yang secara terang-terangan terlontar begitu saja. Itu membuat Hinata tidak nyaman.

Setengah hati, gadis itu mulai berdiri, tersenyum sopan pada Sasuke, "Selamat siang, Pak. Mau pesan apa?"

"Enggak ada." Sasuke tersenyum, "Cuma pengen lihat kamu."

Hinata mendecih. Pria itu terlalu kentara mempertontonkan keakrabannya pada Hinata. Setengah merasa muak, gadis itu bersikap seolah tidak mendengar kata-kata sok manis itu. Hinata tetap bersikap tenang dan profesional.

Sebetulnya, Hinata masih kesal pada Sasuke. Ia merasa dijebak lantaran malam itu. Hinata sama sekali tidak paham tujuan Sasuke mengajaknya bertemu, tetapi malah membuat ia terjebak diantara hubungan Saara dan Naruto. Bahkan, dengan seenaknya pergi begitu saja.

"Terserah deh." ujarnya malas.

"Oh, ayolah… lo masih marah?"

Tentu saja, Sasuke selalu peka terhadap banyak hal, terutama perasaan perempuan. Perempuan dihadapannya adalah salah satunya. Mengingat banyak kejadian yang sudah Sasuke lihat, Hinata adalah tipe pendendam.

Terbukti, gadis itu malah mengacuhkan Sasuke. Memilih kembali melanjutkan pekerjaan. Hinata memang sangat ekspresif, tidak pandai menyembunyikan emosi. Wajahnya terlihat lucu dan imut ketika marah.

"Plis, honey, jangan marah. Kalo lo mau, malem ini kita kencan beneran. Gantiin kencan yang gagal waktu itu."

Hinata masih bergeming. Tidak berniat sedikitpun untuk membalas ucapan Sasuke. Ia benar-benar merasa terganggu. Perkataannya membuat Hinata agak mual. Benar-benar mulut buaya darat.

Sasuke semakin gencar melanjutkan aksinya. Selalu ada kata-kata manis yang terlontar ringan dari mulut pria itu. Tetapi, sedikitpun tidak berefek bagi Hinata. Hinata terlalu sering mendapatkan ucapan lebay semacam itu. Mungkin ribuan kali.

Merasa terus diabaikan, Sasuke menyondongkan badannya, mendekatkan wajah tampan itu tepat berhadapan dengan wajah Hinata. Spontan, nyaris semua pasang mata terkejut dengan perilaku Sasuke. Mereka menjadi pusat perhatian.

"Apa yang harus gue lakuin agar lo mau maafin gue?"

Hinata terkejut. Jantungnya berdebar dan sesak. Rasa kesal semakin menyulut menjadi emosi, tetapi setengah mati gadis itu menahannya.

Seketika, wajah Sasuke yang tersenyum langsung menjauh. Ada sebuah tangan besar yang mengapit lehernya begitu saja. Menarik pria itu dari tempatnya dengan sekali gerak.

"Berhenti menggoda orang." suaranya yang khas, terdengar berat.

Sasuke meronta, lehernya serasa tercekik, "Shit! Lepasin gue, Naruto!"

Perhatian orang-orang kian terpusat. Apalagi dengan sikap Naruto yang datang secara tiba-tiba. Lelaki itu mulai melepaskan apitan tangannya dari leher Sasuke. Kemudian menganggukkan kepalanya, seolah meminta maaf kepada mereka yang merasa terganggu. Terlebih kepada beberapa customer.

"Kamu harusnya bisa menjaga sikap, ini lingkungan kerja." nadanya begitu dingin dan tegas, benar-benar seorang Naruto. Wajahnya sedikitpun tidak berekspresi, selalu tenang dan datar.

"Cih, lo ganggu privasi gue, Nar!"

"Pelanin suara lo." mata birunya menyorot tajam, membuat Sasuke mendecih.

Hinata terdiam cukup lama. Untuk kesekian kalinya ia tertegun. Terutama melihat Naruto yang tiba-tiba saja muncul entah darimana. Menghentikan Sasuke yang terus menerus menggodanya.

Merasa diperhatikan, Naruto menoleh. Membalas tatapan Hinata yang sedari tadi tak putus melihat kearahnya. Pandangan mereka bertemu cukup lama, menghadirkan desiran ngilu yang sesaat menyemat.

Begitu halnya dengan Hinata. Setiap kali melihat mata biru itu seolah melemahkannya. Gadis itu tak kuasa menahan sesuatu hal asing yang selalu datang tiba-tiba. Bahkan, sekujur tubuhnya kerap merasa gerah.

Dengan cepat, Hinata membungkukkan setengah badannya dengan sopan, memutus kontak mereka. Naruto pun ikut tersadar, langsung membalasnya dengan sebuah anggukkan.

Tangannya langsung menarik kembali Sasuke. Kali ini Naruto membawanya benar-benar jauh dari sana.

"Ck, lepasin! Gue masih mau ngobrol sama Hinata!"

"Berisik!"

Mereka benar-benar menghilang setelah masuk melalui pintu karyawan.

Hinata menghela napas. Beberapa saat lalu udara disekitarnya terasa sesak.

"Bentar, lo beneran gak ada hubungan apa-apa sama mereka?" kata Sai. Sedari tadi, dia mengintip dari pintu dapur. Dan tentu saja, Sai mendengar semuanya.

"Gila lo, Hin! Dua supervior naksir lo sekaligus!" tiba-tiba Ino ikut berkomentar, dia juga menonton secara eksklusif dari counternya. Meskipun terdengar samar, tetapi melihat interaksi mereka membuat Ino yakin, kalau temannya memang sedekat itu dengan kedua lelaki tadi.

Sai menatap Ino agak sinis, "Ngapain lo nimbrung?"

"Terus, lo juga kenapa ngepoin Hinata?" balasnya dengan ketus.

"Suka-suka gue!"

Ino mendecih, "Suka-suka gue juga! Apa hak lo larang-larang gue?"

"Diem, deh! Kok, kalian malah berantem, sih."

"Si Sai/Si Ino yang duluan!" ujar mereka berbarengan.

"Nah, loh! Gue sumpahin lo berdua jadian!" selepas berkata begitu Hinata berjalan keluar counter, bermaksud untuk pergi ke toilet.

Ino dan Sai saling bertatapan, beberapa detik kemudian keduanya saling membuat muka, "Amit-amit!"

...
...

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang