Chapter 55

726 112 13
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Sesuatu hal asing serasa nyaman merayapi rongga dada. Naruto memang begitu terkejut ketika sang ibu terlihat sangat bahagia saat memeluk gadis yang mungkin saja sebenarnya diam-diam sudah mengisi sebagian perasaan. Rasa itu terlalu baru dan masih abu-abu. Definisi cinta yang Naruto ketahui berbanding terbalik ketika dihadapkan dengan sosok unik seorang Hinata.

Naruto masih belum memahami mengapa rasa senang menyelinap ditengah-tengah rasa terkejutnya. Rasanya, angin segar berhembus, menggiring sesuatu yang semenjak tadi membelenggu. Tetapi, kesenangan yang dirasakan menghadirkan pertanyaan semu, mengapa Kushina begitu tertarik dengan Hinata?

Bahkan keterkejutan itu masih menggelayuti hati Hinata yang terus bertanya-tanya. Gadis itu yakin, penampilan juga perilakunya sudah sangat tidak sopan. Seperti yang sudah Naruto katakan, Kushina itu istimewa. Namun, Hinata terlalu awam untuk menjabarkan kata istimewa itu sendiri.

Perlahan, Kushina melepaskan pelukan. Mata violetnya memandangi dengan senang. Tangan kanannya mengusap lembut kepala Hinata, sampai mendarat di pipinya, “Hinata, Mom kagum sama kamu,” senyuman Kushina terpancar teramat cantik, membuat Hinata tertegun, “Kamu gadis yang beda. Kamu gak malu tampil apa adanya di depan Mommy dan Daddy. Jarang banget ada cewek kayak gini. Mommy langsung klop sama kamu!”

Hinata semakin tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya untuk kedua kali. Berpenampilan seburuk begini, Kushina berkata bahwa dia apa adanya?

Tenten dan Neji tidak mampu berkata-kata. Keduanya bungkam.

Kushina melebarkan senyuman, mata violetnya menatap Tenten dan Neji, “Jadi, tanggal berapa kita nikahin mereka?”

Semua mata melebar, memandang tak percaya pada Kushina. Terlalu sulit untuk bisa memahami maksud uraian kata wanita berambut merah tersebut.

“Ni-nikah?” suara Hinata nyaris memekik, “Tan-tante, becanda… kan…?”

Kushina tertawa, “Enggak, Mom serius. Kamu mau 'kan, jadi mantu Mom?” pahatan senyum yang hangat mematri. Rasanya Hinata berkali-kali terpana karena Kushina. Sosok yang sebenarnya Hinata tidak pernah tahu, atau mungkin gadis itu merasakan sesuatu hal yang baru dari diri Kushina.

Sosok ibu. Kushina adalah ibu yang baik, hangat dan menyenangkan. Perasaan nyaman itu hadir mengisi kekosongan Hinata. Kushina memancarkan kasih sayangnya melalui sentuhan dan tatapan. Wanita itu tidak merasa segan pada Hinata meskipun pertemuan mereka baru pertama kali.

Tetapi, kenyataan yang sesungguhnya kembali menyadarkan gadis itu. Tamparan yang cukup keras, sampai rasanya Hinata tidak rela untuk sadar dengan keadaan. Ia mengakui, tidak ada ikatan khusus yang terjalin diantara dirinya dengan Naruto. Hinata merasa hatinya tercubit. Kasih sayang seorang ibu yang dia rindukan, kini hanya menjadi angan semu.

“Anda keliru, Nyonya. Hinata bukan pacar anak Anda.” Neji menyela dengan tegas, tatapannya tajam menghujami Kushina.

Naruto mencermati situasi. Kakak sepupu dari Hinata tersebut terlihat menolak mentah-mentah. Selama ini memang hubungannya dengan Hinata tidak bisa dikatakan terjalin, barangkali hanya dirinya sendiri yang mengklaim sepihak di depan orang-orang. Naruto tidak pernah mengungkapkan perasaannya, dan bahkan dia baru sedikit mengerti sekarang tentang perasaan baru yang terselip nyaman dalam benaknya setelah banyak hal yang terjadi.

Emosi lain terasa menyesakkan setelah mendengar perkataan Neji.

“Maafkan istri saya,” ujar Minato, “Kushina memang ingin punya anak perempuan, jadi sikapnya agak berlebihan. Tolong dimaklum…”

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang