Chapter 54

685 130 7
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

“Ini rumahnya?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Ini rumahnya?”

Naruto meringis, rasa sakit dan perih mengelilingi nyaris dibagian perut dan pinggang. Bahkan kedua pipinya pun sedikit bengkak dan merah akibat ulah Kushina.

“Iya.”

Satu jam yang lalu setelah Ibu dan Ayah dari Naruto sampai di apartemennya, Naruto mendapatkan ‘hadiah’ yang cukup menyakitkan. Bukannya pelukan pelepas rindu, Kushina memberikan cubitan beruntun tepat dibagian perut Naruto. Bahkan tak segan Kushina pun menghajar dan menarik kedua pipi anak bujangnya itu karena kesal. Keinginannya bertemu dengan calon menantunya tidak segera terlaksana.

Dengan terpaksa, Naruto mengajak kedua orangtuanya pergi ke rumah Hinata. Meskipun dia yakin Hinata akan marah, tetapi lelaki itu tidak punya pilihan. Naruto tidak mau menerima lebih banyak penyiksaan dari Ibunya.

Minato menghentikan mobil sedan berwarna merah miliknya di depan pagar kayu yang dipernis dengan cat putih yang mengelilingi hampir seluruh rumah sederhana disana. Pekarangan yang tidak terlalu luas ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman dan bunga yang indah, bahkan ada sebuah pohon jambu air yang rindang berdiri kokoh disamping rumah.

Suasana yang menyenangkan menyapa pengelihatan. Kesederhanaan rumah yang ditinggali Hinata bahkan terasa lebih indah daripada kemegahan rumah-rumah di perkotaan.  Kushina begitu takjub memandangi warna-warni alami dari bunga-bunga yang bermekaran. Rerumputan hijau mendominasi, menjadikan keadaan serasa menyegarkan.

Wanita setengah baya tersebut turun dari mobil terlebih dahulu, disusul dengan kedua pria yang juga keluar dari mobil sedan merah tersebut.

“Wah…” manik violet Kushina berbinar. Dengan segera, dia meraih pagar kayu itu dan membukanya. Kushina memasuki halaman rumah sang calon menantu dengan mata yang tak henti memandangi sekitar.

Minato dan Naruto saling bertukar pandang. Ada perasaan malu menyemat di dalam benak masing-masing. Kushina memang tidak pernah bisa menyembunyikan perasaannya, apalagi kali ini yang dia tuju adalah sesuatu yang begitu didambakannya.

Mereka mulai menelusuri halaman dan berhasil memijakkan kaki di teras  depan rumah.

Kushina mengetuk pintu beberapa kali, “Permisi… Hinata, sayang? Kamu di rumah? Ini Mommy,”

Beberapa menit berlalu, suara pintu terdengar dibuka. Sesosok pria tegap berambut panjang berdiri disana. Sorotnya dingin, tegas dan tajam. Tidak ada aura bersahabat dari wajahnya.

Naruto dengan segera menghampiri pria itu, membungkuk hormat padanya, “Permisi, um, saya Naruto, ini Ibu saya dan Ayah saya. Maksud dari kedatangan kami kesini, kami ingin bertemu dengan Hinata,”

Neji memandangi keluarga Naruto dengan tatapan yang menyelidik. Matanya nyaris menyapu dari atas sampai bawah, “Boleh. Tapi, buka dulu alas kaki kalian. Gak boleh ada yang pake sendal di dalem rumah.”

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang