Chapter 45

725 112 4
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Menghela napas.

Setelah pekerjaannya di pagi hari ini selesai, Hinata beristirahat sebentar. Shif paginya cukup melelahkan karena dibagian dapur banyak hal yang harus ia urus. Mengingat Kakashi memerintah, mengirimnya beberapa pesan singkat melalui WhatsApp, gadis itu tidak memiliki banyak pilihan. Setidaknya, Kakashi harus memberikan imbalan untuk itu.

Hinata duduk dibalik etalase. Wajahnya termenung, menatap jauh pada tempat dimana jajaran elektronik canggih berada. Lampunya masih padam, belum ada seorangpun yang hadir. Waktu pun sebenarnya masih terlalu pagi. Suasana masih begitu lengang, barangkali hanya ada beberapa pegawai yang sibuk dengan pekerjaan.

Dalam keadaan lelahnya, Hinata juga merasa semakin lelah karena emosi. Berbeda dari biasanya, gadis itu enggan melalui hari ini. Kedamaian tampaknya sedang berpaling, memunggungi dengan tak acuh. Hinata yakin rentetan perkara akan timbul dan keyakinan semakin mencuat ketika Sasuke datang dengan ekspresi tak biasa.

"Ikut gue." nada bicara terdengar otoriter, terlebih lagi sorot mata yang tajam dan sinis. Sasuke benar-benar teramat kesal. Dan tentu saja, kesalahan terbesar telah Hinata lakukan.

Gadis itu menatap dengan malas, ingin sekali menolak namun mustahil.

"Kemana?"

Baru saja dia bertanya, sosok lain terlihat muncul dari balik pintu karyawan. Naruto dengan wibawanya yang kontras seolah mengubah suasana terasa lain. Lelaki dengan iris kebiruan  itu memperhatikan interaksi yang terjalin diantara Sasuke dan Hinata. Sepertinya, Naruto berniat untuk mendekat.

Sasuke langsung menarik Hinata, ekspresinya berubah gelisah. Lelaki itu mencoba menghindari Naruto, "Cepetan!"

Dengan berat hati, gadis itu menurut. Sasuke menggenggam tangan Hinata begitu kuat, menariknya dengan cepat. Membawanya mengarah pada ruangan aula yang berada diujung bangunan, berdekatan dengan toilet umum.

Lelaki itu membuka pintu, menyeret Hinata agak kasar. Kemudian kembali menutupnya setelah akhirnya mereka masuk.

"Lo kenapa, sih?" Hinata menepis tangan lelaki itu, pergelangannya serasa sakit dan panas. Sikap  Sasuke berlebihan dan itu sangat menyinggung perasaan Hinata.

"Hinata, lo kudu tanggung jawab! Karena kejadian semalem, gue keder tiap ketemu si Naru," ujarnya. Dengan kontras, lelaki itu tidak menyembunyikan kekhawatiran. Perasaan Sasuke campur aduk, bahkan emosinya naik turun.

Hinata meringis, irisnya memperhatikan pergelangan tangan yang mulai memerah. "Itu kan kecelakaan! Gue juga gak ada maksud apa-apa,"

"Tetep aja, Nat, kalo bukan gegara lo, ini gak akan terjadi!"

"Bentar, lo nyalahin gue?" meskipun bibirnya mengelak, disatu sisi ia pun merasa bersalah. Hinata memang salah dan jika saja gadis itu tidak mendorong Sasuke, kejadian naas semacam itu tidak akan pernah mengukir sejarah.

"Lah! Kan emang semuanya gegara lo!"

Hinata menghembuskan napas kasar, "Tapi lo juga salah, kenapa biarin Pak Naru minum? Lo juga kenapa beli minuman begituan… lo lagi ngerencanain apa lagi, sih…" walaupun ia berkata asal-asalan, tampaknya ucapan itu memberikan efek menarik pada Sasuke.

Lelaki itu terlihat terdiam beberapa saat. Mulutnya terkunci untuk kembali menjatuhkan berbagai tudingan pada Hinata. Dia juga sepertinya mengakui beberapa hal didalam hati. Membenarkan ucapan gadis itu perihal rencana menyebalkannya sekali lagi.

Sebenarnya, lelaki itu mempunyai rencana kedua lainnya setelah keberhasilan mengikutsertakan Hinata kedalam percintaan Naruto waktu itu. Naruto adalah pria yang kaku, tentu saja, Sasuke benar-benar gemas melihat ketidakpekaan lelaki itu. Jauh dari sebelumnya, Hinata dan Naruto sudah memasuki lingkaran suatu hubungan yang rumit. Keduanya sama-sama membantah perasaan walaupun sebenarnya mereka saling memperhatikan.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang