Naruto © Masashi Kishimoto
…
Jika diharuskan untuk memilih diantara mimpi dan kenyataan, Hinata lebih baik terus bermimpi dibandingkan dengan menghadapi kenyataan yang sesungguhnya. Urusan kehidupan yang mulai rumit terus menerjang disetiap hari. Baru saja gadis itu menghela napas, berusaha untuk sabar dengan dunia pekerjaan yang mulai tidak terarah, konflik pribadi yang menjerumuskan untuk mempertontonkan sesuatu dari bagian kebohongan yang terurai, hari ini, sepertinya sesuatu hal telah mengusik emosinya kembali.
Tiba-tiba saja orang-orang dibuat heboh dengan kedatangan seorang perempuan yang terlihat dari sudut manapun begitu cantik dan glamour. Dari ujung rambut sampai kakinya, melekat berbagai macam produk dari brand ternama, bahkan harganya tehitung jutaan dolar.
Perempuan itu benar-benar menjadi pusat perhatian semenjak memijakkan kakinya. Rambut merah yang berkilau, senada dengan irisnya yang bulat kemerahan. Dibingkai oleh kacamata dengan warna yang selaras, bisa ditafsirkan jika harga dari kacamata tersebut saja melebihi gaji Hinata selama berbulan-bulan. Tubuhnya ideal dengan tinggi bak seorang model.
Dan entah karena alasan apa perasaan Hinata meringis. Memperhatikan perempuan itu yang berjalan menuju keberadaan lelaki yang ‘mengakui’ sebagai pacarnya, seolah mengundang berbagai macam suasana kurang baik. Hinata menatap tajam ke arah kedua orang tersebut. Bahkan, Naruto tidak terlihat terganggu dengan kemanjaan perempuan itu. Hinata mengepalkan tangannya tanpa sadar.
“Wah, wah… siapa cewek yang lagi kasmaran sama Pak Naru, ya…”
Setelah meredam sebagian emosi yang menyala, Ino muncul disamping Hinata. Teman kerjanya tersebut dengan sengaja menyalakan api baru agar Hinata merasa tidak nyaman. Kegemasan gadis itu bahkan lebih transparan karena ucapan Ino.
“Apaan sih.” nada bicara Hinata terdengar sinis, membuat Ino tergelak sebentar.
“Lo cemburu, ya? Haha…”
Hinata termangu beberapa detik, tetapi ekspresinya langsung berubah kembali. Perempuan itu berusaha membantah, “What? Lo kata gue cemburu?” mulutnya mengeluarkan tawaan mengejek, “Kagaklah! Kenapa musti cemburu sama dia? Kita gak ada apa-apa! Bebas, dah, terserah mau sama cewek mana pun bukan masalah buat gue!”
Ino menutup mulutnya untuk menahan tawa. Sikap Hinata membuat Ino merasa geli. Dari sudut manapun, gadis itu terlihat jelas bahwa dia sedang cemburu.
“Gausah ketawa! Gada yang lucu.”
“Hmm…” mulut Ino dibuat-buat untuk merapat. Kedua alisnya naik. “Terus, kenapa ngegas?”
“Siapa yang ngegas?”
“Nah, loh, barusan nyolot…” Ino tertawa.
Hinata menyipitkan matanya, kemudian beranjak untuk pergi.
“Haha, jangan pergi, Hin! Gue canda doang…”
Gadis itu menutup telinga dengan kedua tangan, berusaha mengabaikan tawaan Ino yang semakin menjadi. Hinata berjalan dengan suara hentakan kaki yang terdengar keras. Perasaannya tersulut, emosi mendominasi. Perempuan itu tidak mengerti mengapa dia marah, atau untuk apa harus marah. Hinata terus bertanya-tanya di dalam benaknya mengenai alasan dari kemarahannya. Dan akhir-akhir ini perempuan itu bahkan lebih sering marah-marah dan kesal.
Pada akhirnya pijakan kaki Hinata berhenti di depan pintu toilet. Bukan karena ingin, tetapi Hinata perlu untuk membasuh wajahnya yang serasa amat gerah. Namun sepertinya ada orang yang sedang memakai toilet, gadis itu harus menunggu.
“My big baby, lo harus sering-sering pulang, Mom, terus nanyain elo.”
Sebuah suara menarik perhatian Hinata. Bahkan langkah kakinya terdengar mendekat. Hinata menoleh ke arah sumber.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect SPV [ TAMAT ]
FanfictionSweet Cover by @Arite_Chisiki Naruto © Masashi Kishimoto [ AU/Mature/Romance/Comedy ] [ NaruHina Fanfic Story ] Revisi : 1-4 ( Cerita ini mengandung unsur Dewasa ) ... Hinata adalah seorang gadis yang bekerja di Harajuku Plaza Square sebagai Sales...