Chapter 14

2.1K 221 12
                                    

A/n : Chapter ini bermuatan dewasa dalam segi alur cerita dan kosa kata yang diolah. Jadi, jangan ditiru, ya! Dan untuk dibawah umur sebaiknya dikondisikan. Thanks.

Naruto © Masashi Kishimoto

“Kamu sangat cantik.”

Amethyst Hinata membola ketika merasakan kehangatan mulai mejalari seluruh bibirnya. Bukan hanya disana, kehangatan pun terasa begitu kontras menyelimuti seluruh wajah. Entah mengapa, Hinata tidak bisa menolak kelancangan Naruto yang mengecupnya. Meski tidak ada reaksi, tetap saja Naruto telah mencium Hinata.

Alur waktu dirasa lambat. Hinata masih belum bisa mencairkan akal sehatnya yang seketika membeku begitu saja. Irisnya hanya terus memandang wajah tampan yang tak berjarak itu, dengan menikmati aksi gila tanpa memikirkan kesusilaannya. Tetapi, gadis itu pun tak bisa mengontrol raganya sendiri. Seluruh fungsi seakan berubah pasif.

Namun seiring ciuman itu berakhir, kesadaran Hinata mulai mendominasi dan seluruh raga kembali pada mestinya. Gadis itu menatap marah pada Naruto, lalu menghadiahi pria itu dengan bogem mentah andalannya.

BUGH!

Tinjunya tepat mendarat pada pipi kanan Naruto, mengakibatkan pria itu sedikit terpelanting ke lantai.

“Berengsek! Berani-beraninya Bapak ngelakuin hal itu ke saya!” maki Hinata setelah melihat Naruto tersungkur di hadapannya.

Naruto tidak menanggapi umpatan dari korbannya, bahkan tidak berniat untuk beranjak dari tempat. Pria itu hanya terkekeh dan berkata dengan suara yang cukup minim terdengar.

“Kamu… cantik, uh, cantik sekali.”

“Cih!” emosi Hinata tampak begitu jelas, agak sulit untuk meredamnya. Gadis itu tanpa menyadari atau lebih tepatnya sudah melupakan siapa lawan bicaranya terus mengumpat kasar pada Naruto.

“Berhenti ngomong yang enggak-enggak! Atau mau ditonjok lagi?!” kepalan tangan Hinata sudah hampir siap untuk dilayangkan kembali pada Naruto.

Meskipun ditengah ketidakberdayaannya, Naruto tetap bersikap acuh dengan terus terkikik seolah-olah tak waras. Bahkan, Naruto seakan-akan tidak merasakan sakit karena ulah Hinata yang terjadi secara spontan beberapa saat lalu.

Apakah pukulan Hinata tidak berpengaruh apa-apa untuk pria gila itu? Hinata bahkan tak sedikitpun segan mengerahkan seluruh emosinya dalam menghadiahi Naruto sebuah pukulan tersebut. Ketidakjeraan pria itu malah semakin membuat Hinata mendongkol.

Gadis itu mulai menghampiri Naruto, memastikan pria itu agar berhenti untuk terus mengejeknya. Kikikan idiot itu mengundang kegeraman Hinata naik pitam. Gadis itu bahkan tak segan menarik baju Naruto agar bisa bangkit dari posisinya.

“Bangun!” dengan sekali tarik, Hinata berhasil mendudukkan Naruto. Kedua tangannya masih memegangi baju kusut pria itu penuh emosi.

“Berhenti ketawa, bodoh!” gigi Hinata menderit tanda kekesalannya, tetapi Naruto membalasnya dengan sebuah senyuman yang seolah-olah sedang meremehkan gadis itu. Tubuh Naruto yang sudah lemas, luka keunguan dengan sedikit bercak darah pada ujung bibirnya, sedikitpun tak menggentarkan hatinya untuk merasa takut.

Dengan berani, Naruto malah memegang sebelah pipi tembam Hinata dengan lembut, mengakibatkan gadis itu merona samar pada kedua sisi pipinya, “Kamu galak sekali,” kelopak matanya yang tampak berat sedikit menghipnotis Hinata, “… tapi, aku suka.”

Dan demi Tuhan, Naruto terlihat begitu seksi dalam fantasi Hinata. Iris shappirenya seolah-olah berkilau dan menyegarkan tatkala pria itu menatap Hinata sedikit memelas. Tatapan itu cukup memanipulasi otak waras Hinata, seakan-akan menyuruh seluruh fungsinya tunduk dalam pesona pria itu. Dan tidak sampai semenit, sihir Naruto mulai bekerja begitu baik.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang