Naruto © Masashi Kishimoto
…
Hinata berdiri disamping pintu keluar/masuk khusus karyawan. Mata keunguannya menatap langit gelap yang menyemburkan ribuan tetesan air dari atas sana. Hujan mengguyur tepat setelah gadis itu menyelesaikan shif sore, membuat Hinata mau tidak mau mengurungkan niatnya untuk pulang.
Suasana dingin dimalam hari bercampur dengan keadaan yang basah akibat hujan. Sensasinya begitu luar biasa. Meskipun setengah merasa dingin, Hinata tetap menikmatinya. Tubuhnya yang semula gerah dan berkeringat mulai terasa sejuk.
Meskipun demikian, gadis itu sangat berharap kalau hujan segera berhenti. Mengingat malam kian larut, keadaan sekitar pun mulai lengang. Mungkin pegawai yang lain sudah pulang lebih dulu, mereka rela menembus hujan deras karena takut ketinggalan angkutan umum. Hanya tinggal beberapa satpam yang berjaga sif malam.
"Kamu dari lantai tiga ya?"
Salah seorang satpam menyapa dari balik pintu. Lebih tepatnya bertanya. Dia seorang wanita setengah baya, rambutnya pendek dengan perawakan tinggi bak model. Seragam hitamya benar-benar membuat wanita itu tampak gagah.
Hinata tersenyum sopan, "Iya, Bu."
"Oh, oh... Saya ingat kamu! Kamu yang panggul beras waktu itu ya? Astaga, ternyata kamu!" wanita itu berujar heboh.
"A-ah, iya." Hinata setengah merasa canggung. Sikap jujur satpam itu membuat Hinata merasa kehilangan pekerjaan yang sebenarnya. Hinata seperti menjadi seorang kuli alih-alih seorang SPG. Padahal, jika saja waktu itu keadaan tidak mendesak, gadis itu tidak akan pernah mau mengangkat sekarung beras tersebut.
"Kenapa diem disana? Kalo belum mau pulang, mending sini masuk dulu, entar masuk angin loh..." tawarnya.
"Ah, gak usah, Bu. Hujannya udah mau reda kayaknya."
Wanita itu menatap Hinata cukup lama, terlihat agak cemas. "Ya sudah. Pintunya saya tutup ya, saya harus patroli." suara-suara terdengar dari talkie walkie yang berada pada sabuknya. Sepertinya seseorang terus memanggil berulang-ulang. Hinata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, wanita itu kemudian pergi setelah menutup pintu—tidak sepenuhnya rapat, hanya tersisa beberapa senti.
Hinata kembali menatap langit. Tetesan hujan terdengar tidak sederas sebelumnya. Tetapi, jika ditembus pun masih membuat basah kuyup. Mungkin beberapa saat lagi, Hinata memutuskan untuk menunggu sebentar lagi.
Gadis itu menghela napas, menghirup sedalam-dalamnya udara yang begitu lembab. Perasaan dingin seakan-akan masuk melalui lubang hidungnya. Membuat Hinata agak geli. Tiba-tiba, pintu tadi berderit. Seseorang muncul dari sana. Hinata menoleh, melihat siapa yang keluar.
Seorang pria tinggi. Badannya tampak tegap dibalut kemeja putih dan celana katun hitam. Wajah tampan dengan mata biru yang teduh. Rambut kuning yang dipangkas rapi. Namanya terpampang jelas dalam kartu identitas yang menggantung pada leher tegasnya.
Ketika gadis itu melihat kemunculan sang pria, perasaan aneh mulai menyerang. Hinata merasa gugup entah karena apa. Udara yang begitu dingin seolah sirna dalam sekejap. Napasnya agak sesak.
Naruto yang beberapa saat baru menyadari kehadiran gadis itu langsung menatapnya. Ia pun tak kalah terkejut. Pergerakkannya berubah kaku. Naruto nyaris akan menembus hujan jika saja ia tidak segera sadar sedang hujan. Akhirnya, lelaki itu berdiri agak jauh disamping Hinata.
Beberapa detik, beberapa menit, tampaknya mereka sama-sama diserang perasaan gugup. Tidak satupun yang berani mengeluarkan suara. Mereka berdua sibuk didalam pikirannya, mungkin hanya suara hujan yang menjadi lagu ditengah keheningan. Seperti menertawakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect SPV [ TAMAT ]
FanfictionSweet Cover by @Arite_Chisiki Naruto © Masashi Kishimoto [ AU/Mature/Romance/Comedy ] [ NaruHina Fanfic Story ] Revisi : 1-4 ( Cerita ini mengandung unsur Dewasa ) ... Hinata adalah seorang gadis yang bekerja di Harajuku Plaza Square sebagai Sales...