Chapter 29

763 124 4
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

...

"Besok, lo shift apa?"

Sapaan tiba-tiba seperti itu sedikit membuat Hinata terkejut. Sesaat ekspresinya berubah, namun sedetik kemudian gadis itu berdecak.

"Ho, ho, ho... Kayaknya gue ngagetin," suara berat itu terdengar sangat puas. Seolah tujuannya berhasil ia capai.

Hinata mendesis. Alih-alih merasa dongkol, gadis itu merasakan sesuatu hal yang membuatnya tidak nyaman. Antara sadar atau tidak, perubahan sikap pria itu seakan-akan mendobrak dinding besar yang selama ini Hinata kira akan membatasi mereka. Namun, dugaannya meleset begitu saja.

Entah bagaimana awalnya, Hinata sangat yakin perkenalan mereka bermula dengan baik. Bahkan gadis itu menafsirkan bahwa pria itu sangat mengerti aturan dan tata krama. Mengingat posisinya dan bahkan mungkin penampilannya, semua cover itu sangat bertolak belakang. Dan yang lebih mengerikan, tidak lebih dari beberapa hari atmosfir diantara mereka berbaur begitu saja.

Hinata berbicara agak pelan, "Ini masih di tempat kerja," gadis itu berusaha memelankan langkah kakinya, berharap semua rekan kerjanya segera turun lebih dulu. "Saya mohon, Bapak bisa sedikit menjaga sikap."

Pria itu tergelak, "Astaga, lo kaku banget, Hinata! Mirip banget si Dobe!"

"Siapa yang Bapak panggil Dobe?"

"Haha, ada deh." Sasuke berdehem pelan, "Sebenernya, gue gak mau bersikap sok ramah di depan lo. Gue pengen lo bisa lebih santai sama gue." ujarnya, sambil menyamai langkah Hinata.

"Bukannya saya menolak. Saya hanya menghormati Bapak. Bapak adalah atasan saya.  Lagipula, kita baru beberapa kali ngobrol." iris Hinata menerawang, "Saya rasa hal itu agak..."

"Padahal lo bisa sesantai itu ngobrol sama Pak Kashi, loh. Atau lo bisa dengan mudah ngomong kayak gini ke Naruto."

"Itu lain lagi ceritanya..."

"Lagian, gue masih muda, by the way. Lo tau, umur gue berapa? Gue belum kawin atau punya anak, Nat. Lo gak usah panggil gue Bapak. Apaan Bapak!" Sasuke mendengus. "Lo harus lebih santai ke gue. Mulai hari ini, panggil gue Sasuke. Itu nama gue."

Hinata tahu, Sasuke berusaha untuk tidak mau mendengar bantahan darinya. Sebetulnya, Hinata merasa curiga dengan kejadian tidak masuk akal beberapa hari ini. Sesuatu hal yang mungkin mustahil, bahkan Hinata yakin alur semacam ini hanya akan dijumpai dalam buku novel atau komik. Kenyataan yang membingungkan sekaligus diluar dugaan.

Kedekatannya dengan Sasuke yang tidak bisa dikatakan kebetulan. Sikap pria itu yang ternyata tidak seperti yang dia bayangkan. Dan hari ini, Sasuke ingin lebih akrab, tidak ada formalitas seperti kebanyakan jajaran Staf pada umumnya. Mungkin Naruto adalah pengecualian.

Gadis itu menghela nafas. Hinata sangat tahu, pria dengan karakter seperti Sasuke adalah tipikal orang yang tidak ingin dibantah, "Kenapa kamu tanya jadwal shift besok?" Hinata memilih menanyakan pertanyaan Sasuke sebenarnya.

Pria itu tersenyum lebar, "Gue mau ngajak lo jalan." ujarnya, "Dan tentu saja gue gak mau lo nolak."

"Besok saya full. Sai libur." Hinata sudah menduga, akhirnya akan seperti apa. Ajakan klasik yang dulu kerap dia dengar dari para pria murahan. Mungkin dulu Hinata akan senang hati menerimanya. Membuat mereka terbang dan akhirnya ia campakkan. Tetapi, lain halnya dengan sekarang.

Ini Sasuke, loh. Uchiha Sasuke.

Bukan soal kaya ataupun ketampanannya. Masalahnya adalah dia atasannya. Dia itu seorang Staf. Supervisor.

Gadis itu sudah berurusan dengan seorang Supervisor sebelumnya. Bahkan membuat skandal. Beruntung, dewi Fortuna masih memihak dirinya. Hinata masih hidup dan bekerja disana. Dan tidak ada yang tahu apa yang terjadi antara dia dengan Naruto. Semoga saja tidak akan pernah ada yang tahu. Hanya saja, jika dihadapkan dengan dua hal yang sama, Hinata yakin skandal yang satu ini akan sulit untuk dibungkam.

'Seharusnya gue gak termakan sama ketampanan si Sasuke sialan ini! Mau-maunya aja gue tukeran nomor WA ama ni cowok!'

"Pulang kerja? Gak masalah kok, gue selalu bisa menyempatkan waktu."

Rasanya Hinata ingin berteriak dengan lantang. Demi apapun, Hinata menyesali menjadikan Sasuke sebagai sasaran empuk. Nyatanya, Sasuke adalah granat paling berbahaya yang sewaktu-waktu bisa meledakkan hidupnya.

"Saya gak janji."

"Bentar aja, kok. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Gak perlu takut, gue ini cowok baik. Gue gak akan macam-macam."

'Mulut lo yang sok baik, tetep aja cowok itu bangsat semua!'

Tanpa ngeindahkan, Hinata fokus berjalan dan ingin segera pulang.

...

...

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang