Chapter 39

761 128 4
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

"Kumat lagi deh penyakit halu lo,"

Ino bersandar di tembok, tepat Hinata sedang melakukan kebiasaannya dibelakang etalase. Gadis berambut gelap itu membalas dengan berdecih, matanya menyipit tajam.

"Lo ada apa-apa kan sama Pak Naru?"

"Ck, kepo mulu lo, No."

Ino menyilangkan kedua tangannya. Mata tosca itu menyelidik, "Sikap lo bener-bener mencurigakan." tatapan Ino kian dalam, mencari apapun yang tidak pernah ia ketahui.

Hinata menggedikan bahu seolah tak peduli. Tangannya mulai menggapai buku laporan dan beberapa bon pembelanjaan. Ia mulai berkutat, seakan-akan larut dalam pekerjaan.

Sebetulnya, perasaan gadis itu sedikit tidak karuan. Mengingat Ino yang tidak tahu apa-apa membuat Hinata merasa bersalah. Ino memang temannya, tetapi, Hinata tidak yakin bahwa Ino bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Kisahnya terlalu rumit untuk diutarakan begitu saja. Apalagi, Hinata tidak ingin seorangpun tahu awal bermulanya korelasi gadis itu dengan Naruto. Itu merupakan aib yang sangat memalukan.

Ino menghentakkan kakinya ke lantai, "Tuh, kan, lo mah gitu! Gak seru!"

"Gue lagi kerjain laporan, Ino. Ini tuh harus dikirim ke pusat besok."

"Tau ah!"

Ditengah Ino yang merajuk, Sai datang. Pria berkulit pucat itu masuk sif sore hari ini. Dengan ekspresi tidak biasa, segera Sai menarik satu kursi duduk tepat di sebelah Hinata.

"Nat, gue mau nanya sesuatu," napasnya terdengar terengah, mungkin lelah habis naik tangga.

"Dateng deh, mayat idup…" Ino melengos, merasa terganggu dengan kehadiran Sai. Sai yang baru saja menyadari keberadaan Ino, menyuguhinya dengan tatapan tajam.

"Napa lo? Mau cari soal ke gue?!"

"Idih, apaan! Lo tuh ngapain dateng-dateng ikutan nimbrung!"

"Oy! Gue ada perlu sama Hinata! Lagian lo yang ngapain nongol-nongol?! Sana kerja!"

Hinata menghentikan aktivitas. Perasaannya agak jemu. Akhir-akhir ini, Sai dan Ino selalu berdebat tanpa kejelasan, entah karena apa. Padahal sebelumnya mereka tidak terlalu dekat, tetapi tahu-tahu ada masalah sampai kerap saling memaki satu sama lain.

"Kalian kenapa sih ribut terus? Gue lagi kerja!"

Sai dan Ino saling bertatapan, kemudian membuang muka. Apapun yang ada dalam pikiran mereka pastinya bukan hal yang menyenangkan. Benci dan marah tersirat jelas dari tatapan mereka berdua.

"Dia yang mulai!" jawab Ino, kesal.

"Elo yang mulai!"

"Mayat idup!"

"Babi betina!"

"Hidung pesek!"

"Lo juga pesek woy!"

"Gue bukan pesek, hidung gue minimalis!"

"Stop! Stop!" Hinata melerai perdebatan mereka. Kepalanya terasa berdenyut mendengar suara mereka yang begitu melengking ditelinga. "Kalian ini sebenernya ada apa sih? Cekcok mulu! Kalo emang ada masalah tuh kelarin!"

Mata mereka saling mendilak dengan emosi yang sepertinya sudah mengumpul pada ubun-ubun.

"Gak ada!" ketus Ino. Gadis itu terlihat berusaha menutupi sesuatu hal. Sementara Sai tampak tidak peduli. Gelagatnya agak mencurigakan.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang