Chapter 32

742 137 15
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

...

Hinata selalu penasaran keberadaan rooftop mall tempat ia bekerja. Dia pikir, disana hanya akan ada sisa-sisa bangunan yang belum selesai. Namun, persepsinya berubah setelah tahu bahwa rooftop mall ternyata tidak seburuk yang ia perkirakan. Meskipun tidak sepenuhnya sempurna.

Malam ini, gadis itu begitu takjub menikmati keindahan rooftop yang katanya baru beberapa hari ini sedang didekorasi. Beberapa lampu hias seolah menjadi pelita yang menerangi ditengah gelapnya malam. Samar-samar, Hinata juga melihat berbagai macam tanaman dan bunga, sebuah taman buatan yang berukuran persegi lima. Adapun beberapa meja dan kursi yang sengaja dibangun permanen.

Tak disangka, gadis bermata unik itu begitu terpukau, apalagi Sasuke berkata manager berencana akan membuka rooftop ini untuk kepentingan umum, entah taman bermain ataupun resto.

Hinata tidak tahu harus merasa senang ataupun heran. Jauh dilubuk hatinya, Hinata merasa tidak pantas untuk mengetahui secara nyata perihal sepenting ini. Dia tidak memiliki akses untuk bisa berdiri disini; tetapi Hinata hanya menepati janjinya pada Sasuke.

Omong-omong, dimana Sasuke?

Hinata melupakan maksudnya karena terpana melihat keindahan rooftop. Entah dimana keberadaan pria berkacamata minus itu. Yang jelas, Sasuke hanya memintanya untuk datang kesini terlebih dahulu.

Gadis itu segera meraih tas selempangnya, mencari benda canggih di dalam sana. Ia bermaksud untuk mengirim pesan pada Sasuke.

"Apa maksud kamu?"

Sayup-sayup, Hinata mendengar keributan. Lebih tepatnya suara pertengkaran hebat yang entah siapa. Gadis itu tampak kebingungan. Gak salah denger, kan?

Tidak sembarangan orang yang pastinya bisa dengan mudah datang kemari. Mengingat kondisinya yang masih dalam proses, karyawan yang setara dengan gadis itu tidak akan pernah diizinkan begitu saja. Hinata yakin, tidak ada satu orangpun yang ada disini selain dia. Suasana rooftop begitu lengang, mana mungkin masih ada orang di luar jam kerja.

Sesaat, keindahan itu malah membuat Hinata ngeri.

"Harus aku ulangi lagi?"

"Tarik lagi kata-katamu!"

Hinata mulai menelusuri rooftop. Ia mencoba untuk mencari siapa sebenarnya pemilik suara misterius itu. Hinata hanya ingin memastikan dan menekan ketakutannya.

"Ada apa sebenarnya?"

Suara itu lantas kembali terdengar. Agak jelas dan Hinata semakin penasaran untuk tahu siapa dalangnya. Dahinya mengerut seolah terus meyakinkan diri dan menepis kemungkinan yang sempat terbesit.

Tetapi, disaat yang bersamaan, langkah Hinata terhenti. Rasa penasarannya terjawab sudah. Gadis itu menutup mulutnya dengan mata yang nyaris melebar. Hinata sama sekali tidak menyangka akan melihat episode lain yang sempat dia tonton sebelumnya. Kisah percintaan yang seolah berubah menjadi penayangan drama dengan konflik lebih berat. Dengan segera, Hinata melesat untuk menyembunyikan diri di sebuah semak-semak buatan.

"Kamu gak pernah suka aku, kan?"

"Kenapa kamu berkata begitu?"

Dia terisak, "Emangnya aku gak tau?! Kamu hanya terus sibuk, sibuk dan terus sibuk, Naruto! Kamu pikir aku harus terus ngertiin kamu?! Aku juga capek, aku juga butuh perhatian!"

Hinata mengintip dari balik semak-semak, melihat drama itu dengan perasaan campur aduk. Antara terkejut dan takut. Apalagi melihat Naruto yang hanya bergeming.

"Aku sering tanya kamu, kamu cinta gak sama aku? Kamu sayang gak sama aku? Kamu gak pernah jawab! Dan aku gak pernah tahu perasaan kamu sama aku tuh kayak gimana! Satu kali pun kamu gak pernah bilang cinta sama aku! Dan apa hubungan kita sekarang? Kamu cuma ajak aku berkencan beberapa kali! Kapan kamu nembak aku? Gak pernah, kan?"

Napas Hinata seakan tercekat. Sumpah demi apapun, kali ini Hinata merasa gentar. Wajah Saara tampak menakutkan dari biasanya. Hinata menyesal pernah berurusan dengan wanita itu. Kali ini dia bertekad, tidak akan mencari masalah dengan Saara lagi.

"Kamu salah paham, Saara."

"Salah paham apalagi? Hah! Kamu emang gak pernah suka 'kan sama aku? Selama kita berkencan, sekali pun kamu gak pernah sentuh aku!!"

Hinata kembali tercengang.

"Kamu gak pernah mau cium aku!"

Tiba-tiba Hinata merasa gerah.

"Bahkan aku pernah berharap lebih dari itu! Kamu gak pernah mau melakukannya!!"

Kali ini gadis itu menutup wajahnya. Malu. Entah bagaimana Hinata merasa malu sendiri mendengar ucarapan Saara yang begitu frontal. Terkutuklah wajahnya yang anggun dan berkelas!

Hinata perlahan menurunkan kedua tangannya. Ia ingin melihat reaksi Naruto disana. Hinata juga penasaran, bagaimana pria dingin itu menadah semua kejujuran yang Saara katakan. Namun, Naruto masih dengan wajah sementungnya ; dingin dan datar, tak ada ekspresi yang diharapkan.

"Kamu pikir, cinta dibuktikan dengan cara bodoh seperti itu?"

Dan, bingoo, Naruto akhirnya bersuara. Meskipun tidak menerbitkan ekspresi, tetapi suaranya terdengar serius. Hinata benci mengakuinya, tapi, perkataan Naruto benar-benar superior.

"Aku sangat menghormati ibuku, dan kamu pasti mengerti apa maksudku."

Saara mendecih, "Apa salahnya kita melakukannya? Aku ini milikmu! Lebih baik kamu mencium dan melakukannya dengan milikmu, kan?"

Gigi Hinata berderit. Perasaannya berubah dongkol. Perkataan Saara sedikit menyinggung gadis itu. Bagaimanapun juga, tragedi itu tidak akan pernah Hinata lupakan. Meskipun sebenarnya yang terjadi adalah kesalahan, bukan murni karena hasrat.

Namun yang lebih menohok adalah fakta bahwa ketidakada ikatan antara mereka membuat Hinata beberapa kali membenci kutukan itu. Dan tentu saja, sejauh perjalanan hidup Hinata yang kelam, baru pertama kalinya ia berciuman dengan orang yang bukan menjadi kekasihnya.

Hinata menepuk-nepuk bibirnya agak keras, merutukki kebodohan yang sempat ia lakukan.

"Cukup, Saara! Apa kamu sadar dengan ucapanmu?!" Pekik Naruto. Iris birunya berubah kelam.

Saara tampak mulai mendekat ke arah Naruto. Gesturnya begitu sensual. "Apa harus aku... yang memulai..."

Naruto berubah waspada.

Namun tiba-tiba...

Secawan madu ~
Yang kau berikan ~
Tapi mengapa ~

Ponsel Hinata bergetar dengan suara nada deringnya yang menyebalkan.

"Mampuuus gue!!!"

...

...

A/n : Holla, apa kabar gaes? 😉😉 aku lupa bikin notes saat pertama muncul... ho,ho,ho...
Sebenarnya alur di chapter ini agak cepet. Jadi gak lucu . Haha 😂😂😂 entahlah, ide nya muncul tiba-tiba... dan jarang nih kayak gini 😝😝
Dan aku juga minta maaf, gak pernah balas komentarnya . Dan makasih masih mau nungguin fanfic yang terbengkalai ini.. 😘😘😘
Jujur saja, mungkin karena #dirumahaja jadi bosen. Palagi baby udah gede nih, dan gak banyak kegiatan juga. Jadi aku cuman buka Wp bikin draf dan keluar lagi. Gak liat2 notif 😂😂
Sekali lagi makasih ya, masih mau baca ff ini. Dan ini akan paaaanjaaaanggg banget ceritanya. Entah berapa chapter deh. Yang jelas aku ini ff ini benar2 real, murni, dan cinta itu tidak semudah ketemu langsung jadian. Tapi banyak juga sih.. hheee
So, gaes, di tengah pandemi ini tetep jaga kesehatan ya yang terpenting mah itu... moga ff ini bisa membunuh kejenuhan karena di rumah aja... 🤩🤩🤩
Sehat, sehat selalu ya buat kaliann 😘😘

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang