Chapter 42

662 117 5
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Hinata menyipitkan matanya pada Naruto, menatap dengan sengit. Akibat ulahnya, Hinata harus mencuci wajah berkali-kali, melenyapkan bau tidak sedap yang terus tercium. Terlebih lagi, Hinata juga terpaksa tidak mentouch up ulang wajahnya karena buru-buru. Sebenarnya bukan masalah besar bagi gadis itu untuk tidak bermake up, wajah Hinata yang alami benar-benar putih dan mulus. Bibirnya pun tampak lebih cerah dibandingkan dengan polesan tambahan. Gadis itu tetap terlihat cantik.

Namun, kodratnya perempuan yang menyukai keindahan. Gadis itu merasa seperti berdiri ditempat umum tanpa busana. Ada hal yang kurang melengkapi dirinya. Jika saja ada kesempatan, dia ingin pergi ke toilet meskipun untuk sekedar memoles make up tipis.

Seseorang datang, menenteng beberapa minuman kaleng beralkohol dan menyimpannya tepat di tengah meja. Mereka sedang berada di sebuah kedai makanan seafood yang jaraknya tidak terlalu jauh dari mall. Meskipun hanya sebuah kedai dipinggiran jalan, pengunjung selalu padat disana.

Orang itu menarik kursi tepat disebelah Naruto, kemudian dia duduk. Iris hitamnya menatap intens pada Naruto dan Hinata bergiliran.

"Gue cukup kaget ngelihat kalian berduaan," lelaki itu mendengkus, ada kekecewaan menyorot dari tatapannya, "Dan lo, es batu sialan! Kenapa lo mesti ngikut-ngikut kencan gue? Ganggu tau gak!"

"Kencan pala lo?!" gadis itu menggebrak meja dengan sebelah tangannya, merasa tidak terima, "Gak usah lo bikin drama sama gue, ya! Sok-sok'an lo punya hubungan sama gue." lalu melipatkan tangannya dengan angkuh, "Gue udah muak ngikutin kemauan lo! Gue gak mau kebawa-bawa masalah lagi kayak waktu itu!"

Meskipun sebal, Hinata bisa bernapas lega. Kejadian di loker tadi membuatnya was-was. Barangkali kalau bukan Sasuke yang menemukan mereka, akan lain akibatnya. Hinata meyakini berita panas tentangnya dengan Uzumaki Naruto akan tersebar hanya dalam beberapa jam. Dan tentu saja, gosip tidak akan sedap untuk didengar.

Amethystnya yang tajam kembali menyorot lelaki berhati dingin di samping Sasuke itu. Naruto tampak tidak peduli, selalu dengan gayanya, tenang dan menyebalkan. Sulit bagi Hinata untuk tidak menyembunyikan emosinya yang kembali menoreh. Naruto tidak mengatakan apapun setelah bersin tepat pada wajahnya.

Sejujurnya, Hinata juga heran. Entah mengapa Naruto mau ikut bersamanya dan Sasuke. Kejadian di loker tadi kembali teringat dan itu membuat Hinata sama sekali tidak habis pikir.

"Kalian?!"

Hinata dan Naruto tertegun melihat Sasuke yang memandang heran.

"Ngapain kalian disitu?" tanya Sasuke sekali lagi, perkataannya berhasil mengembalikan kesadaran mereka. Hinata dan Naruto saling menatap beberapa saat, kemudian keduanya menjauh. Suasana berubah canggung.

Sasuke terdengar terkekeh, kemudian dia mendekat dan menarik lengan Hinata. Sementara Naruto mengikuti setelahnya.

"My princess, kenapa wajahmu basah?" tangannya terulur, nyaris menyentuh pipinya. Hinata menepis dengan kasar.

"Gak perlu!" ujarnya ketus, "Gue pulang duluan."

"Hey!" Sasuke kembali menarik tangan Hinata, "Lo lupa, kita ada janji hari ini,"

Disaat yang bersamaan, Naruto menepis tangan Sasuke lalu mengambil alih untuk memegang tangan Hinata.

"Saya antar." imbuhnya. Mata biru cerahnya menyorot tak suka pada Sasuke. Lelaki dengan kacamata minusnya, menyunggingkan sebuah senyum. Lebih tepatnya menyeringai.

My Perfect SPV [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang