01: Punishment

2.8K 183 8
                                    

"Lo ini kemana aja sih Val? Tau gak udah seberapa besar kekacauan yang muncul hanya karna lo ilang beberapa menit aja?"

Valerie cuman bisa nunduk ngedengerin omelan dari atasannya, Bira. Cowok bertubuh tegap lengkap dengan jas prakteknya yang hampir gak pernah lepas dalam kurun waktu 24 jam. Dia itu lelaki yang sibuk.

Baru kali itu Valerie ngerasa agak pusing sama bau obat-obatan di rumah sakit. Padahal dia itu dokter spesialis bedah, yang bisa dibilang gak terlalu sering nanganin pasien-pasien yang butuh banyak obat luar.

Jadinya dia pergi ke atap rumah sakit. Tapi balik-balik, isi rumah sakit udah ricuh. Bahkan lift yang dia naikin pun terisi sama banyak orangtua yang nangis sambil megangin telepon.

"Maaf," kata Valerie. "Tadi itu gue cuman agak-"

"Emangnya gua mau denger penjelasan lo?"

Valerie ngedongak, natap Bira kesel.

"Karena lo udah lalai buat pergi sembarang waktu di jam kerja, sekarang lo ke unit ugd. Banyak yang harus lo tanganin di sana," Bira ngelirik arlojinya, terus neken tombol lift. "Gua naik."

Jadi, gue dihukum cuma karna naik ke atap bentaran? Sialan lu Bira.

Valerie ingin marah tapi tau percuma doang. Mau nendang tulang kering Bira-- kayak apa yang selalu dia lakuin ke Ben, tapi percuma, akhirannya dia hanya akan berhasil menendang pintu lift yang udah ketutup. Itu dokter senior emang enak banget ngehukum orang.

"Gila lo," Valerie teriak ke arah pintu lift yang ketutup. "Lo pikir lo gak pernah apa ngacir di jam kerja? Hadeeeeeh mentang-mentang senior gitu ya? Maaf-maaf aja entar kalo ban motor lo kempes!"

"Heh," suara seorang perempuan mengagetkan Valerie yang masih memperhatikan pintu lift-- layaknya pintu tersebut baru saja menjepit tangannya.

"Apa!"

"Dih, kok sewot?" Safiya yang berdiri di samping Valerie neken tombol lift lagi-- perintah agar lift bisa segera turun. "Ngapain lo teriak-teriak ke pintu lift? Kayak nggak waras aja lo Val."

Valerie menggumam nggak jelas. "Ketinggalan masuk lift."

"Sejak kapan ini lift jadi senior lo?" Safiya mengetuk-ngetuk pintu lift yang belum terbuka. Di sebelahnya tertera angka 5, berarti lift masih memerlukan perjalanan melewati 2 lantai sebelum tiba di lantai 3 tempat mereka sekarang.

Valerie merasa terciduk.

"Ish," kutuk Valerie, sambil ikut masuk bersama Safiya ke dalam lift.

"Lantai berapa lo?" Safiya berdiri di dekat deretan tombol di pojokan ruangan lift, sambil menunggu Valerie berbicara. Namun pada akhirnya perempuan tersebut terkejut karna Valerie akan pergi ke lantai yang sama.

"Gue disuruh ke unit ugd sama si Bira sialan," Valerie nyandar ke sisi lift. Safiya ketawa renyah.

"Kok bisa?"

"Tadi gue ke atap sebentar buat nyari udara segar," kata Valerie. "Balik-balik gue dimarahin dan kondisi rumah sakit udah gak karuan-- eh, emangnya ada apa sih Fi?"

Safiya tersenyum tipis, lalu mendesah pelan. "Ada kecekalaan besar, Val. Lo gak baca berita?"

Jantung Valerie seakan mencelos mendengar jawaban dari rekan kerjanya. Sudah lama rumah sakit tempat ia bekerja tidak menangani sebuah kasus kecelakaan besar yang memakan banyak korban. "Boro-boro, Fi.."

"Yaudah, lo ikut gue. Fokus Val. Keadaan ugd lagi kacau banget." 

( Bira )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Bira )

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang