47: Here He Comes

730 113 10
                                    

"Nat, gua titip kantor, ya," ujar Adrian kepada Nathan, esok pagi ketika ia hendak berangkat ke bandara.

Nathan sendiri hanya mengangguk santai karena telah terbiasa diberi amanat seperti ini. Terlebih Adrian merupakan teman dekatnya.

"Hati-hati, bro," kata Nathan. "Ntar tau-tau lo gak tahan lagi liat cewek pribumi sana. Selingkuh lagi dah lo."

Adrian terkekeh, lalu menggelengkan kepala. Lelaki tersebut kemudian beranjak dari kursinya untuk meninggalkan ruangannya. Namun suara pintu terbuka nyaris membuatnya terlonjak.

"Yan?" Allura datang sambil memperhatikan penampilan Adrian. "Kamu mau ke mana?"

"Mau pergi, bentar aja, kok," sahut Adrian sambil mengancingkan lengan kemejanya. "Kamu udah sarapan?"

"Udah, di apartemen," kata Allura. "Pergi ke mana?"



Adrian terdiam sebentar, memainkan rahangnya, lalu menoleh ke arah Allura. "Bukan urusan kamu, Allura."


"Kalau gitu aku ikut," putus Allura tiba-tiba. "Nat, bisa pesenin tiket untukㅡ"


"Aku bilang bukan urusan kamu," ulang Adrian, kini terdengar lebih tegas. Allura

 mengalihkan pandangannya dari Nathan, lalu menggigit bibir bawahnya sebentar.

"Valerie, ya?" bisiknya. "Perempuan itu lagi?"


"Ini urusan aku, Allura, tolong," tegur Adrian lembut. "Jangan ikut campur dulu."



"Kalau urusan kamu cuman untuk nyari perempuan itu, berarti itu juga masuk urusan aku," tukas Allura.



"Kenapa jadi urusan kamu? Kamu bahkan nggak kenal dia sebelumnya?"

Allura menghela nafas, menahan tangis. Firasatnya kini sudah benar-benar buruk.



"How important she is for you, Yan? Aku selalu di sini untuk kamu, nemenin kamu disaat waktu susah kamu. Dan kamu malah kejar-kejar dia yang bisanya cuman ngehindar aja. Do you realized that she isn't worth for you?"



"What the heck, Allura?" nada bicara Adrian meninggi. Rahangnya menegas. "Kamu bilang dia gak worth it sama aku di saat aku nyari-nyari dia kayak gini. How dare you? Emang kamu siapa, sih?"



"Sekarang aku tanya, Valerie emang siapa kamuㅡ"



"Pacar aku, Allura," potong Adrian cepat. "She is my girlfriend."


Allura mengangkat kedua alisnya dengan terkejut. Kedua matanya kini telah berlinang air mata. "Your girlfriend..?"


"I'm sorry, Allura. I thought everything were still same the day you came here. Aku pikir enggak ada yang berubah di antara perasaan kita berdua," Adrian menunduk menatap wajah Allura. "But mine does. Perasaan aku bukan untuk kamu lagi."

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang