03: Whereupon

1K 160 1
                                        

Valerie berhasil menghirup udara di luar ruang operasi setelah 2 jam menangani pasien yang mengalami masalah di bagian paru-paru.

Gadis tersebut membuang sarung tangan ke tempat sampah, lalu bersandar di dinding sambil memejamkan matanya beberapa saat.

Kepalanya kembali terasa pusing setelah mencium bau obat bius dan anyir darah. Lagi-lagi Valerie merasa sedikit tidak beres untuk hari ini. Tentu saja seorang dokter harus menghadapi aroma obat-obatan setiap harinya, tapi kenapa dia seperti ini?

"Hey, Val."

Valerie mendapati Fatya berjalan mendekat ke arahnya setelah matanya terbuka. Valerie membuka masker dan lagi membuangnya ke tempat sampah.

"Operasinya lancar?" kata Fatya sambil ngasihin sekaleng minuman isotonik. "Muka lo gak oke banget Val, asli."

"Lancar kok, mudah-mudahan pasiennya cepet siuman," sahut Valerie sambil menenggak minuman isotoniknya. "Muka gue gak pernah oke setiap habis ngebedah orang, lo baru sadar apa?"

Fatya terkekeh. "Eh btw, di meja resepsionis tadi gue ngobrol sama beberapa keluarga korban kecelakaan hari ini."

Valerie menggumam tanda mendengarkan.

"Semuanya bisa nemuin keluarganya, kecuali 3 orang. Satu nenek-nenek, satu ibu-ibu paruh baya, nah satu lagi cowok, masih muda," jelas Fatya. "Kayaknya keluarga mereka itu korban kecelakaan yang perlu dioperasi,"

"Yang narik perhatian gue, ya si cowok muda ini... dia kayaknya ninggalin pekerjaannya buat nemuin keluarganya," Fatya ngantongin salah satu tangannya. "Katanya, salah satu korban kecelakaan tadi siang itu orang yang penting buat dia. Perempuan."

"Oh ya?" Valerie memiringkan kepalanya. "Gue juga habis ngoperasi perempuan. Siapa namanya?"

*

Fatya menunjuk seorang pemuda dengan kemeja marun yang melekat di tubuhnya. Lelaki tersebut sedang bersandar di pilar dekat meja resepsionis, sambil sesekali memperhatikan tandu yang melewatinya. Valerie bisa merasakan keresahan pria tersebut dari caranya menggigit bibir bawah sambil memperhatikan ruang unit gawat darurat.

"Permisi," Fatya berjalan mendekati pria tersebut, dengan Valerie yang mengekor.

"Oh," pemuda tersebut berdiri tegak, lalu sedikit melirik Valerie di belakang, agak bingung ingin berbicara apa.

"Tadi anda bilang mencari korban perempuan yang gak ada di ruang ugd, kan?" Fatya menarik lengan Valerie untuk mendekat. "Kebetulan rekan kerja saya habis ngoperasi seseorang. Perempuan juga. Siapa tau-"

"Boleh tau namanya siapa?" Valerie memotong kalimat Fatya dengan cepat. Kalau saja mereka bukan berada di hadapan keluarga korban sekarang, tentu Fatya sudah memelototi rekan kerjanya tersebut.


"Oh? Uhm," kata pemuda tersebut. "Adrian."


Valerie mengerjap pelan. "Uh.. maksudnya- nama korban yang anda cari. Perempuan, kan? Gak mungkin namanya Adrian."


Pemuda itu memejamkan mata, lalu menghela nafas-- berusaha memaafkan kekonyolan dirinya sendiri. "Adnan. Namanya Adnan Mahya Raine."


Desahan pelan lolos dari bibir Valerie. "Ikut saya ke lantai atas."


trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang