Adrian kembali ke kantornya setelah menyuruh Allura pulang.
Kepala lelaki tersebut dipenuhi oleh Valerie. Setelah apa yang selama ini mereka lalui bersama-sama, Adrian dengan bodohnya membiarkan gadis yang ia sayangi pergi begitu saja.
Bahkan Adrian membuat Valerie kembali terjerumus dengan dunia drugs. Padahal sebelumnya lelaki itulah yang melarang Valerie bergantung pada obat-obatan.
Bruk!
Tubuh Adrian menabrak tubuh seorang perempuan yang limbung dan nyaris jatuh akibat bertabrakan. Beruntung reflek Adrian masih sangat bagus hingga gadis itu tidak jadi jatuh.
"Hey, are you okay?" tanya Adrian. "Sorry, saya lagi gak fokus."
Sang gadis menunduk sambil mengusap lengannya yang tertabrak, lalu kemudian mendongakkan kepalanya-- membuat mata Adrian membola.
"Vinka..?"
"Gue cuman mau ngasihin barang pekerja lo, kok," kata Vinka cepat. "Gue pergi sekarang."
"Vinka tolong dong," Adrian melenguh. "Jangan hindarin gua lagi. Gua butuh lu, Vin. Gua gak tau mau ngomong ke siapa lagi kalo bukan ke lu,"
Vinka menghela nafas, lalu menatap mata Adrian.
"Ngomong aja. Sekarang."
"Let's move," bisik Adrian sambil melihat sekitar. "My treat."
Sebuah kafe di persimpangan kota merupakan pilihan akhir Adrian, setelah sebagian besar kafe dan kedai di dekat kantor terlihat ramai oleh pengunjung.
Tidak ada yang memulai percakapan selama Adrian menyetir. Vinka hanya termenung memperhatikan jalanan sambil sesekali melirik lelaki di sebelahnya dalam diam.
Begitu pula saat mereka telah duduk berhadap-hadapan di dalam kafe.
Tidak ada lagi Vinka yang cerewet, tidak ada lagi Vinka dan Adrian selayaknya mereka adalah sepasang sahabat. Dan semuanya lenyap dalam kurun waktu kurang dari satu minggu.
"Mau ngomong apa?" Vinka membuka percakapan, disertai dengan helaan nafas sambil mengusap surai hitamnya.
"Gua mau minta maaf," sahut Adrian.
"Ngapain minta maaf ke gue?" Vinka menatap Adrian dan berbicara dengan tenang. "Di sini gue bukan pihak yang lo sakitin."
"I know," timpal Adrian. "Lu emang gak sakit hati, tapi lu kecewa. Lu gak perlu ngelak lagi, Vin. Gua tau sekalipun lu gak ngomong ke gua."
Ingin sekali rasanya Vinka berteriak, akhirnya sadar juga lo, kutil! namun gadis itu menghela nafas dan memalingkan wajah ke jendela.
"Gak usah minta maaf," ujar Vinka. "Sekalipun gue kecewa sama lo, lo tetep temen gue, Yan."
Adrian membentuk senyum tipis di wajahnya, lalu menunduk memperhatikan gelas-gelas yang masih terisi penuh. "Do you still talk with Valerie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
trauma | sinb
Short StorySemua orang punya trauma, atau seenggaknya-- pernah punya trauma. Tapi kenapa, trauma punyanya Valerie harus trauma sama kebahagiaan? coralpetals, 2018. Highest rank on shortstory : # 64 ~ 180626