Special : 1

923 94 8
                                    

"Valerieee!"

Seperti biasa, suasana pagi di rumah sakit diramaikan oleh pekikan melengking khas Safiya, diikuti oleh Ares yang mengekor.

Valerie tersenyum lebar sambil berjalan santai ke arah Safiya, kedua tangannya tenggelam di kedua saku kardigan tipis yang ia pakai.

"Hai Fi, hai Res," Valerie berhenti tepat di depan Safiya. "Nyubuh banget. Nginep?"

"Gua doang yang nginep. Semalem ada korban kecelakaan jadi gua ada operasi dadakan," sahut Ares. "Kalo Safiya sih emang lagi kesambet makanya dateng pagi."

"Sembarangan lo bambang," Safiya menyikut perut Ares. "Anyway Val, makin gede aja nih perutnya?"

Valerie terkekeh. "Ah, diem lo. Malu deh gue,"

"Kevin mana?" tanya Valerie lagi, kini sambil mendongak melihat pintu lift di belakang punggung Ares. "Udah dateng?"

"Kayaknya sih udah," kata Safiya. "Res, Pak Kevin udah dateng belom?"

"Gak pulang dia," sahut Ares.

"Oh, bagus deh," Valerie tersenyum manis ke arah Safiya setelah sebelumnya mengangguk. "Kalo gitu gue ke atas dulu, ya?"

"Eeeh, mau ngapain? Temenin gak?" Ares bersiap jalan mendekati Valerie. "Entar lo jatuh lagi, kan bahaya."

"Gak ke belakang dulu Val?" tanya Safiya.

Senyum manis masih terpatri di wajah Valerie.

"Gue gak kerja mulai hari ini, sampai dua bulan ke depan," kata Valerie dengan senyum yang semakin merekah. "Gue mau ambil cuti."

**

Valerie memutuskan untuk mengambil cuti kerja dari rumah sakit atas saranㅡ yang lebih terdengar seperti sebuah perintah dari Adrian.

Sebenarnya Valerie masih menyanggupi dirinya untuk terus bekerja sampai kira-kira 2-3 bulan ke depan. Namun Adrian terus-menerus menasehatinya untuk beristirahat.

"Babe, what are you so afraid of? Kamu gak akan kehilangan pekerjaan kamu cuman gara-gara kamu cuti bersalin," kata Adrian di satu malam. "Kamu dokter senior di sana, setelah kamu melahirkan juga kamu kan bisa kerja lagi. Apa kamu sungkan buat izin sama bos kamu?"

"Aku masih sehat kok, 2-3 bulan ke depan juga masih tahan, bukan gara-gara bos," elak Valerie.

"Pokoknya kamu harus cuti. Diem di rumah aja. Gaji aku juga cukup kan kalaupun kamu gak kerja," ujar Adrian, tegas namun lembut.

"Aaaaaaa," Valerie merengek. "Aku masih mau kerja.."

"Nanti aku bilang ke Kevin."

Dan begitulah, setelah pemaksaan yang dilakukan Adrian, akhirnya Valerie memutuskan untuk mengambil cuti dengan berbicara sendiri kepada Kevin.

Pekerjaan Valerie sebelum cuti di tempat kerja memang terasa lebih singkat, itu karna Safiya dan rekan-rekan dokter seringkali menyuruhnya pulang lebih awal, dengan alasan dokter-dokter lain masih bisa menangani jadwal operasi yang kadang menumpuk. Alhasil, dokter yang tengah mengandung 4 bulan itu sudah bisa duduk santai di sofa pukul 1 siang.

trauma | sinbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang